Mereka semua langsung mengarahkan senjata mereka ke arahku, ada juga yang membidikku dengan panah dan tongkat sihir.

Bohong? Iya ... itu nama yang diberikan oleh ibuku saat aku lahir di bumi. Ngapain bohong coba? Apa perlu aku tunjukkan akte kelahiranku pada kalian ha?! Sekalipun aku mau nunjukin juga enggak bisa sih, di dunia ini tidak ada akte soalnya.

"Noel, tolong urus mereka ya. Usahakan jangan dibunuh, aku ingin mencari beberapa informasi dari mereka. Siapa tahu mahluk seperti mereka ada gunanya meski hanya sedikit."

"Baik, Tuan Jun. Akan aku usahakan yang terbaik untuk tidak membunuh orang-orang bodoh ini." Ucap Noel sembari menganggukkan kepalanya dengan anggun.

Setelah mengatakan itu Noel langsung berjalan ke arah para bandit itu.

Dengan kulit putih selembut sutra. Rambut hitam panjang nan berkilau, mata merah menyalah dan gaun hitamnya yang indah. Noel berjalan sembari menatap mereka.

"Kecoa, apa kalian sebodoh itu sampai-sampai tidak mampu menggunakan otak kalian? Oh aku lupa, kalian'kan tidak punya otak."

"Mahluk bodoh yang berani-beraninya mengarahkan senjatanya ke arah Tuanku, tidak akan aku maafkan. Bersiaplah, sampah." Ujar Noel sambil melihat mereka dengan tatapan seperti sedang melihat sampah di hadapannya.

Para bandit itu langsung terkejut seketika, entah kenapa mereka menjadi panik.

"Noel?! Ti-tidak mungkin! Itu tidak mungkin! Mereka pasti hanya menggertak! Jangan takut, serang mereka!" Teriak salah seorang bandit itu.

"Oou!!"

Setelah itu mereka semua berlari, maju untuk menyerang Noel.

Noel POV - Point Of View. (Sudut pandang Noel.)

Noel? Dengan entengnya mereka menyebut namaku ini dari mulut menjijikan mereka?! Hanya Tuan Jun dan orang-orang tertentu saja yang kuizinkan untuk memanggilku seperti itu!

"Dasar amuba! Jangan seenaknya menyebut namaku seperti itu! Dasar sampah!"

Aku mengepal tangan kananku, "Extra Self-Barrier, Triple Damage, Double Speed, Darkness Aura." Selagi aku mengatakan itu, aura berwarna biru, merah dan hitam muncul bergiliran. Tepat setelah aura itu muncul satu per satu, aura-aura itu langsung menghilang sesuai dengan urutan aktivasinya.

"Sihir lanjutan?! Terlebih, itu semua sihir tingkat 4 dan tingkat 5! Tidak mungkin ..." Ujar salah seorang penyihir bandit itu dengan wajah ketakutannya.

"He?!"
"Mustahil, tingkat 4 dan 5?!"
"Kita tidak mungkin bisa menang melawannya."

Para bandit yang tadinya berlari ke arah Noel untuk menyerangnya, seketika ... mereka semua berhenti, mereka semua terdiam seperti batu.

Noel tetap berjalan tanpa menghentikan langkahnya ke arah mereka. "Ada apa? Aku masih belum melakukan apa pun, kenapa kalian diam, ha?"

"Kami menyerah ... biarkan kami pergi." Balas salah seorang bandit itu.

Mendengar itu, aku tersenyum dengan lembut. "Ya, baiklah. Silahkan."

Seketika para bandit itu menjadi sangat senang. "Whoaa! Te-terimakasih! Kami berjanji, kami tidak akan melakukan hal seperti ini la—"

"Apa kalian kira aku akan berkata seperti itu?" Sebelum bandit itu menyelesaikan perkataannya, aku memotongnya.

"Eh?"

Para bandit itu langsung terdiam.

"Heh, kalian benar-benar bodoh sampai ke tulang. Tidak mungkin aku membiarkan sampah yang berani mengarahkan senjatanya ke arah Tuanku begitu saja. Pakai otak kalian sekalipun kalian tidak memilikinya."

Tensei Shitara Kami ni Natta?!Место, где живут истории. Откройте их для себя