Sepuluh

3.1K 377 149
                                    

Sepuluh

~Si Monster~

Pagi itu, Hinata Shoyo memarkirkan sepedanya. Ia berjalan menuju ruang klub sembari meremas tas ranselnya kuat-kuat. Manik matanya menatap bawahnya dengan tatapan datarnya. Ingatannya berputar balik mengingat pembicaraan Kunimi Akira kemarin.

"Soalnya kau itu... raja yang pernah membunuh seseorang karena cinta, bukan?" Kunimi memandang Kageyama lurus, tatapannya terlihat tidak bercanda. Hinata menganga, menatap kedua insan itu secara bergantian.

Ini hanya candaan, 'kan? Kunimi itu teman SMP Kageyama, bukan? Mana ada murid SMP yang membunuh seseorang karena cinta? Itu seperti sebuah lelucon di dalam manga fiksi yang tidak masuk akal.

"..." Kageyama tidak bergeming dari tempatnya. Dia hanya mengepalkan tangannya kuat-kuat, menundukkan kepalanya ke bawah.

Melihat Kageyama yang tidak membalas pemuda di depannya itu, jantung Hinata menjadi berdegup kencang. Apakah yang dikatakan Kunimi itu sebuah fakta? Kageyama... pernah membunuh seorang gadis karena cinta?

"Haaah..." Kunimi menghela napasnya, menggaruk tekuknya. "Aku nggak seharusnya berbicara begini, sih. Itu bukan urusanku... dan kau sendiri sepertinya sudah tidak peduli soal itu, bukan? Jadi... selamat tinggal."

Kunimi melambaikan tangannya ogah-ogahan, berjalan menjauh dari pandangan mereka. Hinata mencengkram pegangan sepedanya kuat-kuat. Apa-apaan itu? Bahkan dengan teman sendiri, Kunimi mengatakan 'selamat tinggal' bukan 'sampai jumpa'. Seburuk itukah hubungan Kageyama dengan teman-teman SMPnya?

"Hei."

Suara Kageyama membuyarkan lamunan Hinata. Si oranye itu menoleh, "Y-ya?"

"Sudah malam. Kita berpisah di sini, ya?" Kageyama menunjuk ke arah halte bus dengan tatapan dinginnya, menyatakan bahwa Hinata boleh pergi sekarang dengan sepedanya.

"Ah... oke! Sampai jumpa besok, Kageyama!"

Hinata mengayuh sepedanya pergi dari sana. Sesekali, ia berbalik singkat untuk menatap wajah Kageyama. Lelaki itu memasang ekspresi yang tidak bisa ditebak. Wajahnya terlihat dingin, tidak berekspresi. Namun, tatapannya... terlihat sangat sendu.

"Hoi, boke. Jangan melamun kalau jalan."

Lamunan Hinata pecah begitu ia merasakan sebuah tangan mengacak rambut oranyenya. Hinata membuka matanya lebar-lebar melihat sosok raven di hadapannya, membuatnya mundur beberapa langkah, "K—kageyama!"

"... kau seperti sedang melihat hantu saja," Kageyama menyipitkan matanya ke arah Hinata.

"..." Hinata menganga, tidak berkata-kata. Wah, ternyata hari ini Kageyama mengajaknya berbicara seperti biasanya, ya? Benar, ia juga tidak boleh membiarkan kata-kata Kunimi menganggunya! Hinata pun menyeringai, "Hahaha~ Kau, sih, jauh lebih menyeramkan daripada hantu, Kageyama!"

Kageyama menarik senyum miring di wajahnya—senyum yang sangat menyeramkan. Tangannya lalu menarik kerah baju Hinata, "Pagi-pagi sudah membuatku kesal, ya...?"

"H—huwaaa, huwaa! Ampun! Maafkan aku!"

Kageyama menghela napasnya, melepaskan cengkramannya pada Hinata. Dia mulai melangkahkan kakinya, diikuti Hinata yang tersenyum cerah ke arahnya. Si jeruk itu berucap antusias, "Hei, Kageyama! Mau lomba lari sampai ruang klub?"

Kageyama mengangkat alisnya, "Kau ini tidak ada lelahnya, ya? Padahal kita kemarin sudah menghabiskan waktu sampai malam..."

"Ufufufu~ Aku 'kan tidak lemah."

Are You Ready?!《KageHina Fanfiction》Where stories live. Discover now