Chapter 26: It's Not Our Fault ㅡ END

Comenzar desde el principio
                                        

Tuan Lee mengeraskan rahang, "Aku melakukan ini karena aku tidak ingin melihatnya terluka oleh orang lain. Sama seperti saat aku dibuat terluka oleh istriku sendiri."

"Kau selalu saja menggunakan alasan itu. Padahal jelas-jelas Jaehyun mencintai Taeyong dalam keadaan apapun. Jaehyun sangat tulus bahkan rela mengorbankan nyawanya untuk Taeyong," Nyonya Lee tersenyum miring.

"Selama ini aku selalu memilih untuk diam. Karena aku merasa tidak berhak untuk mencampuri masa lalumu. Aku hanya bisa terus berusaha untuk melindungi Taeyong dan berharap agar hatimu yang sekeras batu itu segera luluh. Tapi saat ini aku tidak bisa menahannya lagi..."

Kedua netra si wanita paruh baya berkaca-kaca, "Aku merasa kau hanya mementingkan ego dan perasaanmu sendiri. Kau tidak pernah memikirkan perasaan ku ataupun menganggap ku ada selama ini. Kau masih terjebak dengan masa lalumu bersama istri pertamamu."

Nyonya Lee memejamkan matanya sejenak sebelum kembali menatap lurus ke arah sang suami yang tiba-tiba mematung, "Jika kau masih tetap pada pendirian mu, biarkan aku pergi. Aku tidak sanggup lagi untuk menahan beban ini. Lebih baik kita berpisah dan mencari jalan masing-masing."

Sementara itu, Nyonya Jung yang tak henti-henti memandangi Jaehyun kembali angkat bicara. "Kau berkata ingin membantunya hingga sembuh sebelum kita ke Amerika bukan?" katanya lalu melirik Taeyong sekilas, "Sepertinya dia sudah baik-baik saja. Dia tidak begitu menyedihkan seperti yang Ibu kira."

"Ibu!"

"Diam! Kita pulang sekarang!" tegas Nyonya Jung lalu mencengkeram lengan anaknya.

Namun saat ia baru saja berbalik dan hendak meninggalkan kediaman keluarga Lee, langkahnya justru terhenti. Pasalnya ia mendapati sang suami; Tuan Jung dengan napas tersengal-sengalㅡakibat berlariㅡtelah berdiri di hadapannya juga Jaehyun.

"Kau benar-benar keras kepala," Tuan Lee kembali angkat bicara sembari memberi tatapan tajam nan membunuh kepada Tuan Jung. "Tidak heran jika anakmu juga selalu datang meskipun aku sudah memberinya peringatan berkali-kali."

"CUKUP!"

Seisi ruang tengah seketika senyap kala Taeyong tiba-tiba berteriak. Lelaki manis itu kemudian menatap sang Ayah, Ibu, Tuan dan Nyonya Jung juga Jaehyun bergantian sebelum menarik napas dalam-dalam sembari memejamkan mata.

"Maaf atas kekacauan yang terjadi hari ini," katanya. "Tapi sungguh... Semua yang kami lakukan di Busan tadi akan menjadi yang terakhir."

Lelaki manis itu menoleh ke arah sang Ayah, "Ayah, Jaehyun hanya ingin melihatku untuk terakhir kalinya sebelum dia pergi dari hidupku. Jika kau memang masih menyimpan dendam kepada Paman Jung hingga kau melampiaskannya kepada Jaehyun, ku mohon... Kali ini saja... Ingat lah bagaimana Jaehyun menyelamatkan ku dua bulan lalu."

"Apa kau pikir aku masih bisa bernapas hari ini semata-mata karena Jongin mati sebelum membunuhku?" Taeyong melanjutkan, "Tidak, Ayah. Saat itu aku hendak menembak kepala ku sendiri dengan senjata api. Tapi Jaehyun yang telah dilukai oleh Jongin justru merangkak ke arahku. Memohon agar aku tidak melukai diriku sendiri. Karena dia tahu, setelah aku pergi bukan hanya dirinya yang terluka. Namun juga kau dan Ibu."

Lelaki manis itu kemudian mengalihkan pandangan ke arah Nyonya Jung yang berdiri di sampingnya. Ia meraih jemari wanita paruh baya itu lalu menggenggamnya erat. Sementara Ibu dari si pemuda Jung tidakㅡatau terkesan engganㅡmenatapnya sama sekali.

"Bi, aku sedang berusaha untuk mengikhlaskan Jaehyun. Aku tidak akan menghalanginya untuk pergi. Aku sangat paham dengan posisiku saat ini. Dan hari ini aku telah belajar untuk melepaskannya dari hidupku," jelasnya.

"Jaehyun sangat menyayangimu. Jaehyun rela melakukan apapun untukmu agar kau bahagia. Sekalipun ia harus mengorbankan kebahagiaannya sendiri. Jadi ku mohon... Jangan menyakitinya." Taeyong mulai meneteskan air mata.

Hidden | Jaeyong ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora