꒰ ένα ꒱

41.1K 8.8K 6.7K
                                    

"BALIK KAMPUNG! UOOOO BALIK KAMPUNG!"

Asahi yang lagi menikmati sekantung darah hewan yang ia bawa dari rumah langsung menyemburkan isi mulutnya. Itu suara siapa woi?!

"Chenle! Suara lo kok bisa kedengeran sampe atas sih?!" Teriak Heeseung menunduk ke bawah.

Chenle tertawa terbahak-bahak memegang perutnya. Suaranya memang keras kali, buktinya dari lapangan bola ke rooftop saja kedengeran.

"TURUN WOI TURUN! BERDUAAN AJA KAYAK ORANG BARU JADIAN, DISURUH KUMPUL SAMA DAEHWI! BURUAN GAK PAKE LAMA!"

"Minum darah temen sendiri boleh gak sih?" Tanya Heeseung kesal, membuang kantung darahnya ke tempat sampah dengan asal.

"Gila lo, temen makan temen dong!" Seru Asahi tidak habis pikir.

"BURUAN TURUN! LAMA AMAT KAYAK SIPUT!"

"BERISIK ANJERRR!" Seru seseorang dari arah lapangan basket. Oh, ternyata Jerome.

"WAHAHAHA, KEMANA AJA LO?"

"Bacot banget sumpah..."

Heeseung dan Asahi menutup telinga. Heran, kok suara Chenle bisa sekeras itu ya. Makan apa sih dia? Masa iya makan toa? Ya kali.

"WOIII, BURUAN TURUN! Lah, mereka udah hilang dong..."

Bukan hilang, Chenle. Lebih tepatnya melesat. Iya, Heeseung dan Asahi langsung melesat ke tempat tujuan karena pusing dengar suaranya. Hadeh, ada-ada saja.























































"Turbo kesayangan kita udah kambek gais," kata Jaehyuk melihat dua teman vampirenya mendadak muncul di dalam kelas.

"Turbo kan siput!" Sembur Beomgyu. Maklum, dia lagi emosi.

"Apaan sih, turbo kan-"

"Gue sumpelin pake penghapus papan tulis ya lo!"

DAK! DAK! DAK!

"DIEM NGAPA DIEM! GUE MAU NGOMONG NIH, BERISIK AMAT KAYAK PASAR MINGGU!" Teriak Daehwi sampai wajahnya memerah.

"GAK USAH TERIAK BISA KAN?!"

"LO JUGA TERIAK, GYU. KACA MANA KACA?"

"Gue heran, kenapa ya kita bisa punya temen kayak mereka," bisik Wonjin kepada Guanlin.

Guanlin pun mendelik. "Lo juga sama aja anjir! Suara macam lumba-lumba kejepit pintu."

"Sejak kapan lumba-lumba punya pintu?"

"SEJAK DORA KEPALANYA KECIL!"

"Loh, dora kan kepalanya gede," timpal Junseo ikut-ikutan.

"Berarti gak pernah punya pintu dong..."

"Ya iyalah! Ya Tuhan, apa salah dan dosaku," kata Guanlin lelah, capek tau, capek!

"Kata siapa lumba-lumba gak punya pintu?!" Tanya Jaehyuk menyahuti.

Ini lagi...

"Emangnya punya?" Tanya Wonjin terheran-heran.

"Punya lah."

"Loh, emang iya?"

"Iya, gue yang bikin. Aduh!"

Jeongin melempar tasnya ke kepala Jaehyuk saking kesalnya. Dia itu menunggu Daehwi ngomong, tapi tidak mulai-mulai karena omongannya kepotong terus.

"Tolong tenang, ini bukan hutan," kata Hyunsuk berdiri sambil bergaya ala-ala wasit tinju.

"Orangnya belom lengkap nih! Gimana dong?!"

"Mulai aja, Hwi. Daripada berisik, nanti dimarahin sama ketua kelas sebelah."

"OHH IYA, SEBELAH KAN KELASNYA KAK BAEJIN YA, GUE LUPA DONG AHAHAHAHAHA!"

"Emang Kak Jinyoung kenapa? Lagi pms?" Tanya Wonjin yang kayaknya lagi error. Iya, tidak biasanya dia begitu.

"Lo lupa ya? Dia galak cuy, gue gak mau ya mati konyol," jawab Daehwi bergidik ngeri.

"Woi, kapan mulainya nih?!" Tanya Beomgyu kesal sambil menggebrak meja.

"Ck, iya iya! Gue mau kasih tau kalian tentang permainan aneh yang katanya terkutuk itu. Kalian tau gak sih, permainan itu tuh ada karena ada sihir gitu. Pihak sekolah lagi selidikin, gak taunya percikan sihirnya tuh masuk ke dalam tubuh kita. Kata Bu Suzy sih gitu."

"Kok bisa?!

"Nah itu dia, gak ada yang tau kenapa. Lo tau Hyunwoo anak kelas sebelah? Dia korban pertama cuy, sekarang lagi di rumah sakit, koma. Badannya kayak kena luka bakar gitu, serem deh," oceh Daehwi panjang lebar.

"Hyunwoo anak gengnya Kangmin, Hohyeon, sama Siwoo?" Tebak Asahi.

"Iyaaa! Makanya kita harus cari tau gimana caranya berhentiin cara itu, gue takut woi!"

"Hwi, kita semua bakal kena? Atau ada orang tertentu gitu yang gak bakal kena?" Tanya Hyunsuk begitu hal itu terlintas di benaknya.

"Hmm." Daehwi terlihat berpikir, lalu menjentikkan jarinya. "Ada! Iya ada! Ada orang tertentu yang gak bakal kena kutukan."

"Siapa?"

Daehwi berpikir lagi. "Kalau gak salah sih... keturunan dewa. Gila aja, mana ada keturunan dewa disini. Keturunan dewa kan sekolah di sekolah khusus."

"Ada tau, Hwi!" Sahut Mashiho setelah lama diam saja. "Itu loh, anak kelas sebelas, Kak Siyeon sama Kak Yeji."

"Mereka kan sekolah disini karena sekolah mereka lagi ada masalah," timpal Junseo memberi informasi. "Kalau gak salah, katanya disana juga ada sihir hitam gitu, makanya anak-anak dewa pada ngungsi ke dunia manusia."

"Lo tau dari mana?" Tanya Heeseung menyipitkan matanya curiga.

"Ya tau lah, gue kan nguping."

"Dih, awas congean."

"Teori dari mana coba! Gak jelas lo, vampire kampungan."

"Apa lo bilang?! Kampungan?!"

"Wah, gak bisa nih gak bisa." Asahi pun bangkit dari duduknya. "Gue yang sebangsa gak terima nih temen gue dikatain kampungan."

"Udah dong udah!" Teriak Jeongin buru-buru menengahi. "Hwi, lo punya info apa lagi? Tolong kasih tau kita, firasat gue gak enak."

"Oh iya! Jaehyuk, lo kan werewolf nih, nanti malem jangan keluar rumah ya."

"Gue kan mau main ke rumah Mashiho!"

"Jangan dulu, please. Gue baru inget, Bu Suzy bilang kutukan pertama bakal dimulai saat bulan purnama. Itu tandanya lo, Hyuk."

"WAH, GAK BENER NIH. MASA GUE YANG KENA DULUAN? Tapi gak apa-apa sih, hitung-hitung latihan memperkuat diri."

"SINTING ANJIR!"

Cursed Game | 01 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang