"Jangan so tahu."

"Bukan so tahu, aku yang lebih dulu pernah ditinggalkan ibuku. Jadi aku tahu bagaimana hancurnya hatimu saat ini."

"Lalu, kemana kau saat kau tahu hatiku sedang hancur, Jim?"
Jimin menunduk diam. Memainkan jari tangannya tanpa menjawab pertanyaan Taehyung. Taehyung terkekeh pelan.

"Jim, kau masih tidak ingin membaginya padaku? Kau pikir aku tidak tahu apa yang terjadi saat aku tidak bertemu denganmu? Ya, aku memang tidak bertemu denganmu. Tapi, aku bertemu Hoseok hyung."

Jimin masih tidak bergeming. Jimin lupa, kalau sang kakak adalah teman baik Namjoon. Kakak Taehyung. Jimin juga lupa, Hoseok pasti akan pergi kerumah Namjoon yang menjadi rumahnya Taehyung juga.

"Maaf, aku hanya tidak ingin menambah bebanmu Tae. Kau sedang bersedih. Teman mana yang tega menambah kesedihannya?"

"Akhirnya, kau mengakui kalau aku ini temanmu. Aku senang."

Taehyung tersenyum. Lalu kembali merubah raut wajahnya.

"Tapi, aku lebih senang kalau kau mau berbagi padaku. Bercerita bebanmu sama sekali tidak menambah bebanku Jim. Kau pikir, selama 3 hari aku tidak masuk karena keadaanku yang masih berkabung?"

"Salah. Aku sengaja. Aku ingin tahu, kau mencariku atau tidak. Cih! Jangankan mencari, mengabari saja tidak. Ahh, apa ponselmu rusak?"

Jimin menggeleng. Ia mengambil ponselnya didalam tas. Memberikannya pada Taehyung dengan keadaan ponselnya yang mati.

"Ahh, mati karena kehabisan baterai?"

Jimin kembali menggeleng.

"Tidak, aku mematikannya."

"Cih! Pantas saja! Ciri-ciri teman yang tidak perhatian pada temannya."

"Enak saja! Aku khawatir padamu asal kau tahu!!" Sambar Jimin yang tidak terima dengan tuduhan Taehyung.

Taehyung tertawa pelan saat berhasil menggoda Jimin.

"Jadi, mau berbagi?"

Jimin diam. Ia menghela napasnya sebelum akhirnya bercerita pada Taehyung. Kejadian yang ia alami beberapa hari kebelakang. Tentang Seokjin dan Hoseok yang meninggalkan rumah, tentang pertengkarannya dengan sang Ayah karena Jimin memaksa untuk membawa kembali Seokjin dan Hoseok pulang kerumah. Dan tentang pikiran Jimin yang merasa tidak dibutuhkan oleh kedua kakaknya.

"Hyung mu itu bukannya tidak menyayangimu Jim. Kau salah. Hoseok hyung selalu menceritakan bagaimana kau yang selalu menjadi alasan dia untuk tertawa. Kau tidak tahu, bagaimana Hoseok hyung yang begitu sedih saat ia terpaksa mengikuti Seokjin hyung untuk meninggalkan rumah. Hoseok hyung sangat memikirkanmu."

"Kenapa tidak datang kerumah kalau memang Hoseok hyung peduli padaku?"

"Itu yang harus kau tanyakan langsung pada hyung mu. Aku yakin ada alasan kenapa mereka, ah tidak. Kenapa Seokjin hyung membawa Hoseok hyung pergi dari rumah. Dan setelah kau tahu alasannya. Tinggal kau yang harus memahaminya. Selama itu yang terbaik, aku rasa kau harus mendukung keputusannya. Seokjin hyung sudah dewasa. Jadi, dia tahu apa yang harus dilakukan untuk adik-adiknya."

Jimin kembali bungkam. Taehyung tidak tahu, kalau Jimin sudah tahu alasannya. Ya, Taehyung benar. Ini hanya perlu dirinya yang mau memahami keadaan. Tapi, Jimin juga ingin egois. Apa harus sakit dulu baru Seokjin peduli padanya? Apa Jimin harus seperti Hoseok dulu agar Seokjin juga mau melindunginya?
Sebagai adik, Jimin tentu butuh perhatian dari kedua kakaknya. Tidak salah bukan?

"Sudah Jim, sekarang cepat hibur aku! Disini aku yang lebih sedih asal kau tahu!"

Jimin berdecak.

"Aku salut padamu, Tae. Kau masih bisa seperti ini. Padahal kau baru saja ditinggal ibumu."

EGO - Jung HoseokWhere stories live. Discover now