Ketika melangkah satu langkah menjauhi pintu, ia melihat 3 orang berdiri tepat di hadapannya. Gayanya yang khas membuat orang yang melihatnya langsung tahu perihal status sosial ketiga orang tersebut.

"Tante Mila?"

"Grahita? Ini kamu Nak?"

Lantas perempuan yang dipanggil tante Mila itu mendekat dan mendekap Grahita dengan penuh kerinduan. Kerempongan perempuan itu sangat kentara namun ia tak peduli. Sekarang yang terpenting adalah memeluk sang keponakan.

"Ya ampun, kamu cantik banget. Sudah lulus ya Nak? Lama tante nggak bertemu kamu."

Kembali tante Mila memeluk Grahita dengan penuh semangat. Gadis itu sampai sungkan dengan orang-orang di sana. Namun tante Mila tak peduli dengan tempatnya yang sekarang lumayan ramai.

Grahita tersenyum tipis. Mereka terakhir bertemu adalah 3 tahun yang lalu sebelum Grahita memulai perjalanan karirnya di Prancis dan kapal pesiar skala internasional. Selama 3 tahun inilah mereka hanya bertukar kabar lewat pesan dan media sosial lainnya. Walaupun begitu, mereka hanya bisa berkomunikasi paling cepat 1 bulan, bahkan pernah 6 bulan mereka lost kontak karena sama-sama sibuk dengan kesibukan masing-masing.

"Tante apa kabar?" tanya Grahita setelah mereka melerai pelukannya.

Tante Mila tersenyum teduh. "Baik sayang."

Grahita lalu beralih pada dua orang yang sedari tadi berdiri tak jauh darinya.

"Bang Yosi, Mbak Yessy."

Lalu perempuan yang bernama Yessy itu tersenyum dan memeluk Grahita. Grahita tersenyum tipis dipelukan Yessy. Lalu ia berganti berpelukan dengan Yosi.

Yosi mengacak pelan rambut Grahita. "Kamu tambah cantik sih Dek."

"Abang juga tambah ganteng," balas Grahita.

Yosi tergelak pelan di pelukan Grahita. Lantas mereka mengurai pelukan mereka.

"Kamu mau kemana Dek?" tanya perempuan berusia 27 tahun itu pada Grahita.

"Mau keluar aja Mbak. Mungkin ke kantin," jawabnya pada Yessy.

Yessy mengangguk, "mbak mau masuk dulu. Duluan ya, Ta."

Lalu tante Mila tersenyum sebelum mereka masuk. Grahita menghembuskan nafasnya pelan dan berjalan menuju kantin. Entah mengapa ia hanya tertuju pada kantin padahal dirinya tak ingin makan ataupun minum.

Grahita kemudian memilih duduk di pinggir jendela kaca. Gadis itu lalu mengeluarkan gawainya dan menghubungi Riska. Kali ini ia absen untuk berangkat ke restoran. Kembali, ia harus mengorbankan pekerjaannya demi hal-hal yang tak terduga baginya.

Grahita menatap sekitaran kantin yang cukup ramai. Sekarang menunjukkan pukul 9 pagi, artinya orang-orang masih sibuk mencari sarapan dan sebagainya.

Grahita tadi pergi ke rumah sakit setelah di beri tahu oleh sang ayah bila eyang mencari dirinya. Grahita yang baru bangun, segera ke rumah sakit dan belum sempat untuk sarapan ataupun kegiatan di pagi harinya. Ia langsung mandi dan berangkat menuju rumah sakit. Belum lagi di jalan ia terkena macet dan harus mencari jalan alternatif.

"Ngelamun aja dek."

Grahita tersentak dari lamunannya. Di depannya sudah ada Yosi yang duduk. Laki-laki itu tersenyum lebar ke arah Grahita.

"Abang nyesel baru ketemu kamu setelah 3 tahun nggak pernah ketemu. Kamu tambah cantik aja. Coba kalau kita bukan sepupu, kamu bakal aku kejar sampai dapat."

Lantas Grahita tergelak pelan di tempatnya. Hanya beberapa detik saja sebelum merubah ekspresi seperti biasanya.

Yosi menatap lekat sepupunya itu, lalu mendengus kecil.

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now