Dua

4.2K 506 249
                                    

Dua
~Serangan Balasan Kageyama!~

"Kalau kau ingin membuat Hinata menyukaimu, temani dia makan siang!" Tanaka berucap dengan mata berbinarnya, memberikan saran kepada si raven yang kini mengangguk-angguk polos.

"Benar, benar!" Noya menyeru. "Dia pasti akan menyukaimu jika kalian saling suap-menyuap secara romantis pada jam makan siang~" 

"Ah, indahnya~" Tanaka dan Noya memejamkan mata mereka, memasukkan jemari di antara sela jemari lainnya—kepala mereka berfantasi seolah mereka disuapi oleh sosok yang sama, Shimizu Kiyoko; manager mereka yang cantik jelita.

"Baiklah. Makan siang, ya..." Kageyama mengangguk. Dengan lugunya, ia percaya dengan apa yang dikatakan dua kakak kelasnya itu. Sedangkan, yang lainnya hanya bisa tertawa hampa.

Yah, setidaknya ide Tanaka dan Noya itu masih dikata wajar. Daichi pikir, sepertinya ia tidak perlu khawatir untuk saat ini.

▪🏐▪

Kageyama merebahkan diri di atas kasur. Telapak tangannya tidak berhenti melemparkan bola voli ke atas, dan menangkapnya—melakukan hal itu berulang kali. Namun, pikirannya melayang jauh dari sana.

"Cinta itu apa, sih?" Kageyama mulai bergumam. Alisnya mengerut tidak mengerti. Selama ini, banyak yang menyatakan cinta padanya—tetapi sejujurnya, Kageyama tidak pernah tahu apa maksudnya itu.

Si raven pernah membaca di majalah. Cinta adalah sesuatu dimana jantung merasa berdebar, merasa sayang, merasa ingin memiliki—dan jujur, semua itu tidak pernah ia rasakan pada manusia. Ia merasa seperti itu saat bermain voli. Jadi, dia mencintai voli? Apa itu normal?

Kageyama menangkap bola volinya. Ia pun meletakkan bola itu ke bawah, sedangkan matanya kembali menatap langit-langit kamar. Sungguh. Cinta itu sebenarnya apa?

Yang ia tahu... Oikawa kakak kelasnya saat SMP pernah berkata; Kalau kau tidak cinta, tolaklah mereka dengan tegas.

Hanya itu yang ia ingat. Dan hanya itu yang selalu ia patuhi, bahkan hingga saat ini. Setiap ada gadis yang menembaknya—ia selalu menolaknya dengan tegas.

"Memang itu yang terbaik, sih..." gumam Kageyama.

Ia pun bangkit untuk mematikan lampu kamarnya. Ia kembali ke kasurnya dan menarik selimutnya. Matanya terpejam, ingin segera pergi ke dunia mimpi. Walau demikian, kepalanya tidak berhenti berpikir apa arti dari cinta.

Kalau ia tidak tahu apa artinya, bagaimana bisa ia membuat Hinata cinta kepadanya? Ia tidak mau kalah!

▪🏐▪

Keesokan harinya, siang hari...

"Hahhh..."

Helaan napas terdengar dari lelaki berambut oranye itu, membuat kedua kawan sekelasnya menoleh ke arahnya. Salah satunya pun bertanya, "Ada apa, Shoyo? Tumben sekali kau terlihat tidak bersemangat saat jam makan siang~"

"Iya. Wajahmu seperti zombie," temannya yang lain berkomentar sembari membenarkan posisi kacamatanya.

"Hah, aku hanya memikirkan bagaimana caranya menang dari taruhanku dengannya!" seru Hinata. Tangannya mengepal kuat.

Are You Ready?!《KageHina Fanfiction》Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon