"Eh ... ngapain, Kak?" tanya Kiran yang heran.

"Sebentar yuk, aku mau ngomong empat mata sama kamu."

Kiran ikut bersama Aqilla ke toilet wanita.

"Aku denger, kamu akhir-akhir ini sering digangguin hantu?" tanya Aqilla.

Kiran sudah paham sekarang, ia bercerita pada Aqilla tentang apa yang terjadi setelah ia bermain jailangkung.

"Kiran suka mimpi buruk?"

"Iya, Kak ...," ucap gadis itu lirih.

"Aku punya kemampuan buat ngerasain kehadiran mereka, Kak ... aku juga bisa lihat mereka dalam beberapa kondisi ... tapi kali ini, ga ada tanda, tiba-tiba aja semua jadi terror buat aku."

"Mulai dari suara langkah kaki, suara orang yang lagi menggaruk tembok, barang-barang yang suka gerak sendiri ... tadinya ga pernah kayak gitu, aku ... jadi takut," ucapnya sambil matanya berkaca-kaca.

"Kiran, buka bajunya dikit ya," pinta Qilla.

"Ih nggak mau lah," ucap Kiran.

"Ini tuh di suruh, Tama."

"Ih, Kak Tama mesum, Kak Aqilla aja yang buka baju di depan Kak Tama," protes Kiran.

"Bukan buat hal-hal kayak gitu, Kiran, sebentar--" Aqilla dengan paksa berusaha melepaskan kemeja yang Kiran pakai.

Kiran berusaha melawan. Aqilla menggenggam lengan kanan Kiran, ia melihat ada bekas cakaran di lengan Kiran.

"Kiran ... ini bekas apa?" tanya Aqilla penasaran.

Orang yang kerasukan, bisa melukai dirinya sendiri, tugas kamu, cek tubuh Kiran, apa ada luka yang mungkin dia buat sendiri tanpa sadar, batin Aqilla yang mengingat pesan dari Tama.

Aqilla refleks menoleh ke arah cermin yang berada di sebelahnya. Ia melihat pantulan dirinya dan Kiran, cerminan dari ia yang sedang menggenggam tangan Kiran. Tapi anehnya, Kiran yang berada di cermin sedang menatapnya, sedangkan Kiran yang asli juga sedang menatapnya. Normalnya, jika Kiran sedang menatapnya, maka pantulan di cermin tidak akan menatapnya secara langsung dari arah cermin, kecuali jika Kiran menoleh ke cermin juga dan menatap Aqilla dari cermin. Aqilla sedang di tatap oleh dua Kiran. Ia sontak menoleh ke arah Kiran yang asli. Matanya melotot dan wajahnya berkeriput, Kiran menyeringai.

"Aaaaaaaaaaaa," Aqilla berteriak, sontak membuat Tama segera berlari dan masuk ke toilet wanita.

Tama melihat Aqilla yang sedang duduk sambil meutup wajahnya, terlihat jelas bahwa Aqilla sedang menangis. Tama menoleh ke arah Kiran.

"Kiran ga ngapa-ngapain," ucap Kiran.

Tama keluar dengan membawa dua gadis itu, Aqilla yang syok berat dengan kejadian tadi dan Kiran yang biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.

"Kamu mau tau? Di mana setannya," tanya Andis pada Kiran.

"Di mana? Kiran ga lihat," ucap Kiran sambil menoleh ke segala sudut ruangan mantra.

Andis menunjuk ke arah Kiran. "Dia udah ngerasukin kamu, Kiran."

Andis menyuruh Kiran untuk tiduran di kasur yang sudah dibawa oleh Dirga dari lantai atas. Dan Kiran hanya menurut. Dirga memegangi tangan kanan Kiran, Tama memegangi tangan kiri Kiran, sedangkan Ajay dan Andis memegang kaki Kiran.

"Kiran, yang kuat ya," Andis memulai pengusirannya, ia memencet jempol kaki Kiran sambil merapalkan doa-doa ruqyah.

Suasana tiba-tiba menjadi sangat mencekam, suhu di mantra menjadi dingin. Dirga yang memejamkan matanya sambil berdoa, kini membuka matanya, ia merasakan bahwa Kiran sedang memberontak, tangannya berusaha melepaskan pegangan Dirga. Dirga menatap Kiran, Kiran juga menatapnya dengan mata melototnya sambil menyeringai.

Mantra Coffee ClassicWhere stories live. Discover now