2

9 10 0
                                    

Taehyung memutuskan untuk pulang keaparmentnya, sesampainya disana ia disambut dengan pria berpakain serba hitam dia mengeluarkan berkas berisi targetnya malam ini, "siapa dia?" Tanya V sambil membuka berkas yang terbungkus am plop coklat, "dia seorang pengusaha kaya sekaligus anggota dewan, pastikan dia mati dan ambil berkas perusahaannya!" Taehyung hanya menganguk dan mengambil berkasnya.

"Kau boleh pergi" ucap V sambil berjalan menuju kamarnya, "dan lain kali jika kerumah orang lepas sepatu mu!" Pria itu terkekeh dan pergi lewat jendela yang terbuka, "ck dasar apa dia tidak tau pintu?" Gerutunya sambil membuka berkas tadi.

"Tuan Lee baiklah, malam ini adalah malam terakhir mu" gumamnya dengan senyuman iblis, dia menarik laci dan di ambilnya senjata api jenis Glock Meyer 22, pria nama lengkap Kim Taehyung itu segera siap-siap untuk menjadi malaikat maut, dengan berpakaian serba hitam, tak lupa dia memakai topi serta masker untuk menutupi indentitasnya.

"Baiklah ayo kita bermain" bisiknya sambil memegang pistol hitam miliknya, V itulah sebutan dari para mafia untuknya, dia berjalan menuju lift dan menekan tombol yang mengarah ke basement, sesampainya di Basemant ia masuk kedalam mobil sport miliknya dan melajukannya dengn kecepatan rata-rata agar tak banyak yang curiga, "Hallo" microphone yang telah di pasang di telinganya langsung terhubung pada anggota lainnya.

Tentu saja dia tak akan sendiri menjalakan missi ini karena cukup beresiko jika dia melakukannya sendiri, "pintu belakang aman" lapor seseorang, itu artinya mereka telah berhasil menyabotase CCTV dan menerobos keamanan, "saya kesana sekarang".

V telah sampai di rumah targetnya dia memarkirkan mobilnya cukup jauh dari rumah megah bercat dominan putih, kakinya melangkah memasuki perkarangan rumah, dan berjalan menuju halaman belakang di sana telah ada kedua rekannya, Jaemin dan Lucas, "cepat lah sepertinya mereka belum tidur!" Ucap Lucas, V tersenyum iblis sambil memegang pistolnya.

"Kalo begitu mereka akan tertidur selamanya" gumamnya sambil memaikan pistolnya, "ingat V kau hanya membunuh Tuan Lee" pringatan dari Jaemi,V hanya menaikan bahunya acuh dan berjalan masuk kedalam.

Berberengan dengan itu sambungan listrik padam total membuat penyamaran v semakin sempurna tentunya berkat bantuan rekannya, dia menyelinap masuk kedalam dengan hati-hati, suara langkah kaki terdengar jelas ditelinganya, segeralah V bersembunyi.

"Kenapa listriknya mati?" Tanya seorang gadis sambil megecek keadaan sekitar, "hahh sepertinya ada konsletin listrik" desunya dan langsung kembali masuk kedalam kamarnya, "hampir saja" gumam V yang keluar dari persembunyiannya.

V kembali melangkah menuju ruang kerja seseorang, dengan perlahan dia masuk kedalam dan disanalah targetnya Tuan Lee tengah fokus dengan beberapa berkasnya, membuatnya tak menyadari kehadiaran V.

"Selama tinggal" ucapnya dan menembak tepat di kepalanya, Setelah pelurunya melesat menembus tengkorak targetnya v berlari menghampiri Lee yang telah bersimbah darah, V mengambil berkasnya dan melompat lewat jendela.

"Missi berhasil" lapornya sambil tersenyum puas, tak lama sebuah teriakan pilu terdengar jelas itu adalah teriakan anak perempuan tadi.

"Ayahhhhh!!!!!" Teriaknya membuat gelak tawa mereka tertiga pecah sambil memasuki mobil, "V sebaiknya kau pindah ke dari apartment itu" ucap Jaemin sambil memeriksa berkas yang dibawa V tadi, "tentu aku akan pindah tiga hari lagi" jawabnya.

Mereka bertiga telah sampai di sebuah gedung tua disanalah para mafia berkumpul, "bagus missi kalian berjalan lancar ini gajih kalian malam ini" V mengambil koper yang berjumbah ratusan juta didalamnya.

"Terimakasih Mister" V berbungkuk hormat dan pergi meninggalkan ruangan tersebut, "V" panggil seseorang dia adalah Kim Soek Jin temannya, "oh hai ada apa?" Tanya sambil membenarkan rambutnya,
"Ku dengar kau berhasil lagi malam ini" V terkekeh sambil menepuk bahu temannya, "ya tentu saja tapi kau selalu yany terbaik Kim Soek Jin" V berjalan meninggalkannya dan meliriknya sekilas, "tenang saja aku tak akan merebut posisi mu" ucapnya lagi dan pergi memasuki mobil.

"Hahhh malam yang indah" gumamnya sambil menyenderkan tubuhnya, Drrzzzztt

V menatap layar handphonenya dan tertera sebuah nama Hanna, dengan cepat V mengangkat telpon darinya,

"Hallo"

"Huahhhhhh hiks tae, hiks" taenyung langsung duduk tegap

"Kenapa siapa yang membuat mu menangis hm?" Tanya dengan nada yang panik, bukannya menjawab Hanna menangis semakin kencang, "Paman ku hiks paman ku meninggal hiks" Taehyung menyiritkan dahiny bingung kenapa bisa berbarengan dengan kematian tuan lee? Apa paman Hanna tuan lee? Tanya V dalam benaknya, namun dengan cepat V menepis segala prasangkanya.

"Kenapa bisa?" Tanyanya sedikit ragu, "i-itu-- Hanna cepat lah!" Terdengar teriakan seseorang, "hmm lain kali aku kasih tau, aku harus pergi sekarang dah" Hanna memutuskan sambungannya dan pergi menuju kediaman rumah Luna saudara perempuannya.

"Pamannya? Apa-- hahh mungkin hanya kebetulan" V membawa mobilnya menuju apartment miliknya, sesampainya disana dia langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur king size miliknya, kamar yag berdominan coklat dengan aroma maskulin, V memejamkan matanya berusaha menyingkirkan pikiran tentang paman Hanna yang meninggal.

"Ck" V mengacak rambutnya dan bangun, kakinya melangkah masuk kedalam kamar mandi, untuk membersihkan tubuhnya.

Sementar disebrang sana Hanna tengah mengusap-usap pundak saudaranya perempuannya, "tenanglah Luna ayah ku sedang mencari pelakunya" Luna terus menangis menatap jasad ayahnya.

"Kenapa mereka melakukan ini hiks ayahhh" Hanna menatap Jungkook yang selesai menyelidiki CCTV, "tak ada rekaman apapun dan listrik mati total saat kejadian penembakan, itu membuat kita sulit mecari tersangka di balik semua ini" setelah mendengar ucapan Jungkook Luna menunduk dan meremas celana tidurnya.

"Kalian harus menemukannya!!!" Teriaknya sambil terus menangis, "apapun caranya kalian harus menemukannya hiks Hanna suruh ayah mu menemukannya Hanna hiks" Mata Hanna berkaca-kaca, tangannya mengelus pundak Luna yang masih terisak.

"Jungkook sebaiknya kau membantu ayah" Jungkook hanya menganguk dan pergi meninggalkan kamar Luna, "Luna tenang lah jika seperti ini terus kau bisa sakit" Luna menatap tajam kearah Hanna, "lalu aku harus seperti apa hah?!" Hanna menunduk sambil memainkan jarinya, "umm anu" Luna berdesis dan membaringkan tubuhnya, "pergi aku ingin sendiri" Hanna menganguk dan pergi meninggalkan Luna.

Kakinya melangkah keluar, dan melihat keadaan sekitar, "siapa sniper itu? Kenapa dia melakukan ini?" Itulah yang kini mengganggu pikiran Hanna, "Hanna sebaiknya kau pulang dan istirahat" tawar Jungkook, Hanna menggeleng pelan, "aku akan mengjaga Luna" lanjutnya.

"Kau pasti tertangkap" gumam Hanna sambil melihat bulan sabit di langit malam yang gelap tanpa bintang.

Hay semua cerita ini akan sedikit di ubah maaf membuat kalian pusing jangan lupa vote+komen ya😄


shadow of death || VWhere stories live. Discover now