Chanyeol hanya diam saja. Jongdae tertawa kecil.

"Hhhh... Pantas saja Hyu Jin sangat membencimu. Dia yang menemanimu dari kecil, tapi kau tak pernah menunjukkan ekspresi apa-apa didepannya. Sedangkan untuk hal-hal kecil tentang Baekhyun agashi, kau mudah mengekspresikan perasaanmu. Kau tahu, meski kau mungkin tak pernah ikut tersenyum atau tertawa bersamanya, tapi aku bisa melihat binar kebahagiaan setiap kali Baekhyun agashi menceritakan hal yang menyenangkan tentangnya."

"Menjalani hubungan dengannya, aku masih kurang percaya diri Jongdae-ah. Dia punya segalanya, semua yang diimpikan orang lain, sedangkan aku..."

"Chanyeol-ah! Saat Tuan besar sering memanggilmu dan banyak bertukar pikiran denganmu, dulu waktu beliau masih sering pulang, jujur saja, aku iri. Kenapa kau? Kenapa semua harus kau? Tapi, makin kesini aku semakin percaya, perasaan orang tua tak pernah salah kalau itu untuk anaknya. Aku sering mendengar beliau bilang padamu, menitipkan Baekhyun agashi padamu. Aku pikir itu hanya ucapan ringan tapi sekarang aku sadar, ucapan itu bukan hanya ucapan ringan. Dari ucapan itu, terselip satu doa kalau hanya kau yang beliau percaya untuk menjaga Nona muda. Hhhhh... Kau punya semuanya, itu yang harus kau yakini. Kau mungkin berpikir kalau dirimu hanya seorang guard biasa. Tapi, peracayalah padaku Chanyeol-ah, dari semua Guard yang dimiliki Tuan besar, kau satu-satunya orang yang membuat Guard lain iri. Kau cakap di hampir semua kondisi. Kau tahu apa yang harus kau lakukan. Kau juga pandai. Menikahlah dengannya. Kalau rasa cinta yang kau rasakan belum begitu besar untuknya, lakukan itu untuk Tuan besar yang sudah mempercayakan dia padamu. Kalau kau tidak mau, kau harus bersiap melihatnya berjalan di altar untuk pria lain."

Chanyeol hanya diam. Memikirkan apa yang dikatakan Jongdae.

"Jangan sampai pria lain yang membuatnya nyaman dan tersenyum lebih lebar." bisik Jongdae.

Sementara itu, di ruang kelas Jaehyun.

Salah satu murid di kelas itu, masuk ke dalam ruang kelas sambil menangis keras. Histeris, yang tentu saja membuat panik orang tuanya.

"Kenapa kau menangis?" tanya ibu dari bocah itu.

"Jaehyunie memukulku." adu bocah itu.

Jaehyun masuk dengan kepala tertunduk, Baekhyun langsung mendekatinya.

"Kenapa kau memukul temanmu?" tanya Baekhyun dengan suara lembut.

"Hah! Sudah! Jangan menangis!" si ibu langsung berdiri dan menatap Baekhyun serta Jaehyun tajam.

"Makanya dia tumbuh menjadi kurang sopan santun. Dia tumbuh di panti asuhan awalnya, sekarang saja dia menjadi bagian dari keluarga kaya. Dengar! Kau seharusnya tidak menerima berkat semacam itu. Berada di tengah keluarga, bukan lah ide yang baik. Hei! Nona, sebaiknya, kembali 'kan dia ke tempatnya."

Baekhyun berbalik menatap wanita itu. "Kenapa anda repot mengatur saya? Anda bahkan tak mengeluarkan sepeser uang pun untuknya, kenapa seakan-akan anda keluar banyak uang? Seperti anak anda yang berharga untuk anda, dia juga berharga untuk orang tuanya dan untuk saya. Dan... Dia tak pernah meminta pada Tuhan untuk tumbuh tanpa orang tuanya. Jaehyunie! Jangan menunduk kalau kau tidak bersalah!"

Jaehyun mendongak.

"Katakan, kenapa kau memukul dia?"

"Dia mengatakan aku tak pantas menjadi keluarga nunna. Dia juga mendorongku lebih dulu, dia juga memukulku lebih dulu."

"Anda dengar? Anak kecil tak akan bohong bukan. Jangan meminta saya mengajarinya sopan santun, kalau anda sendiri saja tak tahu mengajari anak anda sopan santun."

Baekhyun mengangkat Jaehyun dan menggendongnya.

"Untuk lukanya, saya akan menuntut anda dan sekolah ini, lakukan hal yang sama kalau anda merasa ini tak adil."

Beloved Bodyguard [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang