Keluarga Kim berkumpul di ruang tengah. Kun yang duduk diantara Jisoo dan Irene, ibu Kim dan pak Kim yang duduk berdampingan, serta Suho yang duduk di sofa tunggal. Sedangkan para pria yang tadi duduk di sofa yang tak jauh dari mereka. Dan Seulgi masih menemani anaknya bermain di tempat tadi.
"Apa harus papa yang bicara?" Ujar tuan Kim.
Suho menunduk. Menarik sudut bibirnya untuk tersenyum, kemudian menegakkan kepalanya lagi. Ia menatap dua wanita yang pandangannya seperti menunggu sesuatu.
"Aku minta maaf," ujar Suho. "Aku tahu, aku bukan pemimpin rumah tangga yang baik. Tapi aku sangat bersyukur mempunyai kalian," ujarnya lagi.
Jisoo dan Irene saling pandang dan akhirnya pandangan mereka tertuju pada Kun yang asyik mengamati mainannya.
"Pangeran Kim," panggil lembut Irene.
"Iya mama?" Anak itu langsung menyahut.
"Mainnya di sana dulu ya, nanti mama susul," Irene menunjuk Seulgi dan anaknya berada.
Kun mengangguk. "Oke ma!" Ujarnya lalu turun dari sofa.
Jisoo mengusap rambut Kun gemas ketika anak itu lewat didepannya sebelum akhirnya berlari ke tempat yang tadi Irene tunjuk.
Irene memberanikan diri menatap Suho. Entah kenapa ada rasa rindu yang muncul saat melihat pria Kim itu.
"Bisa kah kamu kasih keputusan?" Tanya Irene.
"Keputusan?" Bingung Suho.
"Aku ikhlas jika kalian bersama," ujar Jisoo dan membuat semua orang menatapnya.
"Aku juga bahagia jika kalian bersama," Irene tersenyum dan kini pandangan semua orang beralih pada mereka.
Para pria yang menyaksikan hanya bisa menggeleng. Tak habis pikir dengan dua berlian yang Suho dapatkan itu.
Suho terdiam. Ini adalah hal yang paling sulit untuknya. Memberi keputusan untuk saat ini sangat sulit karena menyangkut kedepannya.
Jika Suho memilih Irene, ia tak bisa membohongi perasaannya yang juga sama pada Jisoo. Tetapi jika ia memilih Jisoo, perasaannya pada Irene pun tak bisa diabaikan. Terlebih lagi ada Kun diantara keduanya.
Tolong, berikan satu berlian yang terbaik sebagai jawaban untuk Suho. Tetapi jika keduanya terbaik, bisakah Suho memilih?
"Tuan Kim..." suara Irene menyadarkannya.
Suho tampak bingung. Ia memejamkan matanya. "Maafkan aku..." ujarnya pelan.
Ia menatap lurus ke depan. "Kalian begitu berharga, dan pertanyaan itu sangat sulit bagiku"
"Kami paham, tapi kami menunggu keputusan kamu," ujar Jisoo.
Mendengar hal itu, Suho menatap keduanya. "Apa kalian akan menerima apapun keputusan aku?" Tanya Suho.
Keduanya mengangguk.
"Jika aku putuskan untuk mempertahankan kedua pernikahan ini, kalian akan menerimanya kan?"
Irene dan Jisoo saling tatap. Sebenarnya ini yang sudah mereka duga dari awal. Mereka takut ini terjadi, dan hari inilah ini terjadi. Keduanya sama-sama tak ingin menyakiti, yang mereka harap hanya satu ikatan dan kedamaian.
"Bisakah pilih satu aja?" Irene menunduk.
"Tidak. Karena aku hanya ingin kalian berada disini. Bersama dalam keluarga, dan memberi aku kesempatan untuk memperbaiki diri sebagai kepala rumah tangga," ujar Suho.
Jisoo menghela nafasnya. Irene menegakkan kepalanya, lalu menatap sang mertua.
Tiba-tiba saja Suho berlutut dihadapan kedua wanita itu. Pria itu juga menunduk dan membuat kedua wanita itu bingung.
"Aku mohon.... beri aku kesempatan untuk memperbaiki diri sebagai kepala rumah tangga. Kita mengurus anak bersama, mengalami masa sulit bersama dan bahagia bersama. Aku mohon pada kalian," ujar lelaki Kim itu.
"Berdiri," ujar Jisoo.
Irene dan Jisoo membantu Suho untuk berdiri atau menegakkan kepalanya. Tetapi pria itu tetap diposisinya. Tak mau bergerak sedikitpun.
"Nggak! Aku hanya ingin bersama kalian, keputusan aku hanya untuk mempertahankan kedua ikatan ini," Suho benar-benar keukeh dengan keputusannya.
Jisoo dan Irene saling pandang. Merasa sia-sia jika memaksa pria ini.
"Mama rasa, ada baiknya kalian bersama. Setidaknya, jangan ingkari janji pernikahan kalian," ibu Kim bersuara. Membuat kedua menantunya menatapnya.
"Sebelum palu terketuk, keputusan mempertahankan fondasi yang kalian buat itu tak akan sia-sia." Ibu Kim kembali bersuara. "Hargai pernikahan dan janji kalian. Perpisahan tak akan menjamin kebahagiaan. Dan perasaan, kalian tentu tak bisa bohong jika kalian masih ada rasa,"
Ibu Kim beranjak, ia berdiri di belakang kedua menantunya. Meraih tangan Jisoo dan Irene untuk disatukan.
"Jika kalian sudah menerima satu sama lain, tidak ada salahnya kalian bertahan bersama. Memang akan sakit, tapi itu lebih mulia dari pada harus ada yang pergi,"
Jisoo dan Irene yang awalnya mendongak, menatap ibu Kim... kini mereka saling bertatapan. Seolah mengutarakan apa yang ada di pikiran mading-masing dengan pandangan mereka.
"Aku mohon.... aku akan berusaha lebih baik pada kalian," kini Suho menatap keduanya dengan penuh harap.
Setelah menghela nafas, akhirnya Jisoo dan Irene pun mengangguk. Mereka akan menghargai keputusan Suho untuk kedepannya.
"Aku akan coba," Jisoo.
"Aku akan berusaha," Irene.
Suho pun tersenyum. "Terima kasih... terima kasih...." ia mengucapkan banyak kata terima kasih pada kedua wanita dihadapannya itu.
Ia meraih kedua tangan wanita itu yang saling bertautan dan menggenggamnya. "Kalian sangat berharga, aku akan berusaha lindungi kalian. Karena hidupku sangat sempurna jika ada Dirimu," Suho menatap Irene. "Dan Kamu" ia menatap Jisoo.
Sedangkan Jisoo dan Irene sama-sama menatap Suho dan tersenyum simpul. Mereka harap, dengan mempertahankan ikatan suci ini mereka bisa mendapat kebahagiaan nantinya.
Udah terobati kangennya?:v
Maaf jika ceritanya jelek😂
Typony juga banyak. Males benerin. Yah... karena aku nggak tau bakal se-sibuk ini dan se pusing ini😭
Maaf yah🙏
Sangking sibuknya jadi lupa up😭
Semoga pademinya cepet berlalu. Biar bisa refreshing ke luar dengan bebas🙏🍎
Part terakhir aku up besok! Kalau masih minat, tunggu aja:v
JE LEEST
Dirimu dan Kamu_end-
Fanfictie▶◽◀ ✔ Rumah tangga pasangan Kim itu memang tak harmonis seperti dulu lagi. Empat tahun mereka menikah, tetapi sebuah masalah datang diantara keduanya. __________ "Saya hamil anak bapak," ujar Irene dengan mata tertutup. "Gimana bisa?" Suho kaget men...
Dirimu dan Kamu
Start bij het begin
