(XIII) Pengintaian

113 20 0
                                    

Hujan tiba-tiba mengguyur deras di tapal batas Dusun Kaliantu. Petir menyambar di mana-mana. Angin kencang melayangkan dedaunan dan ranting-ranting rapuh. Pohon-pohon angsana yang kukuh, tercerabut sampai akarnya, seperti malaikat maut yang dengan mudahnya mencabut nyawa manusia. Tanpa ada tunda, tanpa ada tambahan masa. Semua tepat sesuai titah Sang Penguasa.

Di antara rintik-rintik hujan, Ki Carik Tresna tetap menjalankan kudanya. Matanya yang setajam elang melihat sekeliling.

"Ayah dan ibu di mana, Paman Tresna? Mengapa kita harus pergi meninggalkan rumah?" Parasu sudah duduk di atas pelana kuda. Di belakangnya Ki Carik Tresna masih mengendalikan tali kekang kuda. Kuda Jagabaya Rodra mengikutinya dari belakang. Mata Rodra juga berputar ke sekeliling selama perjalanan.

Di pucuk pohon angsana, Begal Barat terlihat mengintip. Ia telah mengusir kudanya agar tak berada di tempat itu. Pendekar bertangan buntung ini enggan mencegat rombongan Ki Carik Tresna seperti yang diperintahkan kakak seperguruannya, Begal Timur.

Menyaksikan mimik muka Parasu yang polos tanpa dosa, Begal Barat teringat ketika tangannya luka parah akibat pukulan Sayap Geni milik Jakaprana beberapa tahun silam. Saat itu, ia dititipkan di sebuah rumah penduduk di Dusun Demulur. Kala itu si penghuni rumah, seorang laki-laki separuh baya, istrinya, dan anak perempuannya yang masih remaja merawat lukanya dengan sangat telaten. Si pemilik rumah yang polos dan sederhana seakan tak peduli siapa yang sedang mereka rawat, seorang pahlawan atau penjahat atau pecundang. Bagi mereka tak ada bedanya, yang penting nyawa manusia harus diselamatkan karena itu pemberian terbaik Yang Maha Kuasa.

Begal Barat kian bimbang. Ia yang selama ini merasa seorang ksatria, seorang pahlawan, dan seorang pendekar, justru lebih sering menghabisi nyawa seseorang daripada menyelamatkannya. Ia tiba-tiba ingat nasib keluarga Jakaprana dan kini keluarga Perisai. Sebenarnya, dengan sekali sergapan danTapak Liman, Parasu yang saat ini tepat ada di bawahnya pasti akan tewas.

Tapi Begal Barat kini hanya bisa bergumam, ''Cukup sudah semua ini, maafkan aku guru.'' Sesaat kemudian ia justru memilih membalikkan badannya dan melompat menjauh.

Titimangsa ParasuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang