Tidak sampai Irene menjentikkan jari di depan wajahnya. "Jisung, hei! Suka yang ini?"

Jisung kembali tersadar dari lamunan. "Iya. Namanya bagus mirip nama orang."

"Asalnya emang dari nama artis," celetuk gadis bunga, lagi-lagi mengesankan dirinya dengan isi otaknya yang beragam.

Irene mengambil pot violet carson itu dan mengopernya pada Jisung. "Oke, kita beli kalau gitu. Biar ada 3 kayak keluarga kita. Ini kamu. Ini bunga Kakak." Jelas sudah dia menunjuk bunga yang mana. "Yang terakhir一" giliran si orchid cactus yang jadi sasaran telunjuknya. "Taeyong. Dia kan persis preman, padahal hatinya lembut."

"Lembut?" Jarang sekali Jisung mendengar Irene memuji Taeyong, dan itu membuatnya tertawa.

"Selembut kaktus maksudnya." Irene menyeringai, terbahak menyinggung adik lain yang saat ini tidak bersamanya.

Si gadis bunga membantu membawakan bunga Taeyong. "Nggak mau pilih-pilih dulu?"

Irene dan Jisung bertatapan, saling bertukar pandangan geli yang dikhawatirkan Joy menurun pada Jisung (beserta segenap kejahilan Irene) walaupun ia bukan kakak kandungnya. "Nggak usah. Ada yang nunggu kita soalnya."

Lee Taeyong membuka matanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lee Taeyong membuka matanya.

Suara langkah kaki petugas yang menuju ke selnya membangunkannya. Adaptasi adalah istilah keren untuk membiasakan diri pada keadaan yang kadang tidak kau kehendaki, dan mau tidak mau, seseorang pasti akan mempelajari beberapa hal setelah beberapa minggu berada di penjara.

Ini sarang kekacauan; ketenangan hanya ada saat para tahanan tidur. Dan bahkan itu pun tidak terjamin seutuhnya.

"Oooh, enak banget ya tidurnya, 3905?"

Itu salah satu tradisi yang Taeyong benci; tahanan baru selalu dipanggil dengan nomor tahanan mereka. Para petugas itu terlalu malas menghafal atau hanya berharap tidak perlu menghafal nama mereka一sulit mengetahuinya dengan pasti.

"Waktunya tidur malah ngelamun. Waktunya makan malah tidur. Otakmu kebalik?"

Jangan salahkan Taeyong soal ini. Memang benar bahwa dia sering tidur di jam makan karena sengaja ingin melewatkannya. Siapa pula yang rela makan sup labu penjara yang melegenda itu?

Yang di hari pertama membuatnya bertanya-tanya apakah sup itu terkontaminasi bahan berbahaya dan apakah potongan-potongan labunya aman di makan atau tidak.

Pastinya tidak ada yang bersedia kecuali terpaksa.

Terserahlah apa kata orang tentang bahaya menunda makan. Dia lebih baik menunggu Irene dan masakannya daripada harus mencicipi sup yang lebih layak dikonsumsi ayam.

Taeyong jadi menyesal. Tidak seharusnya dia mengeluh karena makan ayam setiap hari di hotel. Nyatanya, masih ada banyak makanan yang lebih buruk. Kini dia rela berlari memutari penjara ini 70 kali bila itu artinya bisa makan ayam lagi bersama Seulgi.

Determination ✔️Where stories live. Discover now