23# Linen

19.3K 5.1K 2.6K
                                    

○○○●●●》♤♤♤《●●●○○○

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

○○○●●●》♤♤♤《●●●○○○

○○○●●●》♤♤♤《●●●○○○

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

○○○●●●》♤♤♤《●●●○○○


Serena memejamkan matanya erat-erat saat sebuah vas bunga melayang melewati pelipisnya. Tak lama setelahnya, vas bunga tersebut hancur berkeping-keping setelah menabrak tembok. Di depan meja kerja papa, ia hanya bisa geming.

"Hilang katamu?" Handoko berang. Dia bahkan belum melepaskan dasinya sesampainya ia di rumah tapi Serena sudah membuat kekacauan. "Bukti sepenting itu bisa hilang?! Papa sudah yakin kalau kamu memang nggak becus mengurusi masalah ini."

"Nanti bakalan Serena cari lagi, Pa." kata gadis itu. Ia masih enggan bersitatap dengan wajah marah papa. Yang barusan hanya vas bunga. Jika papa benar-benar marah, Serena bisa saja menemukan tongkat golf di ujung ruangan itu menghantam tubuhnya. Jadi, anggap saja hari ini dia sedikit beruntung.

"Sudah seharusnya kamu temukan! Kamu tahu akibatnya kalau bukti itu jatuh ke tangan yang salah?!" perlahan-lahan, Serena mengangguk. "Keluar! Dan cari bukti itu sampai ketemu!" papa berteriak keras.

Melihat bagaimana murkanya papa saat ini, Serena tidak berpikir dua kali untuk keluar dari ruang kerja papa. Gara-gara Setiaji, segalanya jadi carut-marut. Selepas kepergian laki-laki itu, Serena menyadari bahwa dia telah kehilangan sebuah flashdisk penting. Di dalam sana terdapat buku rahasia perusahaan yang tidak seharusnya diketahui oleh orang luar. Ibarat manusia, isi flashdisk tersebut adalah nyawa. Perusahaan sudah dipastikan hancur lebur jika benda itu berada di tangan musuhnya. Sejauh ini, hanya Abraham yang tahu isinya. Beruntungnya, orang itu telah mati. Tapi jika benar dugaannya bahwa buku rahasia tersebut berada di tangan Setiaji sekarang, maka segalanya akan selesai. Habis tanpa sisa.

"Saya kasih kamu dan Handoko waktu 2 hari dimulai hari ini untuk mengakui semuanya. Kematian Abraham, hal-hal picik yang pernah kamu lakukan ke anak-anak itu, dan semua kegiatan pasar gelap di perairan Batam yang kamu lakukan. Artinya, besok adalah kesempatan terakhir kamu. Kalau kamu menuruti itu, saya anggap semuanya selesai. Tapi kalau kamu mengabaikan ini, saya pastikan kamu menyesal seumur hidup kamu."

Colors in The Sky | Park Jisung✔Where stories live. Discover now