Prolog

243 76 134
                                    

°|•°'

Suasana taman di kala sore itu tampak cerah dengan jingga yang mewarnai langitnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suasana taman di kala sore itu tampak cerah dengan jingga yang mewarnai langitnya.

Anak anak kisaran usia lima tahun ke atas tengah asik bermain menghabiskan waktu di akhir pekan ini.

Berbeda dengan suasana ceria di taman itu, seorang gadis kecil berusia sekitar delapan tahun tengah menangis sendirian sembari duduk diatas ayunan dengan tenang.

Tanpa ada yang peduli untuk bertanya atau sekedar menegur tentang apa yang membuat suasana hatinya terlihat buruk.

"Hai.. "

Dan setelah sekian lama, akhirnya ada juga yang mau menyapa dirinya.

Seorang bocah lelaki yang terlihat seumuran dengan gadis itu, menyapa sembari tersenyum menunjukkan gigi kelinci yang berderet rapi.

Gadis kecil itu menoleh ke samping, tepat ke arah sang bocah lelaki yang duduk di ayunan yang berada sebelahnya.

Ia sudah mulai berhenti menangis dan hanya isakan kecil saja yang terdengar.

"S-siapa kau? " Tanya sang gadis sembari mengusap air matanya menggunakan lengan baju yang panjang.

"Perkenalkan, namaku Jeon Jeongguk. Kau bisa memanggilku Jungkook. " Jawab si bocah bernama Jungkook itu sembari mengulurkan tangan kanannya.

Bermaksud mengajak sang gadis bersalaman, dan jangan lupakan senyum manis gigi kelinci yang masih setia menghiasi wajah kecil itu.

Dengan ragu gadis kecil itu menyambut uluran tangan dihadapannya.

"Byun Haejin. " Balas sang gadis lalu menarik tangannya kembali setelah dirasa cukup dalam sesi berkenalan.

"Kenapa kau menangis? " Tanya Jungkook dengan mata bulatnya yang penasaran.

Haejin yang mendengar pertanyaan seperti itu membuat tangisnya pecah kembali.

Sontak saja hal itu membuat si bocah lelaki panik seketika hingga ia meloncat dari posisi duduknya diatas ayunan.

"Ya! Uljimayo.. Kenapa kau malas menangis lagi? " Tanya Jungkook sembari memegang kedua pundak Haejin.

"Hiks.. S-sebenarnya tadi aku baru saja diberi tahu nenek dan kakek bahwa mama dan papa ku terlibat sebuah kecelakaan.

Dan mereka bilang, orang tuaku tidak selamat. Mereka meninggal. T-tapi karena aku terlalu takut dan tidak percaya akan itu, akhirnya aku memilih lari ke taman ini. " Jawab Haejin dengan terisak kecil.

Jungkook yang mendengar keluh kesah sang gadis membuat ia juga ikut merasakan kesedihannya. 

Tangan kecil yang sebelumnya berada di pundak Haejin kini berpindah ke kedua belah pipi cubby sang gadis.

Perlahan ia usap air mata itu menggunakan jari jari pendeknya.

Haejin yang mendapatkan perlakuan seperti itu membuat tangisnya perlahan mereda.

Sudut bibir tipisnya membuat sebuah lengkungan senyum manis yang juga diikuti oleh bocah lelaki bernama Jungkook itu. 

"Nah begitu kan lebih baik. Kau tampak cantik jika tersenyum dibandingkan dengan menangis, wajahmu terlihat jelek Haejin-ahh. " Ujar Jungkook sembari melepas tangannya dari pipi sang gadis.

"Ishh, kau itu memuji apa mengejekku hahh?! " Kesal Haejin sembari melipat kedua tangannya didepan dada.

Dan jangan lupakan bibir kecil yang mengerucut lucu membuat Jungkook lagi lagi terkekeh melihat tingkahnya.

Bocah lelaki itu pun memilih berjongkok dihadapan sang gadis. 

Jemarinya menggenggam jemari kecil Haejin dan menautkan kedua tangan mereka.

"Haejin.. Kau pernah mendengar pepatah ini tidak -Mati Satu Tumbuh Seribu- ? " Tanya Jungkook yang mendapat gelengan dari sang lawan bicara.

"Kau bilang orang tuamu baru saja mengalami kecelakaan dan mereka dinyatakan meninggal dunia. Iya kan? " Tanya Jungkook lagi yang kini diberi anggukan singkat dari Haejin.

"Orang tuamu pasti sumber kebahagiaan utama dihidupmu, bukan begitu? Walaupun kini mereka sudah tidak ada didunia ini, tidak seharusnya kau berlarut larut dalam kesedihan.

Karena bunda pernah bilang bahwa setiap manusia sudah Tuhan tentukan kapan ajal akan menjemput mereka. Dan kau harus bisa menerimanya dengan sabar juga ikhlas jika itu datang kepada orang orang tersayangmu.

Dan sesuai dengan pepatah yang tadi aku sebutkan, walaupun salah satu kebahagiaan dihidupmu sudah pergi. Aku yakin kau akan mendapatkan ribuan kali lipat rasa bahagia dibandingkan yang sebelumnya pernah kau rasakan.  " Ucap Jungkook panjang lebar diakhiri dengan senyum gigi kelincinya.

Walaupun ia terbilang masih anak anak, Jungkook termasuk bocah yang cerdas dan cepat tanggap. Terbukti dari perkataannya barusan.

Dan entah mengapa, Haejin yang mendengar penuturan Jungkook membuat ia merasa lebih tenang.

"Apakah iya aku bisa mendapatkan kebahagiaan itu? Kau tidak bohong kan? " Tanya Haejin dengan kening yang berkerut penasaran.

"Tentu saja, aku tidak pernah berbohong asal kau tau. Apalagi bunda yang bilang langsung kepadaku. " Jawab Jungkook sembari berdiri dari posisi jongkoknya.

Kemudian lengannya terulur dengan gestur mengajak Haejin untuk berdiri juga dari ayunan yang ia duduki.

Gadis itu pun meraih tangan Jungkook. "Kau mau membawaku kemana? " Tanya Haejin di saat dirinya ditarik paksa untuk mengikuti langkah si bocah lelaki.

"Aku akan membuat rasa sedihmu tergantikan oleh kebahagiaan. Dan kau tidak usah merasa khawatir, karena mulai saat ini aku akan menjadi teman seumur hidupmu. "

Ucap Jungkook yang membuat Haejin tersenyum dengan rona merah tipis di wajahnya, dan tentu itu tanpa sepengetahuan Jungkook.

"Terimakasih teman. "

°|•°'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°|•°'

See you.

Still with You ✓Where stories live. Discover now