[HTMO] 14 - Among Us

Começar do início
                                    

Tara berdiri membelakangi Biya, dan memutar arah tubuhnya.

"Kenapa ngebelakangin aku?"

"Kamu nggak kepanasan?"

"Kalau nggak mau kepanasan nggak usah ke pantai lah Mas" imbuh Biya. Dia berlari ke arah air jernih yang menjorok ke daratan.

Tara berpaling, kini dia memperhatikan bagaimana adiknya itu berlari lari kecil bersama deburan ombak yang menghujam jejak kaki Biya setelah menapaki pasir pasir halus disana

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Tara berpaling, kini dia memperhatikan bagaimana adiknya itu berlari lari kecil bersama deburan ombak yang menghujam jejak kaki Biya setelah menapaki pasir pasir halus disana.

Tara mendapati Biya yang sedang menggambar sesuatu dengan sebuah ranting kecil dan menuliskan namanya di pasir hangat akibat teriknya matahari yang masih terpampang ketika melihat langit langit cakrawala disana.

"Biya & Tara."

Tara tersenyum tanpa rasa penasaran untuk mau bertanya. Biya melihat sorot mata lelaki yang mendatanginya. Dia mengerti keadaan sebelumnya.

Sejujurnya perasaan itu memang pernah tertanam di diri mereka berdua. Sayangnya, jauh sebelum Tara mengungkapkan semua, peristiwa itu terjadi. Yang sama sekali dia gak pernah bayangkan. Bukannya Biya melainkan Aira. Jika situasi tak pernah mendukung, setidaknya dia masih bisa sempatkan waktu atau mencuri kesempatan.

Perihal hati, siapa yang tau berlabuh dimana dan sampai kapan bukan?

Tara mengambil ranting itu dan menambahkan nama Dave dibawahnya.

"Kasihan kalau Dave nggak di bawa." Ujarnya, Tara membuat sebuah gambaran hati di luar tulisan mereka.

Biya menghangat. Bahkan matahari itu tak sanggup memberi kehangatan seperti apa yang Masnya berikan saat ini juga.

Perlawanan hati dan pergolakan batin. Tara masih ingat akal sehat setidaknya. Dia hanya ingin merasa dekat dan mengingat perasaan yang dulu pernah ada.

Bahkan sampai sekarang, mungkin masih belum hilang rasanya.

Sepanjang hari di teriknya panas ketika jam dua belas siang, mereka menepi ke sebuah saung untuk makan siang disana. Es kelapa muda ditambah ikan bakar dan aneka hidangan laut lainnya menemani perjalanan liburan mereka yang sangat sedikit waktunya.

"Enak Mas?" Tanya Biya, dia melihat Masnya itu makan dengan semangat. Bahkan hampir sebagian udang dan ikannya Tara habiskan sendiri.

"Pesen udang lagi ya, kamu mau?" Tawar Tara. Biya hanya melempar senyumnya. Dia begitu semangat ketika Tara hendak menambah seporsi hidangan udang lagi.

***

"Mas, Biya ngantuk"

Biya bersandar di pundak Tara. Hari itu mulai menjelang sore. Biya bahkan sudah mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Tidur aja"

"Nanti Biya ditinggalin lagi."

Tara mengulas senyumnya. "Yang pandai ninggalin itu kakak kamu, bukan Mas."

Sadar akan hal itu, Biya sedikit membuka matanya, memberi pergerakan sebentar untuk menatap wajah Tara dalam jarak sedekat itu.

"Mas, kenapa nggak bercerai aja?" Biya tau perceraian itu bukan hal yang mudah dan dilanggar oleh agamanya. Tapi kadang kala ketika sebuah masalah tidak bisa diselesaikan secara baik baik, ada kalanya menggunakan caranya sendiri untuk bisa diselesaikan.

"Kasihan Dave kalau Mama sama Ayahnya bercerai."

Biya mengangguk. Bagaimanapun perceraian itu akan membuat kondisi anak mereka sedikit terganggu. Umur pernikahan mereka bahkan masih seumur jagung.

"Semoga aja Aira cepet sadar."

Disaat seperti itu, Biya menundukan segala harapan. Dia merasa bahkan sudah tidak ada lagi kesempatan.

"Iya, amin."

Tara menyisir rambut Biya menggunakan jari jarinya, dirapihkan dengan halus dan Biya merasa nyaman saat jari jari lentik itu menari di atas kepalanya. Dia bahkan tertidur semakin pulas.

"Jangan tidur Bi, sebentar lagi maghrib."

"Abisnya nyaman."

"Iya yaudah, kita pulang aja?"

"Gak bisa kah Mas disini aja? Nggak usah balik lagi ke Jakarta?"

Sorot mata Biya penuh tanya. Dia masih menginginkan Tara merangkul lebih lama, namun tubuhnya sudah kembali pada posisi masing masing.

"Kenapa nggak pernah bicarakan tentang kita Mas? Yang jelas jelas Mas sendiri tau keadaanya." Netranya tajam, Biya ingin Tara memberi seluruh atensinya hanya untuknya.

"Aku susah buat lupain kamu."

Biya lupa, emosinya yang meredam seolah tak perduli. Bagaimanapun, bicara lebih baik menurutnya.

"Biya tau bagaimana kondisinya Mas sekarang, kan? Biya nggak boleh begitu." Sanggah Tara. Dia mencoba memberikan penjelasan yang masuk akal.

Bahkan sekalinya, perlakuan Tara kepadanya yang justru sama sekali tidak masuk di akal.

"Udah ya, kita pulang."

Tara menggenggam tangan Biya agar wanita itu tidak jatuh ke pasir yang semakin merendam jejak kaki yang mereka pijakan di pasir pasir itu.

"Semoga ya Mas.. semoga kalau ada kehidupan yang lebih baik untuk kita berdua, semoga aku sama kamu berada di tepat yang sama. Berpijak. Beriringin. Beradu pandang. Dan saling menggenggam.






















nabiya

nabiya untuk kali ini mungkin laut yang akan menceritakan tentang kita

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

nabiya untuk kali ini mungkin laut yang akan menceritakan tentang kita. Hanya di antara kita.























 Hanya di antara kita

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

See you next time!

How to Move on ─ TaeyongOnde histórias criam vida. Descubra agora