19. Laser Gaze

1.9K 411 101
                                    

DICIANNOVE

Sejak awal Jeffrey sudah menekuk wajahnya ketika menginjakan kaki di flat baru Rose. Apalagi setelah melihat bagaimana hubungan Rose dan Maxi yang sepertinya sangat dekat dari hari ke hari.

Bruk!

Jeffrey terlonjak sambil mengelus dada. What the hell?! Bisakah si mata hijau zamrud itu meletakan koper dengan baik dan benar?

"Pelan-pelan njing!" maki Jeffrey kesal.

Bukannya marah, Vernon malah tertawa. Ia memperhatikan wajah Jeffrey yang tampak melekuk lecek bagaikan pakaian kusut. Lalu beralih memperhatikan Rose yang sedang membereskan flat barunya dibantu oleh Maxi, lalu beralih lagi pada Jeffrey. Begitu terus berulang-ulang sampai beberapa kali hingga muncul mimik wajah menyebalkannya yang membuat Jeffrey ingin meninjunya tepat di wajah. Eh si China cemburu ternyata, batin Vernon.

"Apa?" tanya Jeffrey yang mulai risih akan tatapan menyebalkan Vernon

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa?" tanya Jeffrey yang mulai risih akan tatapan menyebalkan Vernon.

"Kalau jealous bilang aja."

"Siapa?"

"Lo lah stupid! Siapa lagi?"

"Gue gak jealous, cuma--"

"Cuma gak suka aja liatnya, alah basi tau gak. Kalau suka sama si bayi marshmallow lo itu. Ya kejar lah, usaha.. Jangan cuma liatin dia deket sama cowok lain doang, yang ada cuma sakit hati dan endingnya lo gak dapet apa-apa. Makanya jadi cowok tuh gengsinya gak usah setinggi langit." sela Vernon dengan perkataan menusuknya. Yang sampai membuat Jeffrey terpelantuk, hingga tak mampu berkata-kata lagi.

"Malah diem lagi, gue kasih saran nih. Kalau beneran suka, deketin dia dari sekarang. Lo jangan kayak banci perapatan yang suka nongkrong deket lampu merah Jakarta."

"Kalian ngomongin apa?"

Jeffrey dan Vernon tersenyum canggung. Rupanya ada Rose di belakang mereka. Jeffrey menatap Vernon dengan tatapan lasernya yang seakan siap melubangi kepala si mata hijau. Sedangkan Vernon bersikap tak perduli.

"Gak ngomongin apa-apa, gimana ada yang bisa dibantu lagi?"

Rose menggeleng, ia mengambil kopernya yang ada di samping Vernon. Lalu mengangkatnya dan membawanya ke kamar.

Acara rapih-rapih flat Rose tak terlalu melelahkan. Semuanya sudah selesai dan beres hanya dalam waktu satu jam. Setelah semua itu beres, mereka berkumpul di ruang tengah flat yang ukurannya tak terlalu besar itu. Rose menyuguhkan beberapa makanan ringan dan minuman untuk dinikmati bersama.

"Makasih ya semuanya untuk hari ini."

Maxi adalah orang pertama yang mengangguk dengan senyum manisnya. "You're welcome, aku senang bisa bantu kamu."

Juliet's House Where stories live. Discover now