Xavir VS Goldes (Revisi)

47.6K 2.3K 85
                                    

“BANG ALASKA.”

“UHUK ... UHUK ....”

Orion yang sedang memakan kuah bakso miliknya langsung tersedak, Arvin yang berada di sampingnya pun langsung membantu dengan menepuk-nepuk punggung Orion.

Alaska hanya menaikan kedua alisnya.

“Anak Goldes di depan gerbang, mereka nyari Abang.”

Alaska, dan sahabat-sahabatnya langsung bangun, dan berjalan keluar kantin.

Aura mereka memang sangat terasa jika ada sesuatu yang mengganggunya. Terlihat dari wajahnya yang tadinya sangat santai sekarang berubah menjadi sangat menyeramkan.

“Nadin, itu laki-laki yang nabrak Ara tadi pagi,” ucap Ara pelan, saat Alaska dkk melewati mejanya.

“Yang mana??” tanya Killa.

“Itu yang paling depan, yang muka nya paling serem,” bisik Ara.

“Buset. Maksud lo? Alaska, Ra?” tanya Killa memastikan.

“Ara enggak tau namanya.”

“Itukan yang pake iketan kepala warna hitam??” tanya Killa, dan
langsung di angguki oleh Ara.

“Lo enggak di apa-apain kan sama dia?” tanya Nadin khawatir.

Ara menggelengkan kepalanya. “Emangnya kenapa?” tanya Ara
polos.

“Nanti lo juga tau,” ucap Killa, dan melanjutkan makannya.

                             ***

“ALASKA, KELUAR LO!!”

Pak satpam sedang menahan gerbang yang sedikit lagi akan roboh
akibat tendangan, lemparan, serta usaha dobrakan anak-anak itu.

“ALASKA!! WOI ANJING! KELUAR LO!!”

“GUE ANCURIN NIH SEKOLAHAN LO!!”

Alaska, dan sahabat-sahabatnya itu berdiri di depan gerbang yang
sudah terbuka, mereka memandang sengit Rangga, dan pasukannya.

“NGAPAIN SIH, LO? KURANG KERJAAN BANGET!” teriak
Orion kesal.

Rangga tersenyum sinis, ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Alaska.

“Kenapa semalem lo dan geng sampah lo ini enggak dateng ke Jalan
Pemuda? Kenapa? Takut?” ucap Rangga lantang.

“Enggak ada waktu,” jawab Alaska santai membuat para sahabat,
dan murid Garuda Jaya yang sedang menonton menahan tawanya.

“Bangsat,” umpat Rangga marah, ia merasa sangat diremehkan oleh
Alaska.

“SERANG!” teriak Rangga lalu mendorong bahu Alaska.

“Cup, bawa semua murid dan guru-guru ke aula. Amankan mereka
sampai ini selesai,” suruh Arvin pada Ucup, anggota Xavir kelas 11.

“Siap, Bang.”

“WOI CEPET KUMPUL DI AULA, GIBAHNYA DI LANJUT
NANTI!!” teriak Ucup sambil menggiring para murid Garuda Jaya ke aula di bantu oleh para osis, dan siswa lainnya.

Mereka berteriak kembali ke kelasnya untuk mengambil barang berharganya ataupun tas tasnya, tak lupa juga mereka mencari teman temannya, dan langsung berlari sekencang-kencangnya ke aula, begitu juga dengan para guru-guru, di sana sudah ada para siswa yang membantu mengamankannya.

“Killa, Ara dimana?” tanya Nadin panik, pasalnya mereka semua
harus segera pergi ke aula.

“Gue engga tau, Din. Tadi abis dari kantin kan dia main lari aja,
enggak bilang dulu sama kita,” ucap Killa tak kalah paniknya.

“KILLA, NADIN, CEPETAN KE AULA!” teriak Dion sang ketua kelas.
“Terus gimana ini??” tanya Nadin panik.

“Yaudah, mending kita ke aula dan cari Ara di sana. Siapa tau dia
udah duluan pergi ke aula kan,” ucap Killa.

Nadin menganggukkan kepalanya, dan segera menarik tangan Killa.

Sedangkan di depan sana, suara teriakan dan juga pukulan terdengar sangat nyaring. Kedua kubu itu saling berselisih nampak sangat berambisi
untuk menghabiskan satu sama lain. Para siswa Garuda Jaya pun juga ikut
turun membantu anggota Xavir melawan Goldes.

BUGH!!!

           ARGHH

BUGH!!!

             “Sialan!”
BUGH!!!

Banyak sekali anggota Goldes yang sudah tumbang. Reno berlari
tertatih ke arah Rangga yang sedang menghabiskan lawan di depannya.

“Bang, anak anak banyak yang tumbang, gimana ini?” tanya Reno
dengan ringisannya.

BUGH!!!

“Jalanin rencana kedua,” ucap Rangga sambil terus memukul
lawannya.

Reno menganggukkan kepalanya lalu pergi.

                                 ***

“Lega,” ucap Ara sambil mengelus perutnya, dia berjalan keluar
toilet untuk kembali ke kelasnya.

Ara mengerutkan dahinya saat sedang berjalan di koridor, pasalnya
dia tak menemukan orang satupun disini.

“Apa udah masuk ya,” gumam Ara mempercepat langkahnya.

Setelah sampai di kelas, lagi-lagi dia tak menemukan teman temannya. Ara tak nyerah, dia memeriksa seluruh kelas tapi hasilnya pun tetap
sama. Tak ada orang sama sekali selain dirinya.

“Pada kemana si,” gumam Ara ketakutan. Dia berjongkok di depan
pintu, dan menangis.

Reno yang sudah berhasil menyusup masuk ke dalam Garuda Jaya segera menelusuri seluruh ruangan di lantai 1, tapi ia tak menemukan siapa siapa disini.

Ia langsung berlari menaiki tangga ke lantai dua, dan hasilnya pun tetap sama, tinggal satu lantai lagi yang belum ia periksa. Dengan cepat ia
berlari menaiki tangga yang menghubung langsung ke lantai 3.

Ternyata hanya ada 4 kelas di lantai ini, langsung saja Reno memeriksa satu persatu ruang kelasnya.

“Hiks ... hiks ... Killa, Nadin ... Ara takut,” tangis Ara menutupi
wajahnya dengan telapak tangan.

Saat Reno ingin mengecek ruangan terakhir, ia mendengar suara
tangisan perempuan yang sialnya berasal dari ruang itu. Ia memberanikan diri untuk memeriksanya, dengan langkah yang sangat pelan, dan hati-hati Reno
mulai mendekat ke ruangan itu.

“Hiks, mau pulang.”

Reno membulatkan matanya ketika melihat seorang perempuan
berseragam Garuda Jaya sedang menangis. Ara yang merasa ada orang di sampingnya langsung mendongakkan kepalanya, ia mengerutkan dahinya saat
melihat laki-laki yang sepertinya bukan murid dari sekolah ini.

“K-kamu siapa?” tanya Ara.

“Reno.”

“Kamu murid baru?”

“Bukan. Gue lagi kunjungan, iya kunjungan ke sekolah ini,” jawab
Reno gugup, benarkan dugaan Ara kalau laki-laki itu bukan dari sekolah ini.

“Kamu tau enggak temen-temen Ara pada kemana?”

“Mereka udah pada pulang karena guru-guru akan mengadakan
rapat, liat aja tasnya udah pada engga ada kan?”

Ara mengerutkan dahinya. Dia bingung, biasanya kalau pulang cepat pasti ada pengumuman di speaker sekolah, tapi Ara tak mendengarnya tuh.

Sahabat-sahabatnya pun kalo mau pulang pasti menunggui dirinya dulu tapi kenapa ini enggak? Sebenarnya banyak sekali pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada laki-laki di depannya ini tapi tak keburu, laki-laki di depannya ini sudah lebih dulu menawarkan tumpangan untuk Ara

“Mau pulang?” tanya Reno membuat Ara menganggukkan
kepalanya.

“Yaudah, ayo gue anter.”

“Beneran?” tanya Ara senang. Reno menganggukkan kepalanya.

“Yaudah sebentar, Ara ambil tas dulu.” Reno menganggukkan
kepalanya.

“Ayo,” ajak Ara berjalan lebih dulu.
Mereka mengobrol layaknya sudah lama kenal.

sampai di koridor
lantai satu Reno langsung mengeluarkan sapu tangan yang sudah ia tuangkan
cairan, lalu membekap hidung, dan mulut Ara.

“mphhhh ... mphhh.” Ara berteriak sekuatnya, tapi tak lama dia
mulai tak sadarkan diri. Reno langsung membopong tubuh ara di pundaknya dan membawanya.

                                   ***

“HEH RANGGA! MENDING LO CABUT DAH, BAWA JUGA
NIH PASUKAN GIBAH LO!!” teriak Orion.

“IYAA ANJIR LAGIAN MALU-MALUIN AJA SETIAP WAR KALAH MULU,” teriak Arvin.

Anggota Goldes memang sudah banyak sekali yang tumbang, tapi
Rangga tak nyerah karena ia masih mempunyai rencana lain yang ia yakin pasti itu akan membuat dia menang.

“Lo yakin gue kalah? Gimana kalo sebaliknya?” tanya Rangga
meremehkan.

“RENO BAWA KE SINI”

Reno berjalan menghampiri Rangga sambil menggendong seorang
perempuan.

Alaska meneliti perempuan yang di bawa oleh salah satu anggota
Goldes dengan baik.

TWINS BOY (TERBIT)  Sedang RevisiOù les histoires vivent. Découvrez maintenant