Pertemuan dengan Takdir

10 3 0
                                    

"Ayah! Aku pergi berburu!"

"Ya! Dan jangan sampai kau membawa daging babi lagi!" sahut ayahnya dengan serius.

Di pagi hari itu, Arkin memutuskan untuk berburu hewan liar lagi di pegunungan Cer. Memang sudah menjadi aktifitas setiap hari semenjak ayahnya memulai bisnis tengkulak hasil pertanian. Berbekal senapan angin dan kapak besi, ia memutuskan untuk berburu seekor rusa di sana.

Karena pagi yang cerah itu sedang turun salju, ia mengenakan dua rangkap baju dan sepotong mantel tebal yang terbuat dari kulit bulu serigala.

Tidak seperti kemarin dia selalu pergi berburu dengan kedua sahabatnya Ivan dan Rubov. Namun, kali ini dia memutuskan untuk pergi sendirian. Arkin berpikir jika ia mengajak mereka, yang ada nantinya mereka hanya bermain-main, dan kejadian kemarin malam bisa terulang lagi.

Alasan dia pergi berburu karena kebutuhan untuk makan keluarganya sudah menipis.

Sudah tidak ada yang namanya bantuan makanan dari kerajaan untuk para penduduk desa, yang ada justru tentara kerajaan meminta uang pajak yang tinggi untuk keperluan biaya perang. Jika tidak dapat membayar pajak dengan uang, maka dengan bahan pangan. Jika tidak memiliki bahan pangan, maka mereka akan dibawa ke ibukota untuk dijadikan prajurit garda depan.

Ayah Arkin menentang keras dirinya untuk menjadi tentara kerajaan. Dia berkata jika Arkin menjadi tentara kerajaan, tidak ada benefit yang didapat selain bertemu Sang Pencipta.

Bagaimanapun juga ayah Arkin tahu pola pikir orang-orang atas memperlakukan rakyat jelata seperti mereka di medan perang.

Ada dua kemungkinan untuk Arkin bila menjadi seorang tentara, yakni menjadi pesuruh, atau bertempur di garis depan layaknya bidak pion yang digambit.

"Dasar ayah! Padahal aku berusaha dengan segala cara untuk dapat masuk menjadi tentara. Tapi kenapa dia selalu melarangku. Apakah perang begitu menakutkan?"

Tak dapat dipungkiri pemuda yang tinggal di desa terpencil tidak pernah mengetahui kejamnya perang. Apalagi Arkin tidak pernah belajar arti perang sebenarnya, ia hanya mengetahui jika menjadi tentara tugasnya adalah menembak jatuh musuh sebanyak mungkin. Dan ia memiliki kemampuan tersebut dari hasil berburu.

"Guhh ... tapi aku tidak bisa membencinya." Arkin meraih senjatanya. "Beruntung kemarin lusa ayah membantuku mencari senjata ini."

Arkin melihat seekor rusa sedang memakan rumput ilalang. Ia segera mengarahkan senapannya dan membidik kepala rusa tersebut.

*krek*

Arkin yang tidak sengaja menginjak ranting, membuat rusa tersebut menyadari keberadaannya. Mata mereka saling menatap sebelum akhirnya rusa tersebut melarikan diri, Arkin dengan sigap menarik pelatuknya, akan tetapi tembakannya meleset.

"Ahk ... sialan, makan malamku!"

Lantas ia mengejar rusa tersebut. Ia berlari secepat yang ia bisa, kendati demikian kemampuan berlari seekor rusa jantan tidak dapat disandingkan dengan kecepatan berlari anak-anak. Alhasil dia kehilangan jejak.

Arkin mengambil nafas yang dalam untuk kembali mengatur pernafasannya karena kelelahan.

"Cepat sekali larinya, huft ...."

Sebuah peluru ia ambil dari saku dan mengisinya dengan terampil.

"Terpaksa makan babi lagi."

Dia segera beranjak pergi dari sana, akan tetapi, ketika ia memutar tubuhnya, ia secara tidak sengaja melihat sebuah kereta kuda yang telah hancur tepat di sisi dasar dinding tebing.

Banner bangsawan burung Hungaria.

"Bukankah itu kereta yang kemarin?"

Arkin dapat mengenalinya ketika melihat panji kebangsawanan Banat milik kekaisaran masih berkibar di salah satu tiang walaupun kereta papotanya hancur.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Feb 26, 2023 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Unknown Serbian HeroDove le storie prendono vita. Scoprilo ora