🎶Hanin dhiya - Roman Picisan🎶
~*~*~*~*~*~
Namaku Sakira Geory, teman-temanku biasa memanggilku Ira. Sekarang umurku 17 tahun. Aku memiliki rambut coklat panjang sedikit bergelombang, kulitku putih langsat dan badanku... em... pendek mungkin 150 cm.
Aku punya dua teman yang cukup dekat di sekolah. Yang pertama namanya Kara, dia adalah siswa teladan di jurusanku. Namanya selalu terpampang di daftar sepuluh besar se-angkatan. Lalu yang kedua namanya Melodi, siswa yang paling cantik di sekolah, benar benar cantik hingga dijuluki Dewi.
Namun meski kami berteman dan sering makan bersama aku tak pernah menceritakan apa pun tentang keluargaku atau masa laluku. Bukan karena aku tidak ingin tapi... karena aku amnesia. Aku tak ingat persisnya kapan tapi melihat bekas luka ditubuhku sepertinya aku bunuh diri dan melupakan banyak hal dari masa laluku. Yah untuk beberapa alasan aku pikir ini cukup bagus.
Waktu di rumah sakit aku kebingungan dan gelisah. Tak satu pun yang aku kenali dan aku tak tahu bagaimana aku bisa sampai di sana. Tiba tiba pria asing datang padaku dan berkata bahwa dia adalah ayahku dan ingin aku pergi bersamanya. Entah apa yang aku pikirkan saat itu tanpa ragu sedikit pun aku segera mengemas barang barangku dan angkat kaki dari rumah sakit.
Saat itu aku hanya merasa selama aku meninggalkan rumah sakit semua akan baik baik saja. lagi pula aku tidak secantik itu dan aku tidak memiliki apa pun sampai bisa dimanfaatkan orang lain.
Kini aku sedang duduk di bawah pohon ginko besar di tengah halaman sembari menunggu temanku datang. Aku terdiam memperhatikan daun daun keemasan yang gugur tertiup angin. Rumah ayah tak lebih dari rumah minimalis bercat putih dengan sepetak halaman. Ayah jarang di rumah. Ia selalu melakukan perjalanan bisnis jadi di rumah ini hanya ada aku sendiri.
Rumah sepi ini menjadi satu satunya tempatku pulang.
"IRA!" panggil Melodi.
Melodi dan Kara berdiri di dekat gerbang melambaikan tangan ke arahku. Aku pun segera mengambil tas merahku lalu pergi ke Sekolah.
Seperti biasa Melodi selalu tampil cantik begitu juga Kara. Aku tak heran jika aku tampak jelek berdiri di samping mereka. Toh bahkan bunga di taman tak lagi mencolok jika ada di samping mereka apalagi aku yang manusia biasa.
Di jalan,
"Mager banget nih gua masuk," ucap Melodi sembari menguap.
"Kenapa? Emang luh gak kangen ayang beb lu?" Tanya Kara sembari mengedipkan sebelah matanya.
"Ayang beb?" Tanya Melodi.
"Dih! Pacar sendiri lupa."
"Gua gak punya pacar! Jangan fitnah deh," ucap Melodi tak terima.
"Parah lu Mr.Herry gak diakuin."
"Idih! Mata lu lima! Mending gua pacaran sama jin pohon kapuk sekolah dari pada sama dia!"
Melihat mereka mulai bertengkar pagi pagi membuatku menjauh semeter. Aku tak mau energi yang telahku kumpulkan susah payah semalaman terkuras begitu saja.
Mr.Herry adalah wali Kelasku sekaligus guru matematika. wajahnya seram dan badannya tinggi besar. Udah gitu orangnya ngeselin. Udah hobinya marah marah dan kebiasaan buruknya gak pernah berubah. Dia suka banget ngasih pr banyak. Bahkan hujan dan petir gak bisa menghalangi kedatangannya ke kelas. Sial! Dia adalah tipe guru paling legend.
"Entah kenapa seketika gua menyesal masuk kelas Akuntansi. Pleasee Tuhan please satu aja masukin cowok tampan ke kelas," ucap Melodi
"Lagian siapa yang mau sekolah di sekolahan yang gurunya killer semua?" tanyaku.
Aku baru saja mengatakannya dan wajahku tiba-tiba di tampar kenyataan.
Di depan gerbang sekolah sosok yang sangat tampan tiba-tiba melintas melewati kami, membuat aku, Kara, dan Melodi syok di tempat tak bisa bergerak.
"Tadi... tadi..." ucap Melodi.
Aku masih kesurupan.
"AAAAA YA AMPUNN! tadi ganteng banget!! siapa sih tadi??" tanya Melodi yang sangat histeris. Sampai sampai memeluk Kara.
"Gak tahu ayo cepat kejar!" ucap Kara antusias.
Pada akhirnya aku di tinggal sendirian di depan gerbang. Semua murid lari secepat angin menuju gedung sekolah.
Aku menutup mulutku merasa sangat tercengang. Parah sih parah! Ganteng banget!! Melihat halaman yang sepi aku ingin mengejar cowok itu juga tapi membayangkan akan berdesak desakan membuatku menyerah duluan. Antara ingin dan tidak tapi akhirnya aku kalah oleh rasa malasku.
Yah nanti juga aku akan tahu saat waktunya tiba, jadi... err santai aja.
Di kelas,
Ketika bel berbunyi semua siswa akhirnya kembali ke dalam kelas,
"Eh Sakira, ternyata yang tadi lewat anak baru di MIPA 1. Demi apa ganteng banget!" kata Melodi.
"Ngapain anak MIPA 1 datang ke gedung SMK?" tanyaku bingung. Jelas jelas gedung SMA dan SMK dipisah.
"Gak tahu gosipnya sih cowok itu mau pindah ke SMK. Kyaa! kira-kira kelas mana yang bakal dia pilih," ucap Melodi sangat bersemangat.
Aku terdiam mendengarnya. Jadi anak itu mau pindah ke SMK?
Beberapa jam kemudian,
Bel pulang pun berbunyi, aku langsung merapihkan semua buku. Karena tasku berat akhirnya aku tidak memasukkan dua buku paket ke dalam tas.
Heran deh sama Mr.Herry peraturan macam apa yang dia tetapkan itu. Kenapa juga siswa harus membawa buku lengkap. Kalau bawa buku seberat ini setiap hari kapan aku tingginya? 'Wijib mimbiwi biki pikit hih!!' sebal banget.
Saat aku berjalan keluar kelas entah kenapa suasana di sekolah sepi. Aku tak dapat mengendalikan pikiranku yang mulai liar namun aku tetap mencoba memberanikan diri.
Aku berjalan perlahan di koridor sekolah sampai tiba tiba aku merasa sedang di awasi.
Aku pun menoleh ke belakang namun yang kulihat hanya koridor yang kosong. Entah kenapa rasa dingin dan merinding merambat hingga ke tengkuk. Tanpa berpikir panjang aku berlari sekencang kencangnya.
Seolah olah aku lupa kesialanku dengan tangga. Tepat saat aku menuruni tangga aku terpeleset! Spontan aku menutup mata.
Ketika aku sedang menebak-nebak akan mematahkan kaki atau tangan seseorang datang menangkapku tepat waktu. Ia memelukku cukup erat.
"Luh gak papah?" tanya orang itu.
Saatku membuka mata aku tersentak kaget. Pandanganku di sambut mata biru laut yang begitu indah membuat pikiranku membeku sejenak, hanya ada satu kata yang terpikir olehku.
'Malaikat?'
Aku terpaku beberapa saat sebelum akhirnya tersadar dan segera berdiri kembali. Aku memalingkan wajahku tak berani menatapnya sedikit pun.
"Emm e,enggak gue gak papah. Ma,makasih ya," ucapku begitu gugup dan langsung melarikan diri dari sana.
Saat di jalan aku menyentuh dadaku yang berdetak keras. Huft nyaris aja patah tulang! Tapi... Aaaaa malu banget gila! Malahan ganteng banget lagi sial! sial! Aku memiliki firasat bahwa dia cowok tampan yang tadi pagi kulihat!
Sesampainya di rumah,
Aku membanting tas di depan pintu menyalakan lampu dan terbang langsung ke sofa. Aku menggila menendang-nendang udara saking malunya. Aku sampai lupa rasa tak sukaku pada rumah kosong. Aku terus menendang sampai akhirnya aku lelah dan berbaring tak bergerak dengan nafas tak beraturan.
"Hosh hosh, sial malu banget sial! Ah bodo amat gua gak kenal ini. Lagian juga gak bakal ketemu lagi kan? Sumpah gak bakal ketemu lagi!!"
Aaaaaaa!
To be continues...
YOU ARE READING
Between Us
RomanceBukannya aku tak mencintaimu lagi, hanya saja aku sadar perjuanganku hanya menyakitimu. Aku tak seindah dia, aku tak sebaik dia. Aku tak memiliki apa pun yang dapat membuatmu bertahan.
