I Miss You

20.8K 457 16
                                    

"Apa kau tak merasakan sesuatu?" tanya Jenny dengan mata nanarnya. 

"Tidak, Nona." jawab William dengan wajah datarnya. 

Jenny melirik kearah pelayan restoran agar lelaki itu pergi kemudian dia duduk di atas pangkuan William, menurunkan lengan gaunnya agar panyudaranya terekspos dengan sempurna, tangan William diraih lalu dituntun untuk meremasnya. 

"Apa kau juga tak merasakan sesuatu di hatimu?" tanya Jenny lagi. 

"Tidak, Nona." 

"Jawaban yang bagus, William, dan marilah kita menjadi partner sex yang baik, selain menjadi pengawal pribadiku." ucap Jenny beranjak pergi. 

William terdiam tapi dengan cepat dia menyusul langkah Jenny. 

***** 

"Jadi, berapa kali sehari kau melakukan hubungan intim dengan adikku?" 

William seolah acuh mendengar suara Julia, gadis itu sudah bersandar di dinding dengan memakai T-Shirt besar yang begitu tipis, 

"Apa kau tahu selain kau menjaga diri Jenny kau juga harus menjaga adikku itu dari lelaki yang mendekatinya," 

Langkah William terhenti, dia kembali menatap Julia. 

"Apa kau tak membaca surat kerjamu dengan daddy?" tanya Julia. 

William masih terdiam membuat Julia tersenyum puas. 

"Jenny dilarang berhubungan suami-istri dengan lelaki mana pun sebelum usianya 23 tahun, William, karena saat usianya 23 tahun itulah semua harta ini akan dipindah alikan pada Jenny dan Jenny baru dianggap wanita dewasa, memang terkesan sedikit aneh. tapi itulah peraturan yang ditetapkan Kakek kami." 

Mata William membulat seketika mendengar ucapan Julia, tidak itu pasti tidak benar. Bergegas William pergi menuju kamarnya membuat Julia tersenyum puas. 

Dengan cepat William membaca setiap baris demi baris surat perintah pekerjaannya itu setelah dia menemukannya, dan betapa kaget dirinya saat membaca peraturan yang tertulis di baris lanjutan untuk menjaga gadis itu, ya Tuhan. William mengacak rambutnya frustasi, bagaimana hal sepenting ini bisa dia tak mengetahuinya! Bukan, dia bukan tak mengetahuinya. William telah teledor sampai tidak membaca setiap poin penting yang ada di perjanjian kontrak kerja dengan baik. Ini adalah kebodohan William.

*****

 Musim salju tahun ini adalah musim salju terburuk, banyak sekali lalu lintas kota LA yang terpaksa dihentikan atau diputar arah karena jalanan sulit sekali dilewati karena ada beberapa badai salju di beberapai titik. 

Jenny memeluk kedua kakinya sambil melihat keluar jendela, melihat titik-titik putih yang begitu lembut turun dari langit dan melihat seluruh kota LA diselimuti warna putih, warna yang begitu sangat indah dan menenangkan, juga warna yang begitu terasa dingin sampai orang-orang akan menggigil. 

"Ada yang ingin saya tanyakan kepada Anda." 

Kegiatan melamun Jenny untuk sekedar menikmati turunnya salju itupun teralihkan saat William masuk kekamarnya. 

"Ya, bertanyalah." 

"Apakah anda sudah tahu tentang peraturan-peraturan yang diberikan Ayah Anda kepada saya? Tentang bagaimana saya harus menjaga Anda? Anda dilarang melakukan hubungan dengan lelaki mana pun?" 

Jenny mengerutkan keningnya, sambil beranjak dari duduknya, menatap lurus-lurus ke arah William. "Apa maksudmu William? Aku benar-benar tak mengerti, kenapa.... Kenapa aku tak bisa melakukan itu sedangkan Julia, kakaku bisa melakukan itu bahkan di rumah ini!" 

"Karena Anda adalah pewaris utama dari kekayaan keluarga Arvey, jadi Anda diberi beberapa syarat, salah satunya adalah menjaga diri Anda sampai usia anda 23 tahun, dan sayangnya saya yang seharusnya menjaga Anda malah melakukan itu pada Anda. Ma'afkan saya, Nona... saya akan mengundurkan diri dari pekerjaan saya, saya merasa tidak pantas menjadi pengawal Anda lagi, saya akan berterus terang kepada Ayah Anda." 

Jenny langsung berhambur memeluk William membuat tubuh William mematung. 

"Aku sudah cukup lelah dengan semua aturan di rumah sialan ini, apa kau tak tahu berapa kali aku mencoba kabur dari rumah ini sebelum kau datang?" 

William hanya bisa terdiam membuat Jenny tersenyum kecut. 

"Ma'af jika aku banyak bicara, jika Julia tahu masalah ini dia akan sangat senang sekali," William mengerutkan keningnya tak mengerti. "Karena dialah satu-satunya orang yang mengharapkan warisan kakekku, satu-satunya orang yang ingin menghancurkanku." jelasnya membuat William tertegun. 

"Saya akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan hak Anda." ucap William membuat Jenny tertegun. 

"Tak perlu risau, tanpa Julia menghunuskan pedang pun aku akan menyerahkan semuanya dengan suka rela."

William tak terima dengan ini, dia tahu bagaimana wanita bernama Julia itu, dan dia tak ingin melihat Jenny dalam bahaya.

 Entahlah kenapa melindungi Jenny merupakan prioritas utama, mengapa dia ingin sekali melindungi gadis ini. 

"Tapi, Nona--" 

"Diam, William, bukankah kau dibayar ayahku, bukankah itu berarti baik aku dan Julia adalah tuanmu sekarang? Meski begitu aku tak ingin membagimu dengannya, aku tak bisa," 

Hati William terasa menghangat membuatnya tersenyum tipis, ucapan tegas Jenny seakan dirinya hanya miliknya satu-satunya membuat William tersanjung, dia tahu siapa gadis ini, gadis yang berumur jauh lebih muda darinya, gadis kecil dengan sifat dewasa yang selalu membuat hati William merasakan berbagai rasa yang bahkan hatinya tak pernah ia rasakan, rasa yang sempat hilang dulu. 

"Sekarang kembalilah ke kamarmu William, pukul 19.00 temani aku ke pesta ulang tahun temanku, aku yakin aku diizinkan mengingat aku bersama denganmu, dan jadilah pasanganku malam ini, karena aku tak mau dikira anak dari seorang mafia karena ke mana-mana selalu membawa pengawal." jelas Jenny. 

William mengangguk dengan patuh kemudian dia beranjak pergi. 

*****

Jenny sudah begitu cantik dengan gaun warna putihnya tapi dia masih saja tidak percaya diri, keluar bersama William didepan orang banyak dan menjadikan William pasangannya adalah kali pertama dan bahkan bisa dibilang sangat nekat. Jenny memandang pantulan tubuhnya di dalam cermin, sudah pantaskah dia memakai gaun ini? Ataukah dia perlu meminjam beberapa baju sexy dari Julia agar terkesan dewasa dan pantas bersanding dengan William? Jenny memijat pelipisnya sambil menggeleng kepalanya, dia melihat riasan minimalisnya, haruskan dia memakai eyesydow warna hitam, ataukah memakai lipstick warna merah darah? 

Lagi-lagi dia menggeleng, dia bingung bagaimana kalau dia tak pantas bersanding dengan William, lelaki dewasa dengan segala pesona yang dimilikinya, sedangkan dirinya hanyalah anak kecil yang berdiri di samping William. 

"Apa Anda sudah siap, Nona?" tanya William membuat Jenny menghentikan napasnya beberapa saat, lelaki itu? 

Ya Tuhan, tampak begitu tampan dan matang dengan setelan jas berwana hitamnya, berdiri gagah tepat dibelakang Jenny. Jenny nampak melangkah gugup mencoba mencari heels tertingginya, dia harus benar-benar sepadan dengan lelaki ini, tapi tidak lelaki ini terlalu tinggi apakah dia perlu memakai heels dengan tinggi 20 cm? Ya Tuhan, yang ada kakinya akan langsung patah sebelum dia sampai ke pesta itu. 

"Dengar apa aku sudah pantas berdiri di sampingmu? Apa aku tak seperti anak kecil? Apa aku perlu mengganti gaunku atau mengganti warna lisptikku?" tanya Jenny setengah putus asa.

William tak mengerti maksud ucapan gadis itu,tapi saat Jenny mengibaskan tangannya dengan cepat William menangkap tanganmungil Jenny. 

"Jika anda memikirkan tentang usia kita dan bagaimana Nona agarbisa terlihat sebanding dengan saya maka urungkanlah Nona, cukup menjadi diri Nona sendiri itu sudah cukup dan semuanya akan baik-baik saja." 

"Apakah kautengah mengkhawatirkanku sekarang?" tanya Jenny dengan senyum tipisnya. 

"Itusudah tugas saya, Nona." jawab William membuat bibir Jenny mengerucut.

My Hot SheriffWhere stories live. Discover now