Dia mengusap air matanya dengan sisa darah yang dihasilkan dari luka di sekujur pergelangan tangan kirinya. Dia mengusaknya ke bagian mata sembari menyundutkan seluruh tubuhnya pada bathub yang ada di belakangnya.

Semuanya hanya menyisakan tangis dan air mata. Hatinya sakit saat mengetahui kejahatan dirinya kini telah diketahui Jefry. Yang sudah terlanjur dia cintai tanpa memandang Doyoung sebagai rasa balas dendam yang belum selesai.

Dia kecewa dan hanya berharap besok pagi dirinya sudah pergi bebas menjauh dari lelaki itu. Ekspektasinya terlalu tinggi rupanya untuk bisa bersama Jefry. Yang ada di pikirannya saat ini adalah .. sebuah kenyataan tentang seberapa bencinya Jefry kepadanya.

Belum tuntas penyesalan itu dia habiskan sendiri, Jefry sudah diambang pintu dan mematikan kucuran itu lebih lama bergulir.

Jefry mengangkat tubuh ringkih Hany dan membawanya ke atas ranjang. Dia menggantikan pakaian wanita itu keseluruhan, dan memanggilkan dokter untuk memeriksanya.

Hany belum kunjung tersadar selama kejadian semalam yang membuatnya harus mengakhiri hidupnya lebih cepat. Jefry menatap wajah pucat pasi tanpa ekspresi dengan air mukanya yang ikut menyendu. Dia sedih, kecewa dan cukup terpuruk pada semua keadaan.

Doyoung mungkin bisa dia tidak percayai, tapi .. Kejora?

Mendengarkan penuturan itu saja hatinya sudah melemah. Seberapa kejinya wanita yang sedang bersamanya itu, yang masih terlelap di dalam selimut hangat dan juga mengandung seorang anak manusia yang mana itu adalah darah daging milik Jefry.

Semuanya terasa mengusik ketenangan jiwanya kala itu. Membuatnya goyah untuk segera menikahi Hany. Menyakitkan dan Jefry hampir tak mau menerima semua kenyataan yang dia pikir ini hanyalah perasaan semu semata.

***

"Hany"

Kepalanya terasa berat, matanya masih sembab. Hany membuka kelopak matanya pelan. Perasaanya mengawang dan berbayang, rasanya semacam berada dalam suatu mimpi yang jauh.

Dia menemukan Jefry yang tersenyum di sebelahnya.

Oh rasanya seperti ini berada di surga? Kenapa Tuhan berbaik hati sekali?

Hany tersenyum, saat dia merasakan perutnya berguncang sedikit, dia menjatuhkan pandangannya. Jefry mengelus perutnya.

"Tolong jangan lakukan itu lagi, itu anak aku. Jangan sakitin anak aku, Han"

Hany belum mampu menguraikan kalimat, dia masih belum sepenuhnya bangun.

Hany menangis saat Jefry memeluk perut yang sudah mencetak ukuran yang lebih besar dari pada sebelumnya. Rupanya ini nyata, dan Jefry masih melekukan tubuhnya di seluruh pergerakan Hany.

"Izinin aku buat bertanggung jawab, jangan biarkan dia pergi sama kamu"

Bahkan disaat seperti ini Jefry masih mau bertanggung jawab untuknya, atas segala perbuatannya. Tanpa membahas segala rasa penyesalannya yang dia simpan rapat rapat. Bagaimanapun, jahatnya seorang wanita menunjukan seberapa rapuh dirinya hingga mengupayakan segala cara agar rasa sakitnya bisa terbayarakan.

Jefry mengangguk saat Hany dengan tulus dan menyesal mengungkapkan semua permintaan maaf sebesar besarnya. Bahkan Hany mengatakan, jika Jefry boleh memiliki anaknya dan Hany akan pergi setelah itu. Rasa benci untuk dirinya sendiri bahkan terlalu besar. Dia merasa tidak akan menjadi seorang Ibu yang layak suatu hari nanti untuk anaknya kelak.

SIR | DoyoungМесто, где живут истории. Откройте их для себя