Chapter 26: It's Not Our Fault ㅡ END

Start from the beginning
                                        

"Untuk semua yang terjadi hari ini, aku benar-benar minta maaf. Aku tahu kau sangat terluka karena pemberitaan tentang masa lalumu yang sangat pahit itu. Ku mohon maafkan aku dan Jaehyun."

Tak mendapat respon berarti dari si wanita paruh baya, Taeyong kemudian berbalik hingga ia berhadapan dengan Tuan Jung. Si pria paruh baya lantas bersimpuh di depan kakinya sebelum ikut meneteskan air mata.

"Bagaimana rasanya, Paman? Bagaimana rasanya melihat anak dan istrimu terluka selama bertahun-tahun? Apa kau bahagia?" tanya Taeyong beruntun dan dibalas gelengan lemah oleh Tuan Jung.

"Awalnya aku sangat membencimu, sama seperti aku membenci mendiang Ibuku yang telah tega melukai perasaan Ayahku." ia melanjutkan.

"Tapi apa kau tahu? Meskipun Jaehyun juga sangat terluka karena ulahmu di masa lalu, tapi dia tidak pernah benar-benar membencimu. Saat kami masih di sekolah menengah dahulu, Jaehyun tak henti-henti mengingatkan ku agar aku mencoba memaafkan mendiang Ibuku..."

Taeyong mengambil napas sejenak sembari menahan hasrat untuk tidak terisak, "Satu-satunya hal yang membuat Jaehyun sangat enggan menatap wajahmu karena kau... Kau membuatnya merasa kehilangan Ayah dan Ibu. Kedua orang tuanya seolah telah pergi meskipun kau dan Bibi Jung selalu berada di sekitarnya setiap hari."

"Jaehyun hanya ingin melihat kedua orang tuanya akur dan keluarga kecilnya kembali seperti dulu lagi. Hanya itu." jelas Taeyong.

"Aku tidak pernah membenarkan perbuatanmu, karena bagi diriku sendiri pun pengkhianatan adalah hal yang paling menyakitkan di dunia ini." lelaki manis itu mengusap kasar air matanya.

"Namun di sisi lain, aku juga paham bagaimana sulitnya melupakan seseorang yang pernah mengisi hari-hari kita di masa lalu. Menghilangkan rasa cinta terhadap seseorang yang pernah memiliki tempat istimewa di hati kita memang tidak semudah mengucapkannya. Aku pun telah merasakannya saat aku dan Jaehyun berpisah beberapa tahun lalu."

Taeyong menghela napas, "Tapi dalam kondisi dimana kau telah memiliki istri bahkan anak, perbuatan mu dan Ibuku benar-benar salah."

"Satu-satunya hal yang seharusnya kau dan Ibuku lakukan dahulu adalah belajar merelakan dan melepaskan. Agar orang-orang yang telah menemanimu saat kalian berdua berpisah dan berada di waktu sulit pun tidak terluka," sambungnya.

Si lelaki manis mengulum bibirnya sejenak. "Kini, aku dan Jaehyun telah belajar dari masa lalu kalian. Aku dan Jaehyun akan berusaha untuk saling merelakan dan melepaskan."

"Maafkan Paman." gumam Tuan Jung lalu bersujud di depan kaki Taeyong.

"Kau tidak perlu meminta maaf," sela si lelaki manis, "Aku dan Jaehyun melakukan semua ini agar Ayahku dan Bibi Jung bisa bahagia dan melupakan kenangan pahit di masa lalu."

Taeyong kemudian menatap Ayahnya juga Nyonya Jung bergantian, "Tapi boleh kah aku juga memohon satu hal saja?" katanya.

"Tolong... Tolong akhiri semua ini." Taeyong terisak pelan, "Aku, Jaehyun, Ayah, Paman dan Bibi Jung, kita semua. Bisakah kita sama-sama belajar mengikhlaskan hal yang telah terjadi dan membuka lembaran baru?"

Lelaki manis itu kemudian menoleh ke arah sang Ibu tiri, "Lihat lah wanita yang tidak tahu apa-apa ini. Dia juga sama terlukanya dengan kalian. Dia terluka karena suaminya sendiri bahkan belum bisa melupakan masa lalu yang sudah seharusnya dijadikan pelajaran, bukan untuk diingat terus-terusan hingga berakhir menjadi dendam berkepanjangan."

"Apa kalian ingin meneruskan dendam ini hingga ke anak cucu kalian hah?" Taeyong menggeleng lemah seraya mengatur deru napasnya, "Cukup aku... Cukup aku dan Jaehyun yang merasakan hal pahit seperti ini. Rasanya sangat menyakitkan."

Berbalik lalu mempertemukan pandangannya dengan si lelaki berlesung pipi, Taeyong kemudian meraih jemari Jaehyun. Menggenggamnya seraya memejamkan mata sejenak.

"Jaehyun-ah, seperti yang ku katakan padamu di mobil tadi, mari kita akhiri semuanya hari ini." ucap Taeyong sembari mengusap punggung tangan sang pujaan hati dengan Ibu jari.

"Aku mencintaimu. Aku juga sangat mencintaimu. Tapi jika dengan berpisah bisa membuat kedua orang tua kita mulai berdamai dengan masa lalu dan merelakan semua yang telah terjadi, kita juga harus bisa sama-sama saling merelakan bukan?" katanya.

"Kau harus tahu satu hal." Taeyong memaksakan senyum sembari meneteskan air mata, "Kehadiran mu dalam hidup ku adalah hadiah terindah dari Tuhan untukku."

Jaehyun tidak mampu lagi menahan isak tangisnya kala mendengar penuturan Taeyong. Terlebih saat lelaki manis itu menyeka air mata di pipinya sejenak sebelum kembali menggenggam kedua tangannya.

"Aku bukan pria religius. Aku sangat malas dan jarang beribadah. Bahkan aku terkadang bertanya pada diriku sendiri, apa aku ini masih percaya pada Tuhan?" Taeyong tertawa hambar, "Tapi akhir-akhir ini, sebelum aku tertidur, aku selalu berdoa agar di kehidupan berikutnya kita bisa kembali berjumpa."

"Tidak peduli berapa lama aku harus menunggu untuk mati dan di lahirkan kembali, aku selalu berharap agar Tuhan mempertemukan ku dengan mu lagi." sambungnya, "Jika di kehidupan saat ini kita tidak bisa bersama, bisa saja di kehidupan yang akan datang Tuhan akan mempersatukan kita bukan?"

Lelaki manis itu menghela napas, "Jaga Ibumu. Rangkul Ayahmu. Sudah saatnya kau mewujudkan impianmu untuk membuat mereka berdua kembali harmonis seperti saat kau kecil dulu," ucapnya. "Selamat tinggal... Dan terima kasih banyak untuk semuanya. Aku benar-benar beruntung pernah dicintai oleh pria sehebat dirimu."

Taeyong tersenyum tipis seraya melepaskan genggamannya dengan tangan Jaehyun secara perlahan. Ia kemudian menghela napas lalu kembali menatap Ayahnya juga Nyonya Jung bergantian sebelum berucap, "Bisa kah aku berkata bahwa semuanya telah selesai?"

"Ah, benar." ia mendesis, "Untuk urusan pemberitaan Dispatch, aku akan segera memberikan pernyataan bahwa kalian memang telah berdamai. Tapi bukan karena aku dan Jaehyun menjalin hubungan. Namun karena kita semua sama-sama ingin mengubur kenangan pahit itu dalam-dalam."

Lelaki manis itu lantas menyeka pipinya yang tak henti-henti di basahi air mata lalu bergumam, "Aku merasa sedikit kelelahan. Aku akan kembali ke kamarku sekarang."

"Biarkan Ibu mengantarmu," kata Nyonya Lee namun dibalas gelengan oleh sang anak.

"Tidak perlu, Bu. Aku baik-baik saja," kata Taeyong sebelum melangkah pelan guna meninggalkan ruang tengah.

Namun hanya beberapa langkah setelah ia menjauhi Ayah, Ibu, juga Jaehyun dan Nyonya serta Tuan Jung yang masih berada di tempat semula, penglihatan Taeyong tiba-tiba menggelap. Hingga selang lima detik berikutnya, tubuhnya pun seketika tumbang. Ia jatuh tersungkur di atas lantai. Hal terakhir yang ia dengarkan sebelum kesadarannya benar-benar hilang pun hanya lah suara Jaehyun yang memekikkan namanya.

E N D

Akhirnya Hidden selesai juga

Jangan lupa vote, comment dan ajak teman jaeyongist mu untuk baca jika kamu menyukai cerita ini ya!

Hidden | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now