Chapter 2

11.1K 804 1
                                    

= Venice, I'm in Love =

Pesawat telah lepas landas, perasaan bahagia membuncah di dadaku. Akhirnya aku bisa meninggalkan pertemuan itu. Aku duduk di samping chandra , menyandarkan kepala ku di bahunya.

"Ngantuk yang"

"iya nih"

"Bobo dulu gih" ujar chandra

Aku pun menutup mata dan mulai menyusuri alam mimpi.

"Tega teganya kamu sama papa prill"

"Anak macam apa kamu"

"Kamu bukan anak kita lagi"

Aku tersentak dari mimpi ku. Benar benar mimpi buruk, apakah kedua orang tua ku akan murka seperti itu.

"Kenapa?"

"mimpi buruk" jawabku

"Aku ke toilet dulu ya" lanjutku

"iya..hati hati"

Aku berjalan ke belakang menuju toilet.

Brukkkkkk

Langkah ku terhenti, sial aku menabrak orang.

"Maaf"

Aku mendongakkan wajah melihat siapa yang ku tabrak. Gilaaa!! cowok ini ganteng banget. Mata nya teduh, hidupnya mancung, kulitnya putih, serta bibir merah. Aku melongo melihat sosok pria tampan di depanku ini. Demi neptunus , muka ku udah kayak kambing congek.

"Hey" ucap nya

Sial suaranya seksi banget. Aku masih menatap lekat wajahnya.

"mbak"

Shit!! di kira tukang nasi pecel di panggil mbak.

"Hey.. loe kenapa sih? diem aja. Bisu loe" teriaknya

Hisst .. kutarik lagi semua kata kata ku. Dia tak tampan, dia itu sangat menyebalkan.

"Biasa aja dong. sorry gue nggak sengaja nabrak loe" sungutku dan berlalu meninggalkannya.

= Venice, I'm in Love =

"Maaf"

Seorang gadis menabrak ku , dia menunduk.

Tak lama ia pun mendongakkan kepala dan menatap ku tajam. Gadis itu melongo. Astaga ini lucu sekali, rasa nya aku ingin tertawa keras. Ku perhatikan lagi gadis itu dari atas hingga bawah. Matanya sangat indah, pipi nya chubby , hidungnya mancung serta bibirnya merah. Sial aku ingin mengecupnya. Kulit nya putih mulus, lehernya tampak indah. Celana jeans dan atasan denim membuatnya nampak sporty. Benar benar membuatku terpukau. Aku menepuk tanganku di depan wajahnya.

"Hey"

Dia tak menyaut sedikitpun. Dia masih tetap tertegun. Kali ini dia tampak tersenyum simpul. oh tuhan, inikah bidadari?. Ku coba menyadarkan Lamunannya

"Mbak"

Dia sama sekali tak meresponku. Tapi ekspresi wajahnya berubah seperti macan yang ingin menerkam. Adakah yang salah dengan ucapanku.

"Hey.. Loe kenapa sih? diem aja. Bisu Loe"

Rahangnya mengeras dan dia menatap tajam manik mataku.

"Biasa aja dong. Sorry gue nggak sengaja nabrak loe" ketusnya

Astaga saat marah pun dia sangat menggemaskan. Dia berlalu meninggalkanku. Harum vanilla masih bisa kucium ,sekalipun ia telah tak ada. Aku berjalan kembali ke tempat aurora. Aku terkekeh pelan saat mengingatnya. Sial apa yang kupikirkan.

"Sayang.."

"iya"

"Kenapa senyum2 mulu dari tadi?" tanya aurora

"Nggak papa.. keinget komik yang kemarin aku baca aja" jawabku asal

Seorang gadis melewati tempatku dan Aurora. Hmm harum vanilla, sial gadis itu duduk di depan ku ternyata. Dan ada seorang pria menemani nya. Bisa kupastikan dia kekasihnya. Damn!!

Venice, I'm in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang