[HTMO] 12 - un-awkward

Mulai dari awal
                                    

"Ada Lala."

"Lala sibuk, banyak kerjaan."

"Bedanya sama gue apa? Gue juga banyak kerjaan Dinan."

"Lala pacarnya Jeno, gue nggak mau dicemburuin. Lo nggak punya pacar kan?" Ucap Dinan, dia tahu betul kalau Jeno sering ngambek sama Lala akibat sering jalan sama Dinan. Padahal mereka emang lagi dalam urusan pekerjaan.

"Ganteng ganteng posesip Jeno."

"Lo sendiri gimana?" Tanya Dinan, dia berjalan mendekat ke meja Biya. Biya berhentiin aktivitasnya sebentar karena Dinan dateng langsung meluluh lantahkan pandangannya. Dinan cukup tampan jika dilihat dari jarak sebegitu dekat.

 Dinan cukup tampan jika dilihat dari jarak sebegitu dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ngapain deket deket?"

Biya dengan kedipan kilatnya tiba tiba menjauhkan tubuhnya saat Dinan mendekat. Biya rasa ini cowok emang gampang banget kenal deket sama orang lain, soalnya apa apa ditempelin, udah kayak makhluk halus.

"Gue penasaran sama lu"

Biya menengadahkan dagunya ke atas, mencoba menatap kedua netra itu. "Tentang?" Sahutnya. Biya sengaja menatap bola mata itu lamat lamat. Dinan punya aura yang cukup kuat dan berwibawa, menurut Biya jika dilihat secara dekat. Jantungnya masih biasa saja, tapi lama kelamaan Biya rasa ini nggak normal, soalnya dengan jarak sedekat itu mereka saling berebut oksigen.

"Nggapapa." Dinan menjauhkan lagi tubuhnya. Kini dia berjalan menjauh dari Biya. Seketika dia berputar dan berbalik ke Biya.

"Gue duluan. Hati hati, disini banyakan yang jantan, kalo lo diusilin itu berarti lo cantik."

Dinan berjalan menjauh lagi, dan kini keisengannya makin menjadi jadi. Lampu kantor dia matikan di ruangan kerja Biya dan Biya sekencang mungkin berteriak keras tanpa adanya gerakan berlari. Kakinya cukup bergetar. Sekitarnya begitu gelap bahkan sangat sangat gelap. Biya nggak bisa berjalan kemanapun, langkah kakinya seolah membeku dan dadanya bergemuruh. Biya takut bukan main, saat mati lampu dadanya bisa menjadi sesak tiba tiba karena itu dia mudah terkena serangan panik. Hanya jeritan yang bisa dikeluarkan sebagai sarana mengeluarkan rasa takutnya dan meminta tolong.

Biya terjatuh dan kakinya tersandung kursi putar yang ada di mejanya. Dia panik dan berusaha menyalakan senter, tapi saat ini hpnya saja tidak bisa ia temukan dimana mana. Biya menangis cukup keras, suaranya parau dan hampir habis. Biya masih tergeletak di atas ubin sambil terduduk.

Lampu dari depan tiba tiba mulai menyala satu persatu tapi Biya nggak merasakan itu sama sekali sebab dia tempelkan seluruh wajahnya ke kursi duduknya yang sudah penuh dengan tangisannya.

"Heh!"

" ... "

"Biya?"

Saat Dinan menemukan Biya, Biya udah nggak bisa mendengar suara cowok itu, semuanya gelap dan Biya nggak sempet berhenti dari semua rasa takutnya.

How to Move on ─ TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang