15. Salah paham

Zacznij od początku
                                    

Niura memutuskan untuk menjernahkan pikirannya dengan berkeliling taman, menghirup aroma hujan yang ia rindukan, andaikan waktu bisa diputar semaunya, maka ia akan memilih untuk kembali berada di dalam kandungan ibunya, dikecup oleh ayahnya, dielus-elus walaupun tak langsung.

"Aku tidak boleh terpuruk! Bukankah aku telah mendapatkan apa yang ingin ku dapatkan? Aku telah menjadi seorang gadis yang kuat! Memiliki sembilan elemen yang tidak dimiliki dewa sekalipun." Niura menggumam untuk menyemangati dirinya. Tangannya terbuka untuk menampung sisa-sia air hujan yang masih menetes, menghirupnya dalam-dalam.

"Royden! Aku membencimu!"

***

Pagi telah tiba, mata yang lelah telah terbuka. Sisa-sisa air mata di pipi telah mengering dengan sendirinya. Niura mencoba tersenyum untuk menyambut pagi ini. Mengikat rambutnya lalu menancapkan tusukkan khusus rambut yang indah. Mengenakan hanfu berwarna putih dengan boordiran bergambar bunga tulip berwarna gold yang menambah kesan keanggunan.

"Sudah cukup bersedihnya! Hari ini adalah hari dimana hari-hari yang penuh perjuangan! Tujuh hari lagi aku akan berangkat menuju kekaisaran Zhen. Memperlihatkan bakatku yang ku pendam, semangat! Semangat untuk diri yang rapuh ini! Niura, kamu hebat!" gumamnya sendiri untuk menyemangati pagi. Berjalan keluar rumah menuju taman yang ia datangi semalam, memberi senyuman hangat kepada Yi Jian dan Permaisuri yang sedang menguliti daging buruan.

"Pagi yang indah!" Tangannya ia rentangkan, indra penciumannya mengirup aroma embun pagi yang sangat segar.

"Ibu, sejak kapan bunga ini bermekaran?" tanya Niura sembari memegang-mengang kelopak bunga teratai yang sangat indah di tepi kolam.

Permaisuri mencuci tangannya, memberikan pisau yang ia genggam kepada Yi Jian untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Entahlah, mungkin kala hujan datang semalam. Saat ibu dan Yi'er bersiap untuk membersihkan hewan buruan di sini, bunga-bunga itu telah begitu," ucap sang Permaisuri sembari menghirup aroma bunga teratai mengikuti putrinya, Xiao Li atau Niura.

Niura mendekati Yi Jian lalu membantunya mencabut bulu-bulu angsa dengan senang hati. "Ibu, tolong jelaskan padaku tentang pertandingan remaja Servia?" tanyanya yang masih belum paham mengenai pertandingan yang diadakan secara mendadak tersebut.

"Oh, itu adalah pertandingan yang diadakan sepuluh tahun sekali yang selalu di adakan di kekaisaran Zhen yang dipimpin oleh Kaisar Xingsheng karena di kekaisaran itu terdapat tiga akademi atau tempat pembelajaran kultivasi yang sangat terkenal di seluruh negeri. Selain itu, di kekaisaran Zhen juga memiliki iklim tersendiri yang baik untuk berkultivasi." Permaisuri menjawabnya dengan santai sembari memotong dedaunan yang layu di sekitaran bunga teratai agar tidak membusuk.

Yi Jian yang sibuk memotong daging angsa tersebut juga merasa penasaran dengan pernyataan sang permaisuri. Ia mengernyiykan alisnya bingung, "Tolong jelaskan siapa saja yang dapat mengikuti kegiatan tersebut, dan siapa pula yang akan terpilih untuk memasuki akademi yang sangat diidamkan tersebut?"

"Siapa saja ya? Hmm ... pertandingan itu diikuti oleh berbagai remaja dari benua Servia. Dari lima kekaisaran, yaitu; kekaisaran Quon, Zhen, Zhang, Liu dan Jingmi. Para remaja itupun harus berusia lima belas hingga delapan belas tahun. Di sana, ribuan peserta akan diuji kemampuan kultivasi mereka terlebih dahulu hingga menyisakan seratus peserta. Seratus peserta itu akan diuji kembali di malam bulan merah hingga menyisakan enam puluh empat peserta yang akan mengikuti kegiatan inti. Mereka sudah pasti akan lolos memasuki akademi sesuai keunggulan mereka. Ibu mengetahuninya karena dulu, ibu pun pernah mengikutinya saat remaja seperti kalian berdua." Permaisuri meletakkan gunting tanaman itu, lalu mendekati kedua putrinya yang tengah mengolah angsa hasil buruannya kemarin saat menunggu Niura dengan Royden di pantai.

Yi Jian menatap Niura serius, "Dan pertandingan itu akan di adakan tujuh belas hari lagi ... sangat mepet!" Niura mengangguk menyetujui ucapan Yi Jian.

"Mari kita berlatih."

Srenggg

Permaisuri mengambil tiga pedang dari cincin ruangnya tiba-tiba.

"Be-berlatih? Tapi dimana? Tempat ini tidak bisa digunakan untuk berlatih," tanya Niura bingung, tempat ini bukanlah lapangan luas yang bisa ia gunakan semaunya untuk berlatih pedang.

"Hanya ada satu tempat," ucap Yi Jian mantap.

"Diamana tempat itu?"

"Aula kota!" Yi Jian mengangguk mantap. Niura mulai membayangkan aula kota yang memang luas tapi itu tidak mungkin.

"Bagaimana bisa? Aula kota berada tepat di tengah-tengah kota yang sangat ramai penduduknya. Kita tidak akan bisa leluasa berlatih di sana, bagaimana jika ada yang mengenali kita? Apalagi Kaisar Hongli telah mengetahui kepergian kita! Tolong berpikirlah dengan jernih ...." Niura tak habis pikir dengan jalan pikir Yi Jian. Memang benar, hanya aula itulah satu-satunya tempat yang menjanjikan, namun itu bukanlah pilihan.

Yi Jian menunduk, merasa bersalah. Ia merutuki dirinya yang hanya bisa membuat keadaan semakin ricuh saja. Permaisuri menggelengkan kepalanya melihat tingkah mereka, ia memberikan dua kain bermotif yang diketahui adalah cadar.

"Sudahlah, jngan saling menyalahkan ... ucapan Xiao'er memang benar, namun ucapan Yi'er pun tidak ada salahnya, kita bisa berlatih disana dengan menggunakan cadar dan sedikit merias wajah kita agar tidak diketahui ... jika bukan Aula, lalu dimana lagi kita berlatih? Ibu sendiri yang akan melatih kalian," ucap permaisuri mencoba menengangkan.

Yi Jian dan Niura saling bertatapan, mengangguki ucapan sang permaisuri yang bijak sana. Mereka menerima cadar yang diberikan sang permaisuri, lalu memaikainya.

"Oh ya, tadi Ibu berkata ... kita akan sedikit merias wajah agar tidak dapat diketahui bukan?" tanya Niura yang diangguki oleh permaisuri. "Lalu, dengan apa kita berhias?" tanyanya kembali.

"Gunakan jintan hitam untuk dioleskan ke sudut mata dan alis, gunakan arang untuk melukis karang di pipi ataupun di kening." Permaisuri menjawabnya dengan santai seolah telah menyiapkan jawaban sedari tadi.

Mereka bertiga berhias sesuai asupan permaisuri yang sangat masuk akal. Niura menggunakan cadar berwarna putih yang sama seperti hanfu yang ia kenakan, Yi Jian mengenakan cadar berwarna hijau sama seperti hanfunya, begitupun sang peemaisuri yang mengenakan cadar berwarna merah seperti hanfunya.

"Mari Xiao'er, Yi'er ... waktu kita tidak banyak lagi, kita harus cepat sampai untuk menyewa Aula sebekum disewa para kultivator lainnya," ajak permaisuri yang diangguki kedua adik kakak beda darah itu.

"Oh, ya ... Xiao'er, dimana pria yang mengaku-ngaku sebagai suami mu itu?"

Tbc

Ah, Dedes nggak tega banget ngetik pas part Royden pergi:( tapi klean smuwah tengang ajwah😻 semoga plot twistnya nge feel dah:D

-Dedes-
18-Oktober-2020

Princess of Rainbow Element [Repost]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz