01. relawan

3.5K 264 100
                                    

Membaca cerita ini sama saja dengan kamu masuk ke dalam kisah hidup seorang Zahra Salsabila yang dulunya adalah seorang gadis SMA yang sangat ceroboh dengan penuh keceriaan dan sudah beranjak menjadi seorang ibu yang mandiri dan tangguh.

Dulu, mendiang suaminya memiliki pekerjaan sebagai seorang dokter, Zahra sempat bertanya pada Jeffrey saat itu "kenapa kamu mau jadi dokter ?" Jeffrey kala itu hanya tersenyum lembut dengan lubang pipinya yang terlihat manis, tangannya bergerak lembut membentuk kalimat dengan bahasa isyarat "aku pernah baca, kita bisa pilih jalan hidup kita, apakah kita mau meninggalkan hal yang harum atau hal yang busuk, hal yang diingat baik oleh orang atau hal yang diingat buruk oleh orang lain. Aku mau memilih dingat harum dan baik Zahra.. dengan kekurangan aku ini juga aku ingin membuktikan, aku tetap bisa jadi dokter dan membantu banyak orang"

Kala itu, Zahra kembali dibuat jatuh cinta oleh Jeffrey.

Dan saat lima tahun yang lalu, karena sebuah insiden, sosok Jeffrey meninggalkannya untuk selamanya, Zahra benar - benar dibuat rapuh setengah mati, setengah raga dan hatinya rasanya ikut dibawa pergi bahkan beberapa kali pikiran jahat itu terlintas dipikirannya "apa aku ikut mati juga ?"

Tapi, saat Zahra membaca surat yang Jeffrey tinggalkan untuknya, Zahra menjadi mengerti dan mulai berusaha mengikhlaskan meskipun setengah mati. Rasanya, sebagian dirinya masih tidak ingin terima dengan fakta yang ada.

Dulu, Zahra pikir dia tidak akan kuat untuk menjalani hidup kedepannya namun ternyata benar kata pepatah, Tuhan tidak akan menguji manusia diluar dari kemampuannya. Buktinya, Zahra sekarang menjadi sosok yang lebih tangguh dan terlebih lagi dia menjadi seperti mendiang suaminya dulu.

Seorang dokter

Zahra juga ingin meninggalkan jejak harum dan baik seperti Jeffrey dan juga Zahra ingin melanjutkan apa yang Jeffrey lakukan yaitu membantu orang - orang

Di masa sekarang juga, Zahra sudah berbaikan dengan putri dan memaafkan anak perempuannya itu dengan lapang dada, maaf yang sebenarnya sulit untuk dia keluarkan dari hatinya namun sebagai seorang ibu ia harus bisa memaafkan maka dari itu, Zahra mengikhlaskan apa yang ada.

Putri juga sangat menyesal bahkan di masa sekarang ia masih terus menangis diam - diam dikamar mengingat kematian sang Ayah yang disebabkan oleh dirinya. Meskipun bundanya--Zahra-- sudah mengatakan "tidak apa - apa, semua masih baik - baik saja" tetap saja, bagi putri ini benar - benar kesalahan besar baginya. Namun, karena tidak ingin membuat Zahra khawatir putri memutuskan menyimpan sesal itu sendiri, dia juga tidak ingin membuat adik kecilnya tahu tentang kematian ayahnya.

"BUNDAAA! AYO BANGUN BUNDAA!" anak bungsu empat tahun itu terus berteriak keras sembari mengguncang badan Zahra yang mulai terganggu tidurnya, badan Zahra menggeliat kecil "kenapa Daniel ? Bunda masih mau tidur" Daniel cemberut saat mendengar Zahra berseru seperti itu lalu dengan seluruh kekuatan di tubuhnya yang kecil itu, Daniel menarik tangan bundanya dengan suara teriakannya yang masih terus ia keluarkan "BUNDA BANGUNN AKU MAU PIPISSS! BUNDA MAU AKU PIPIS DISINI ???"

Tidak sampai sedetik, Zahra langsung terduduk tegap, menatap Daniel yang menatapnya kesal "eh jangan dang sayang, yaudah ayo kita pipis, ayokk" dengan itu, Zahra langsung mengendong anak bungsunya itu dengan langkah cepat ke arah kamar mandi

"BUNDAA DANIL UDAH SELESAII" Zahra menghela nafas panjang kala drama perpipisan Daniel di pagi hari sudah selesai. Pikirnya, ia bisa tenang namun teriakan lainnya kembali terdengar "BUNDAAA ?"

Zahra menghela nafas panjang lainnya, ia mengendong Daniel dan berjalan ke lantai satu untuk menuju sumber teriakan dari Putri--anak sulungnya--

"Heran deh, kamu sama Daniel ini dapat kebiasaan teriakan dari siapa sih ?" Zahra turun dari anak tangga sembari mengomel kearah putri yang kala itu sedang berdiri disamping meja makan dengan sarapan yang sudah selesai disiapkannya "dari bunda lah" dengan blak - blakkan, putri menjawab membuat Zahra melotot kesal namun hanya di jawab dengan cengiran lebar dari putri "sarapan udah jadi bunda" nada ramah itu jadi terdengar dan berbeda dengan nada sebelumnya.

zahra storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang