TEKAD

221 34 22
                                    

Fatim hanya bisa mengangguk pasrah.

"Dan kurasa, kau harus lebih hati-hati sekarang"tambahnya

"Ha? kenapa?"Heran Fatim

"Karena desa ini tak sebaik yang kau kira. Kau tau? Tak ada orang yang baik disini "jawab Intan

"Ta-tapi kau baik"

"Baiklah jika itu menurutmu, tapi aku tidak bisa jamin sikap saudaramu akan tetap sama sekarang"balas Intan

Fatim memikirkan perkataan Intan. Ya, dia benar. Tak ada seorangpun yang pernah tersenyum kecuali Intan disini. Orang-orang yang ada disini tidak pernah bersikap ramah pada dirinya dan saudara-saudaranya. Kemudian sekarang, semua saudaranya juga benci kepadanya. Ada satu hal lagi yang membuat Fatim merasa heran dan aneh. Semua bangunan yang ada disini berwarna kuning. Bukan hanya bangunannya, tapi semua penghuninya juga.

***

Matahari mulai menyingsing, gadis berumur 17 tahun itu terbangun dari tidurnya.

"Hoammm"

Fatim melihat sekelilingnya.

"Dimana aku?" heran Fatim

"Kau di pondok ku"

Fatim terkejut akan suara yang datang tiba-tiba itu.

"Huh Intan, kau mengejutkan ku saja"kesal Fatim

"Hahaha, maaf. Bangunlah, aku membuatkan teh untukmu"kata Intan sembari meletakkan 2 cangkir teh hangat di atas sebuah meja

Fatim bangkit dari tempat yang ia tiduri tadi. Lalu menghampiri Intan yang duduk dengan secangkir teh hangat.

"Terima kasih"tutur Fatim tersenyum

"Sama-sama"balas Intan tersenyum pula

"Humm...Intan, bolehkah aku bertanya sesuatu?"tanya Fatim

"Tentu saja boleh"tanggap Intan

"Hmm, kenapa bisa semua orang yang ada disini memiliki kulit berwarna kuning terang? Bahkan saudara-saudaraku juga. Entah mengapa kulit mereka tiba-tiba berubah semalam"bingung Fatim

"Jadi sebenarnya, semua orang disini menderita sebuah penyakit yang menyebabkan kulit mereka berubah menjadi kuning. Termasuk aku"jelas Intan seraya menunduk

"Hmm, maafkan aku karena telah mengungkit soal ini"kata Fatim merasa berat hati

"Tidak masalah, akan ku jelaskan lebih dalam lagi. Selain itu, penyakit ini juga berdampak kepada hati mereka. Karena itulah, semua orang di desa ini bermuka suram"tambahnya

Fatim memegang pundak Intan seraya berkata,

" Tenanglah, kita akan temukan obatnya "

"Tapi, dimana kita mencarinya? Desa ini sdah terserang dari bertahun-tahun yang lalu, dan sampai sekarang belum ada yang bisa menemukan obatnya" jawab Intan sudah mulai putus asa di awal

"Kalau begitu, kita berdua akan jadi yang pertama menemukannya"balas Fatim penuh dengan ambisi

Intan sontak tersenyum mendengar perkataan Fatim.

Sejak hari itulah, mereka berdua bertekad untuk mencari obat dari penyakit yang menyerang desa ini.

***

Keesokan harinya, Fatim dan Intan pun bersiap-siap untuk mencari obat dari penyakit yang selama ini menyerang desa Goldenia.

Fatim yang sudah siap dengan perlengkapannya, segera menyusul Intan yang sedari tadi sudah menunggu di luar.

MAGIC DIAMONDWhere stories live. Discover now