"Bukannya lo di Jepang sekarang?"

"Gue udah pulang kok. Gue ke sana sekarang ya? Biar gue minta antar kembaran gue. Lo baik-baik di rumah. Jangan kemana-mana ya? Tetep stay di situ."

Grahita tersenyum tipis di antara wajah sendunya. Lili selalu saja menjadi salah satu orang terdepan ketika dirinya berada di titik rendah. Bahkan Lili sudah seperti keluarganya sendiri, kedudukannya setara dengan ia menyayangi sang oma dan opa.

"Iya Li. Thanks ya. Gue nggak tahu ucapan dan tindakan apa yang harus gue balas ke lo nantinya."

"Apaan sih! Cukup lo bahagia, itu imbalan buat gue. Udah ye, gue mau siap-siap sekalian bilang ke bunda mau nginep ke rumah lo. Jangan buka pager kalau gue belum WA lo."

"Iya."

Setelah itu, sambungan telepon mereka terputus. Grahita mengusap wajahnya pelan. Ia belum berganti pakaian semenjak pagi.

Grahita menghela nafasnya, lalu ia bangkit dari ranjangnya. Ia menutup gorden jendela dan menyalakan lampu tidur. Lalu ia mengambil pakaian dan mandi di tengah malam begini. Ia tahu ini tidak sehat, tetapi ia merasa jika mandi akan membuat pikirannya sedikit lebih baik daripada tadi.

Tepat ia selesai mandi, gawainya berdering. Langsung saja ia mengangkat telepon dari Lili sambil berjalan menuju depan.

"Gue udah di depan Ta, cepetan keluar, nanti gue diomelin sama si tukang ceramah ini." Lantas panggilan mereka langsung terputus.

Grahita tersenyum tipis. Ia paham dengan orang yang dimaksud oleh Lili, siapa lagi kalau bukan kembarannya.

Lalu Grahita membukakan pintu pagarnya. Di sana sudah berdiri Lili dengan ditemani sang kembaran.

"Akhirnya gue nggak jadi karaten di sini," celetuk Lili ketika Grahita membuka pintu pagarnya.

"Hai Yo, apa kabar?" sapa Grahita pada kembaran Lili yang bernama Leo.

Laki-laki bertubuh tinggi dan agak menggelap kulitnya itu balik menyapa Grahita. Memang kembaran Lili jarang berada di rumah.

"Hai juga Ta," sapa balik Leo.

Grahita tersenyum tipis. Walaupun ia dekat dengan Lili, tetapi ia jarang melihat Leo karena laki-laki itu sedang berdinas di Angkatan Laut dan lebih banyak menghabiskan waktunya di perairan.

"Ya sudah, gue balik dulu ya?" pamit Leo. Tak lupa laki-laki itu mengacak rambut kembarannya.

"Asem lo Yoyo! Mending lo nggak balik aja kemarin!" omel Lili kesal karena rambutnya berantakan.

Leo mendelik dan terkekeh pelan. "Berisik! Ini tengah malam. Sana masuk."

"Gue titip bunga bangkai ini ya Ta, kalau dia ngumpat atau aneh-aneh, telepon gue aja," ucap Leo pada Grahita.

Sementara itu Grahita hanya terkekeh pelan dan singkat. Ah melihat dua saudara kembar ini bersatu, membuat dirinya iri. Walaupun mereka sering bertengkar, namun Grahita tahu seberapa mereka saling menyayangi satu sama lain.

Aksara Dan SuaraWhere stories live. Discover now