Malaikat Tanpa Sayap

54 3 0
                                    

Karya : Heni Supriyanti

🍁🍁🍁

Hallo, perkenalkan namaku Starla. Nama yang indah bukan ? Ibu ku yang memberiku nama itu. Ia bilang, aku harus jadi seperti bintang yang bersinar di tengah kegelapan. Dulu aku tidak mengerti, kenapa aku harus bersinar ditengah kegelapan. Tapi, sekarang aku sadar kegelapan yang ibu maksud mungkin adalah gelap nya kehidupanku.

Dulu keluarga ku hidup bahagia. Aku terlahir dari keluarga kaya yang penuh kasih sayang. Sesibuk apapun orang tuaku mereka selalu meluangkan waktunya untukku. Meski hanya sekedar berjalan-jalan menemaniku mencari udara segar. Ah, bahagia sekali rasanya mengenang masalalu. Mengenang segala hal yang sudah berlalu dan mungkin takan terulang lagi.

Sekarang semua nya telah berbeda, tidak ada lagi acara jalan-jalan bersama, tidak ada lagi rumah yang penuh canda tawa. Semenjak perusahaan ayah ku bangkrut, hidup kami mulai berubah. Begitupun sifat orang tuaku. Ayah yang tadinya adalah laki-laki tegas tetapi berhati lembut kini sudah tidak ada lagi. Semenjak perusahaan nya bangkrut ayahku jadi sering mabuk-mabukan. Tak hanya itu saja, sepertinya tuhan tidak membiarkan kami bahagia. Ayah ku mengalami kecelakaan, ia kehilangan kaki kirinya. Aku dan ibuku benar-benar terpukul dengan keadaan ini. Meskipun aku membenci ayah tapi tetap saja, melihat nya duduk dikursi roda adalah hal yang sangat menyakitkan. Aku ikhlas menerima keadaan ini. Keluarga kami pun mulai mencoba menata kehidupan agar kembali seperti semula.

Tapi sepertinya semesta sedang mempermainkan keluarga ku. Ekonomi keluarga ku benar-benar menurun, terkadang kami makan hanya sehari sekali atau bahkan tidak sama sekali.

Hari itu aku benar-benar bingung. Aku mendapat surat dari sekolah yang menyuruh untuk segera melunasi pembayaran. Wajar saja aku mendapat surat, Aku sudah lima bulan tidak membayar uang spp.

"Starla nanti tolong kasihin ke orang tuamu ya, bapak tau keluarga mu sedang sulit. Tapi tetap saja peraturan adalah peraturan. Kamu harus membayar tunggakan spp kamu. Kalau tidak kamu harus keluar dari sekolah ini," ucap pak Adi kepala sekolahku.

"Iya pak akan saya usahakan," jawabku pelan, menyembunyikan tangisku.

"Yaudah kamu boleh pergi,"

"Iya pak terimakasih, Assalamualaikum," Aku langsung bergegas keluar. Air mata yang sedari tadi ditahan lolos begitu saja.

Aku berlari sekuat tenaga, padahal ketika itu cuaca sedang hujan. Aku terus berlari entah akan kemana. Yang ku tahu, aku harus pergi sebelum mereka semua melihat air mataku.

"Starr lo mau kemana !?" teriak perempuan cantik, yang memegang payung berwarna biru dilengannya.

Aku berbalik. "Gu-e mau pul-ang Fir," ah sial aku tidak bisa menahan air mataku. Isakan ku lolos begitu saja.

"Lo kenapa ? Cerita sama gue Star," tanya perempuan tersebut khawatir.

Ah ya, perempuan tersebut adalah Firda. Sahabat ku sejak masa taman kanak-kanak. Hanya dia satu-satunya orang yang tidak menjauhiku setelah tau masalah yang dialami keluargaku.

Aku diam bingung mau menjawab apa.

Firda mengguncang tubuhku, terlihat matanya juga memerah menahan tangis. "Star hiks cerita sama gue lo kenapa. Jangan diem kaya gini, gue ngerasa jadi sahabat yang gak berguna."

Tangisan yang sejak tadi kutahan pun pecah. Aku memeluk nya erat menumpahkan sesak yang aku rasakan.

"Lo kenapa ?" tanya Firda, ia balas memeluk tubuhku erat.

Kami sekarang berada di tengah lapangan. Mungkin beberapa orang juga menonton drama yang kami lakukan. Yah tapi biarlah, yang aku tau sekarang ini aku hanya ingin menangis.

"Aku..." ah sepertinya aku tidak bisa menjelaskan masalahku kepadanya. Jika aku memberitahunya mungkin dia akan melakukan sesuatu untuk membantuku. Tidak, aku tidak mau merepotkannya.

Aku mencoba tersenyum. "Gue gapapa Fir." Aku melepaskan pelukan kami.

"Gue pulang dulu ya, makasih udah mau jadi sahabat gue. Maaf ngerepotin." Setelah mengucapkan itu aku langsung berlari pergi meninggalkan lapangan tersebut.

"Starla!"

Aku tidak menghiraukan teriakan Firda yang memanggil namaku. Aku terus berlari.

Aku memutuskan untuk pulang kerumah. Menjelaskan semuanya kepada ibu. Jikalau memang tidak ada biaya aku tak apa jika harus berhenti sekolah.

"Assalamualaikum," ucapku sambil membuka pintu.

"Eh anak ibu udah pulang," ucap ibu sembari menghampiriku.

Ia mengerutkan keningnya. "Ko baju kamu basah ? Kamu hujan-hujanan nak ?" tanya nya panik.

Aku tersenyum menenangkan. "Gapapako bu, tadi kehujanan dikit hehe."

Ibu menghela napas. "Yaudah sana ganti baju dulu."

"Ia bu. Oh ya, nanti habis Star mandi ada yang mau Star omongin sama ibu" Setelah itu akupun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh.

Setelah selesai membersihkan tubuh. Aku pun menghampiri ibu yang sedang duduk di karpet depan tv. Karpet itu pemberian dari salah satu tetanggaku.

Ibu menepuk sisi sebelah kirinya. "Sini nak."

Aku pun duduk di samping ibu.

"Kamu mau ngomong apa hm ? Ada masalah ?" tanya ibu sembari mengelus rambutku pelan.

"Emm..." jujur aku bingung harus memulainya dari mana, alhasil aku hanya diam sembari memilin ujung bajuku. Hal yang biasa kulakukan ketika sedang bingung.

"Cerita aja sayang, ada apa hm ?" tanya ibu.

Aku mengambil surat yang aku sembunyikan di kantong celanaku. "Ini bu."

Ibu membuka surat tersebut, terlihat kekhawathiran dimatanya.

"Ibu kalo emang ibu gada uang, Star gapapa ko berenti sekolah. Star di rumah aja nemenin ayah," ucapku pelan.

Ibu tersenyum lembut, ia menggenggam tanganku. "Jangan dong, Star harus sekolah. Star harus jadi orang sukses, Star harus jadi bintangnya ibu."

"Tapi bu..."

"Gada tapi-tapi, ibu bakal cari uang lebih giat lagi. Pokonya Star harus tetap sekolah ya," ucap ibu.

****

Sejak pembicaraan hari itu tak lama ibu memberiku uang untuk membayar sekolah. Aku tak tau ibu mendapat uang sebanyak itu dari mana tapi jujur aku senang, aku tidak jadi di keluarkan dari sekolah.

Ah, tentang ayah. Keadaan nya masih sama. Ayah sering melamun dan terkadang aku memergoki nya sedang menangis. Aku selalu menemani ayah dan mencoba berbicara dengannya. Ya meskipun dia hanya memandangku tanpa mengatakan apapun.

Jujur, aku penasaran tentang pekerjaan ibu. Sampai akhirnya aku mengikutinya diam-diam ketika hendak berangkat kerja.

Hatiku serasa diremas melihat nya. Ibuku melakukan dua pekerjaan sekaligus. Pagi sampai siang, ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ketika siang hari ibu pulang untuk sekedar memasakan makanan untukku dan ayah. Malamnya ibu bahkan ternyata bekerja lagi sebagai pelayan di salah satu restoran.

Aku sungguh menyesal selama ini hanya bisa meminta tanpa tau hal yang dilakukan ibuku. Ternyata benar kasih sayang seorang ibu itu tiada tandingannya. Ia sosok pahlawan yang sesungguhnya.

Hari itu pun aku bertekad. Untuk belajar bersungguh-sungguh agar mendapatkan beasiswa yang dapat meringankan pengeluaran ibuku. Aku juga bertekad untuk mengangkat derajat kedua orang tuaku. Agar mereka tidak harus terus dipandang sebelah mata.

Aku terus belajar dengan giat. Sampai hari kelulusan tiba, Aku mendapatkan juara 1 pararel di Sekolahku. Aku bahkan mendapatkan beasiswa untuk kuliah disalah satu kampus ternama.

Aku sungguh bahagia, melihat senyuman yang terpancar indah di wajah ayah dan ibu.

Untuk ibu malaikat tanpa sayap ku dan untuk ayah super hero ku,aku sayang kalian. Semoga kalian selalu bahagia.

Ibu, terimakasih atas kerja keras yang kau lakukan dan terimakasih atas segala nasihat yang kau berikan.

Aku sangat mencintai ibu, I love you mom.

Cerpen Cintaku Kepada Ibuحيث تعيش القصص. اكتشف الآن