9. Randi Arshad Shagufta

18 2 0
                                    

Setelah menutup sesi debat via chat dengan Renaya, Randi meletakkan handphone di sampingnya. Kini dia tengah berbaring di kasurnya sambil menatap langit-langit kamarnya. Cukup lama Randi menatap langit di kamarnya hingga dia teringat sebuah kilas masa lalu yang sampai sekarang masih menimbulkan nyeri di hatinya jika dia mengingatnya.

Kemudian Randi menatap ke seluruh bagian kamarnya. Dulu kamarnya  selalu ramai dan hangat, tidak sedingin sekarang. Randi menghela nafas berat, andai saja kejadian itu tidak pernah terjadi mungkin saja dia tidak akan merasa seperti ini sekarang. Hingga ketukan sebuah pintu menyadarkannya.

Tok tok tok

"Randi, cah Bagus. Makan dulu le, makanane udah siap," kata mbok Minah, asisten rumah tangga Randi yang tadi mengetuk pintu.

"Iya mbok, nanti Randi turun," jawab Randi tidak bersemangat.

Setelah merasakan dingin kamarnya, Randi kini harus merasakan dinginnya meja makan. Saat menuruni anak tangga, Randi terdiam sebentar lalu duduk di anak tangga yang ada di rumahnya. Kini dia melihat ke seluruh bagian yang ada di rumahnya. Selalu ada kenangan yang dia ingat dari setiap sudut rumahnya yang membuat hatinya sakit.

Flashback on

"Kak  Randi ayo kejar akuu!" teriak seorang anak laki-laki berusia 8 tahun.

"Awas ya kamu, akan aku bales," kata Randi lalu mengejar bocah itu.

"Wleekk, sini kalau bisaa ahahahaha,"  tawa bocah itu yang selalu membuat hati Randi menghangat.

"Radit Randi makan dulu yuk nak, kak Renaldi sama papa udah nunggu," ajak seorang wanita yang wajahnya masih terlihat muda meski sudah memasuki usia empat puluh tahunan.

"Iya ma," jawab mereka kompak lalu pergi ke ruang makan.

Saat sampai di ruang makan pun Randi dan Radit masih berebut untuk mengambil nasi.

"Kalian ini kebiasaan, selalu berantem. Randi kamu itu udah mau SMA juga masih seperti anak kecil seusia Radit aja," kata wanita tadi.

"Iya kak Randi itu ikut-ikutan Radit Mulu!"

"Eh bocil, siapa yang mau ikut-ikutan, wleekkk," ledek Randi yang membuat Radit menangis.

"Huaaaaa mama kak Randi nakal."

"Eh jangan nangis dong! Masak jadi cowok cengeng. Udah sini piringnya, tak ambilin. Gak usah nangis lagi," kata Randi menenangkan adiknya.

"Hahahaha kalian ini, sebentar berantem sebentar lagi langsung akur," kata seorang pria paruh baya yang wajahnya masih terlihat tampan seperti tidak termakan oleh usianya.

"Iya papa bener banget, apalagi kalau mau isengin Renaldi langsung deh kompak," kata Renaldi.

"Biarin, wleek," ledek Radit dan Randi dengan kompak.

Flashback off

Hingga hari itu tiba, hari di mana semua kepedihan yang Randi rasakan bermula.

Flashback on

"Randi cepetan, hari ini hari terakhir kamu ujian kan," teriak papa Randi.

"Iya pa sebentar," jawab Randi. "Loh, kok pada rapi mau kemana?" tanya Randi setelah melihat semua keluarganya berpakaian rapi.

"Aku mau pergi kak," jawab Raditya.

"Kita mau nganter kamu sayang, setelah itu mau survei tempat untuk kita liburan setelah kamu selesai ujian," kata mama Randi menjelaskan.

"Kak Renaldi juga ikut?" tanya Randi.

5R (Renaya, Randi, Reyhan, Rania, Raisa)Where stories live. Discover now