TIDAK BISA DONOR?

292 41 12
                                    

Rara menangis histeris di depan pintu ruang IGD, dia sangat terkejut saat tadi menyaksikan kecelakaan yang dialami oleh kedua kakaknya. Dia langsung menghentikan taksi yang ditumpangainya saat mendengar suara tabrakan yang begitu kencang. Dengan penuh harapan jika itu bukan sesuatu yang buruk, Rara berlari menghampiri kerumunan massa yang mulai ramai dan tubuhnya jatuh lemas saat melihat dua kakaknya terkapar diatas aspal.

"Dokter, kumohoh selamatkan kakakku.."rengek Rara.

Dia sendirian saat ini, keluarganya belum ada datang untuk menemaninya. Rara hanya bisa berdoa untuk keselamatan dua kakaknya. Kata maaf berulang kali terlontar dari mulut Rara untuk kedua kakaknya.

"Maafin Yaya kak... Maaf..."

"RARAAA.."

Wajah Rara terangkat saat mendengar namanya diteriakkan. Dia melihat orang tuanya berlari menghampirinya dan diapun berdiri untuk menyambut mereka. Rara menangis hebat dipelukan sang mama, meracau tentang keadaan kedua kakaknya saat kecelakaan terjadi.

"Bagaimana ini bisa terjadi Ra? Tapi kamu nggak papa kan?"tanya Santi, sang mama dengan khawatir.

"Rara baik ma, Rara.. Rara a.."

"Kenapa bukan kamu?"

Sebuah ucapan yang spontan itu begitu mengejutkan semua orang. Kini semua atensi tertuju pada sang pengucap. Pandangan bingung dan menerka maksud ucapan yang mengejutkan itu.

"Pa.. a-apa maksud papa?"tanya Rara bingung.

Rara menatap mata tajam papa-nya, dia tidak paham arti ucapan sang papa yang menurutnya sangat menyakitkan itu.

"Kenapa bukan kamu saja.."

Tubuh Rara diguncang dengan hebat oleh papanya.

"Kenapa bukan kamu dan kenapa harus anakku.. KENA.."

"IRFAAANN..."bentak tuan Indra.

"Pa, Rara kan juga anak papa.. ke-kenapa.."

Mata Rara berkunang-kunang, kepalanya juga sangat pusing, mungkin efek karena terlalu banyak menangis. Dia mulai kehilangan keseimbangan tubuhnya dan sedetik kemudian tubuhnya terhuyung jatuh. Rara masih bisa mendengar suara histeris mama-nya tapi tenaga Rara seolah hilang, bahkan untuk sekedar berucap.

"Rara juga kan anak papa.. papa, Rara sayang papa.."batin Rara lalu semuanya menjadi gelap dan sunyi.

***

Rara terbangun di sebuah ruang yang tak dia kenali, kepalanya berputar hebat saat dia mencoba untuk bangun.

"Selang infus?"gumam Rara.

Rara lalu teringat apa yang telah terjadi sebelumnya dan airmata pun kembali membasahi wajah imut Rara. Dia meracau lagi tentang kecelakaan yang menimpa kedua kakaknya.

"Rara juga nggak mau hal ini terjadi pa.. Rara juga sayang sama kak Jiya, sama kak Fildan.. ta-tapi kenapa papa bilang kayak gitu?"gumam Rara.

"Lupakan ucapan papamu.."

Rara menoleh ke kanannya dan mendapati sang kakek duduk menemaninya.

"Kakek?"ucap Rara.

"Istirahatlah, kata dokter kamu kecapekan dan stress.. kedua kakakmu baik-baik saja..."

"Apa mereka sudah sadar? Apa mereka benar-benar baik?"tanya Rara penuh kecemasan.

"Ya, sekarang kamu juga harus istirahat agar baik-baik saja.."pesan tuan Indra.

RAHASIAWhere stories live. Discover now