2

18 4 9
                                    

Sinar matahari menerobos ke dalam celah jendela kamar bernuansa putih tersebut, Gadis yang tadinya bergelung pada selimut mulai membuka matanya.

Mata cantiknya menerjab beberapa kali,

"Jam berapa?" ucap El serak

06:00

ia menyibak selimut nya dan langsung ke kamar mandi, Kehidupannya tak seindah seperti dinovel novel.

Sekitar 20 menit ia mulai keluar kamar mandi dan langsung bersiap siap ke berangkat.

Brak brak

Suara ketukan keras terdengar di luar kamar El,bukan ketukan lagi bahkan seperti dobrakan.

Ceklek

"Lama banget sih lo,cepat buatin sarapan b.yati lagi cuti juga!" Bentak lelaki tampan didepan nya tersebut.

Edward, kakak lelaki yang dulu pernah menyayangi dan membela nya kini menjadi bak monster bagi El

"i..iya kak" cicit El menunduk

"Cepat tunggu apa lagi" Geram Edward dan langsung menjambak rambut El menyeretnya turun ke dapur

"Arghhhhh... sa..sakit kak" Rintih El mencoba melepaskan jambakan nya

Namun hasilnya sia sia justru Edward semkin menariknya menuruni tangga.

Sesampainya didapur edward langsung mendorong El hinga tersungkur ke lantai

Ayah dan ibunya menatap sekilas dan bersikap bodo amat.
Ia dapat melihat ada ayah dan ibunya yang sibuk dengan urusan masing masing

"Tunggu apa lagi lo jalang" Bentak Edward

"i..iya kak" Cicit El memegangi kepalanya sedikit pusing akibat tarikan dari ed

El yakin jika rambutnya sedikit rontok baru saja bersiap siap. Justru menjadi kacau lagi.

Tidak ingin membuat kakaknya marah ia langsung ke dapur dan memasak untuk keluarganya tersebut, Ia melihat ayah dan ibunya bercanda dengan kakaknya sesekali ayahnya menjewer telinga kakaknya.

El yang melihat itu tersenyum kecut. Ia senang melihat keluarganya bahagia.

Tapi El bukanlah tipikal orang munafik. ia juga ingin. Ia sakit melihat orang tuanya memperlakukannya layaknya pembantu. Atau lebih

"Ngapain kamu?" 

Baru saja ia mendudukan dirinya dikursi,Namun suara bariton tegas membuatnya menoleh

"mau makan yah" ucap El pelan

"Terus ngapain kamu di situ?" Sinis ibu nya

"Ck merusak pemandangan tau ngak lo!" Sentak Ed membuat El terjingkat kaget

"Sana makan lesehan didapur" sarkas ayah El.

El mengangguk kecil, sekuat tenaga ia menahan diri untuk tidak menangis.
Ia mengigit bibir bawahnya mencoba untuk tidak mengeluarkan isakan.

Disinilah ia di dapur duduk lesehan dan makan tanpa sendok. Elanor sudah sering diperlakukan seperti ini, Jika biasanya ada bi.yati dan mang ujang suami nya yang bekerja sebagai supir disini

mungkin masih ada yang menghibur nya. Ia memakan makanan nya dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya

Mau sampai kapan mereka tak menganggapku?

Apakah jika suatu saat aku mati kalian akan perduli?

_______

Banyak orang yang berlalu lalang didepan, banyak para siswa siswi memasuki gerbang SMA GARDA BRAWIJAYA.

Elanor DafychiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang