“Yakin? Gue gak sebodoh wanita diluaran sana,kita lihat aja siapa yang bakalan masuk perangkap,gue? Atau dia..”
☕☕☕☕☕
Dari tadi siang hingga malam ini, Safa terus-menerus merenung karena ia tak menyangka bahwa Rizwan menganggap dia hanya sebagai parasit.
“Kak..jangan sedih..mungkin bang Rizwan ga bermaksud—”
“Jangan ikut campur Fathan!ini urusan kakak!” tegas Safa kepada sang adik. Fathan menghela nafas berat,kakaknya tak pernah seperti ini sebelumnya.
Tok...tok..
Suara ketukan pintu dari luar membuat penghuni rumah tersebut tertarik untuk membukakan pintu. Safa membuka pintu rumahnya,dia tak melihat siapapun disana,namun ketika matanya tertuju ke bawah,ia melihat sebuah surat disana.
Safa meraih surat tersebut lalu menutup kembali pintunya. Safa berjalan ke arah sofa yang ada di ruang tamunya. Dia mulai membuka surat tersebut,lalu membacanya dengan saksama
Untuk : Safa Tercinta ❤️
Hai sayang? Kamu lagi apa?aku harap kamu tidak sedih lagi,aku akan membuat perhitungan dengan laki-laki yang membuatmu menangis..dia..akan mati di tanganku dan kamu tak akan menangis lagi sayang....tunggu aku untuk menghalalkan mu..
Tertanda
Pangeran hatimu
S
afa meremas surat itu, Safa tak percaya bahwa ada yang melihat kejadian tadi siang. Tangan Safa bergetar menegang surat tersebut,ia memang membenci Rizwan karena kejadian tadi siang namun ia juga tak bisa melihat orang yang dicintai terluka. Ini bukan salah Rizwan,ini salah Safa.
Jam menunjukkan pukul 10 malam,tanpa pikir panjang Safa keluar dari rumahnya,ia mencari taksi. Cuaca seperti mengerti keadaan Safa,hujan turun membasahi pakaian yang Safa kenakan. Safa tak perduli ia harus basah,yang penting ia bisa bertemu seseorang.
Surat tersebut ia genggam kuat-kuat. Setelah menemukan taksi, Safa langsung masuk ke dalam taksi dan menyebutkan tujuannya. Di dalam hati,Safa terus-menerus beristighfar. Sesampainya di sebuah rumah yang megah bak istana, Safa meminta security yang menjaga rumah tersebut agar mengizinkan ia masuk.
Setelah mendapatkan izin,Safa mengetuk pintu rumah tersebut dengan badan yang masih menggigil kedinginan.
“Assalamu'alaikum” kata Safa sambil terus-menerus mengetuk pintu.
Ceklek..
Seorang pemuda yang mengenakan kaus hitam dan celana jeans pendek membukakan Safa pintu “Safa..?”
“Ghazy...tolong...” kata Safa memohon
“Lo kenapa?kenapa basah kek gini?” tanya Ghazy,ia kemudian meminta Safa masuk dan Ghazy memanggil ART untuk membawakan selimut hangat.
“Lo tenang dulu..ini..ini lo kenapa?” tanya Ghazy yang duduk tepat di depan Safa.
“Maaf,sofa lo jadi basah gara-gara gue..” kata Safa dengan tubuhnya yang menggigil.
“Ini tuan selimutnya” kata ART tersebut sambil menyerahkan selimut ke Ghazy. Ghazy menerimanya lalu ia mengenakan selimut itu ke Safa
“Lo bisa demam kalo kedinginan kek gini” Ghazy kembali duduk di tempat semula,ia memperhatikan Safa,bibir Safa berubah menjadi sedikit biru karena kedinginan.
“Kenapa lo terobos hujan?kenapa gak besok aja?” tanya Ghazy
“Gue gak perduli,yang penting tolong selamatkan Rizwan..” ucap Safa
YOU ARE READING
You Are Not Alone {END}
Teen FictionMenjadi seseorang yang biasa di cap BAD ga ngaruh dengan kehidupan saya. Sikap yang blak-blakan membuat orang-orang tidak memiliki nyali untuk berbicara dengan saya. Bodo amat,satu kata untuk menghindari celotehan yang gak berkualitas dari orang lai...
☕ Teror ☕
Start from the beginning
