Dwinetra Wonwoo menelusuri seluruh penjuru ruangan, kemudian mendapati sebuah foto keluarga di bingkai kecil di atas meja. Keningnya mengernyit, sosok di foto itu sepertinya tidak asing. Untuk memastikan, lelaki itu mendekat ke arah meja, mengambil foto itu dan kembali meneliti sosok di sana.

"Bukankah ini pembaca berita Boo Seungkwan?" gumamnya.

Seokmin yang mendengar gumaman Wonwoo segera mendekat dan ikut menilik foto itu. "Oh? Benar, ini pembaca berita Boo Seungkwan. Apa korban adalah putrinya? Aku dengar ia punya seorang putri kesayangan."

Wonwoo mengangguk pelan. "Pelakunya berani sekali melakukan hal semacam ini pada anak kesayangan pembaca berita terkenal."

Kelopak mata milik si gadis Seo itu sudah terbuka semenjak beberapa menit lalu. Ia mendapati dirinya sendiri berada di kamar Wonwoo, dan kenyataan itu membuatnya merinding karena mengingat kembali detik-detik sebelum ia pingsan.

Livy rasa, ia bukannya pingsan begitu saja. Waktu ja merasa ada yang mendekat dengan cepat ke arahnya waktu itu, sensasinya benaran nyata.

Sialan, kalau di rumah itu sudah tidak aman, lalu Livy harus ke mana lagi?

Cklek.

Livy memasang posisi waspada saat kenop pintu diputar dari luar, lantas pintu cokelat itu mulai terbuka sedikit demi sedikit.

Namun, gadis itu menghela napas lega begitu tahu kalau Yerim adalah penyebab terbukanya pintu itu. Yerim tersenyum hangat pada Livy sambil membawakan semangkuk bubur dan segelas air putih.

"Unnie? Kau sudah bangun?" tanyanya sambil meletakkan gelas dan mangkuk tadi di nakas. Tanpa menunggu jawaban dari Livy, ia kembali berujar, "Padahal baru mau kubangunkan. Makanlah dulu untuk memulihkan energimu."

"Terimakasih, Yerim."

"Tidak usah sungkan,  Unnie." Yerim mengambil duduk di ujung ranjang Livy ketika gadis itu mulai meraih buburnya.

"Belakangan aku jadi banyak makan bubur," kata gadis Seo itu.

Yerim tertawa kecil tanggapi ucapan Livy. Sesaat kemudian, ia baru teringat sesuatu. "Unnie, kenapa tadi berteriak dari dapur?"

Livy menggeleng. "Tidak apa-apa, kok. Tadi aku cuma terpeleset," bohongnya.

"Benarkah? Wonwoo Oppa juga tadi datang sambil panik mencari Unnie."

Mendengar nama Wonwoo disebut, membuat Livy refleks mengernyit. "Tadi Wonwoo kemari?"

"Ah, itu ... ada kasus pembunuhan di rumah sebelah, katanya. Mungkin dia panik saat tahu alamatnya sama dengan rumah ini."

Kasus pembunuhan, ya? Kenapa tiba-tiba sekali? Rasanya semua tempat sudah tidak aman lagi untuk Livy sekarang. Tapi Livy tahu ia juga tidak bisa kabur. Livy harus menangkap penjahatnya sendiri. Sekali pun sekarang mungkin ia sudah lebih dulu ditemukan. Livy harus menyusun rencana, tapi sekarang ia kesulitan karena eksistensi Yerim di rumah itu. Entah kenapa, Livy cuma tidak ingin orang lain ikut campur dalam urusannya kali ini. Terlebih, Yerim itu cuma bocah.

"Yerim-a," panggil Livy pada Yerim. Begitu dapat atensi, Livy lanjutkan kalimatnya, "Apa kau sebaiknya kembali ke rumahmu? Setelah ada kasus pembunuhan begitu, mungkin di sini sudah tidak aman."

"Lalu bagaimana dengan Unnie?"

Kepala Livy miring beberapa derajat setelah dengar respons Yerim. "Ya? Apa maksudmu?"

"Bagaimana dengan Unnie? Unnie juga bakal tetap tinggal di sini 'kan. Kalau Wonwoo Oppa kerja, Unnie sendirian di rumah, apa tidak apa? Lagi pula, kalau ada kejadian seperti tadi bagaimana seandainya Unnie cuma sendirian?"

Si gadis Seo mengusap tengkuknya. Perkataan Yerim memang benar, tapi kalau gadis itu terus di sini, Livy yang akan merasa tidak nyaman. Ia harus segera menyelesaikan semua ini. Apa tidak apa kalau orang lain tahu masalahnya?

Wonwoo memacu langkahnya menuju ruang otopsi korban pembunuhan tadi siang. Begitu sampai di sana, lelaki itu tersenyum lebih dulu pada dokter yang mengotopsi pasien.

"Bagaimana hasilnya?" kata Wonwoo.

Yang diajak bicara mendecih. "Kau ini benaran tidak tahu diri. Kau memaksaku bekerja seharian untuk mengotopsi korban ini saat tugasku juga masih banyak. Apa kau tahu kalau aku juga manusia dan bukan zombi yang tidak bisa merasa lelah?"

"Maaf, Seulgi Noona. Tapi kasus ini mendesak. Kau tahu 'kan siapa korbannya. Orang tua korban terus mendesak kami agar cepat mengungkap tersangka."

Wanita dengan papan nama Kang Seulgi itu menghela napas. Kemudian tangannya membuka tutup mayat korban pembunuhan tadi. "Kau lihat? Tersangkanya menikam tubuh korban dengan pisau berkali-kali. Sepertinya ia bertekad untuk membuat korban atau siapa pun yang melihatnya merasa kesakitan."

Seulgi lantas menyerahkan lembaran-lembaran kertas pada Wonwoo. "Tapi kau tahu apa yang aneh? Sidik jari di pisau itu adalah milik korban."

"Apa? Tapi seorang saksi melapor pada kami kalau ini pembunuhan," balas Wonwoo dengan kening mengerut.

Seulgi menggedikkan bahu. "Aku tidak tahu kalau itu. Yang jelas, tidak ada DNA atau sidik jari orang lain di senjata pembunuhan mau pun di tubuh korban." Seulgi kemudian mendekat pada Wonwoo. "Tapi aku menemukan sesuatu yang menarik," katanya.

Si Jeon mengernyit sekali lagi. "Apa?"

Seulgi menyingkirkan lengan korban dari bagian samping tubuh, kemudian menunjuk sesuatu dengan telunjuknya. "Apa kau melihat sesuatu?"

Wonwoo mendekat pada bagian yang ditunjuk Seulgi agar bisa melihat lebih jelas. Pada detik selanjutnya, ia menemukan bekas luka kecil beruntun seperti goresan jarum di sana, membentuk sebuah simbol berupa kupu-kupu.

"Ini ... kupu-kupu?" gumamnya.

Seulgi mengangguk. "Benar. Aku rasa, ini berarti kau harus mulai menyelidiki pembunuhan berantai."

"Tunggu, apa maksudmu? Pembunuhan berantai? Apa ada yang memiliki tanda sama dengan ini?"

"Apa Seokmin belum memberitahumu?"

Wonwoo mengingat kembali kalau sebelumnya, Seokmin ingin memberitahu ia sesuatu mengenai kasus orang tua Livy. Apa ini ada kaitannya dengan kasus itu?

"Apa ini soal kasus Tuan dan Nyonya Seo?" tanyanya.

"Iya. Pada leher belakang mereka, aku menemukan sebuah tanda yang sama, kupu-kupu."

Wonwoo refleks mengingat sesuatu setelah mendengar jawaban Seulgi.

'Berhati-hatilah, kupu-kupu itu sudah menemukanmu, dan dia akan mulai menempel padamu kalau kau tidak lari.'

Apa ini berarti kupu-kupu yang dimaksud nenek peramal waktu itu sudah menemukan keberadaan Livy? Maka berarti, gadis itu sudah tidak aman sekarang?

[]

Ya ampon maap ak telat update chingu.

𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。Where stories live. Discover now