Prolog

102 15 4
                                    

╔╦╦╦═╦╗╔═╦═╦══╦═╗
║║║║╩╣╚╣═╣║║║║║╩╣
╚══╩═╩═╩═╩═╩╩╩╩═╝

ANNYEONG!

Dimana pun kalian berada, yang tidak sengaja membaca tulisan kalimat ini.
Aku mohon untuk tidak 'mencopas' atau 'memplagiat' setiap tulisan yang aku buat.
Kalimat-kalimat yang aku taruh dalam cerita bukan semata hanya menaruh kata. Tetapi juga mengorbankan banyak hal termasuk waktu.
Aku yang berusaha menjadikan diriku untuk lebih baik.

S e l a m a t   M e m b a c a :)

>>>×××<<<

“Karena disalahpahami lebih menyakitkan dari pada dibenci.”
– 𝒜𝓉𝒽𝒶𝓁𝓁𝒶

>>><<<

Bugh!

Kepalan tangan itu berhasil mendarat dengan tepat sesuai sasaran. Pukulan keras yang akan menjadi pelampiasan kekesalan.

Dengan sorot mata yang sudah dipenuhi dengan kebencian, pria yang melayang kan pukulan itu menatap benci lelaki yang sudah terkapar lemas dijalan akibat ulahnya.

"Lo tau? Lo manusia paling brengsek dan paling bajingan yang pernah Gue kenal." Dengan sayup-sayup udara malam, suara pria itu melantun begitu datar dan terkesan tajam.

Udara malam semakin menusuk diantara kedua manusia yang berjenis lelaki tersebut. Kedua lelaki yang sama-sama mempertahankan ego-nya masing-masing.

"Lo tau, sialan? Gara-gara Lo—" Suara pria itu tiba-tiba tercekat, napas nya memburu dengan mata yang memanas.

Pertahan pria itu runtuh, badannya yang tegap kini sangat terlihat rapuh. Badan pria itu tertunduk dijalan beraspal yang kini ia tempati.

"ITU SEMUA GARA-GARA LO, SIALAN!" Pria berteriak melampiaskan apa yang tidak bisa ia luapkan.

Lelaki yang sudah menjadi korban hajaran Pria tersebut pun mendongak dengan mata yang memanas. "Demi Tuhan, itu bukan Gue." Ujar lelaki itu dengan suara lemah.

"Gue nggak pernah dan akan mungkin ngelakuin hal itu, Lan." Lanjutnya.

Ia sungguh tidak tahu apa-apa. Dituduh dengan hal yang tidak pernah dilakukan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ingin berontak tapi tetap dianggap salah, ingin mengakui tapi ia tidak pernah melakukannya. Apa yang seharusnya ia lakukan?

Mata lelaki itu menatap pria tertunduk di jalan dengan tangan yang mengepal erat. "Kita kenal bukan sehari dua hari, Lo masih nuduh Gue dengan itu?"

Mendengar ucapan lelaki yang paling ia benci, pria itu mendongak menatap lelaki itu dengan tajam. "Seharusnya gue yang nanya. Bertahun-tahun kita Sahabatan, Lo masih mau hancurin apa yang satu-satunya Gue punya?"

"Kalo Lo punya dendam jangan lampiasin itu sama apa yang Gue punya, Sialan!"

"Silahkan Lo mau apain Gue aja. Mau bunuh? Mau Gue mati? Ngomong!"

"Satu-satunya hal yang paling berharga bagi Gue udah Lo rusak ..., Sekarang Lo mau apa?!"

Kalimat-kalimat itu keluar dengan suara yang terdengar seperti keputusasaan. Putus dengan apa yang selama ini ia jaga tapi dengan mudahnya dirusak dan itu ulah sahabat nya sendiri.

Lelaki yang menjadi korban tuduhan itu hanya diam. Pendapat yang akan ia ungkapkan pasti tidak akan pernah didengar kan. Membela diri demi kebenaran pun pasti dianggap hanya dianggap bualan semata.

Kesunyian malam juga angin yang semakin bertiup dengan kencang menembus pori-pori. Sunyi nya malam menambah kesan seram diantara kedua lelaki itu.

Dengan gerakan cepat Pria itu berdiri sambil menatap Lelaki yang dipenuhi luka lebam diwajahnya dengan tajam. Nyatanya ia memang sudah menanamkan dendam dalam benak nya untuk lelaki yang berada dihadapannya.

"Gue benci Lo, Athalla!"

×To be continued×

Tsm, 15 Juni 2022.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 14, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝖠𝖳𝖧𝖠𝖫𝖫𝖠 (hiatus)Where stories live. Discover now