Part 9

2.1K 174 3
                                    

"Aku terlanjur mencintaimu. Tapi Allah tidak meridhoi pernikahan kita. Mungkin kita belum berjodoh. Sederhana namun menyakitkan, bukan?!"

Aqilah Nadhifah Husaini

💝💝💝

Dua hari yang lalu setelah Aqilah menangani pasien tembak di ruang operasi, ia jatuh pingsan hingga harus dirawat di rumah sakitnya sendiri. Ia berada di rumah sakit bukan lagi sebagai seorang dokter, melainkan sebagai pasien yang juga butuh penanganan yang baik hingga ia dipasangkan infus. Seharian ia tidak sadarkan diri.

Dokter Azka menyampaikan pada Amirah bahwa Aqilah terlalu memaksakan dirinya sehingga membuatnya drop. Bukan hanya karena ia lelah tetapi hati dan pikirannya terbebani oleh berbagai masalah hingga berdampak pada tubuh dan nafsu makannya.

Hari ini seharusnya ia sudah sah menjadi seorang istri. Pernikahan yang ia rencakan dan hanya dihadiri para santri sebagai tamu undangan dan beberapa keluarga dari Bogor, Jakarta, dan di kota lainnya tidak sesuai dengan pernikahan yang telah ia rencanakan. Setelah bertemu dengan keluarga Afif, Hasan menghubungi keluarganya dari luar kota untuk memberitahukan bahwa pernikahan Aqilah dan Afif dibatalkan karena Afif sedang koma. Tentu, Hasan tidak memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi.

Aqilah membuka matanya setelah beristirahat selama beberapa jam. Ia mencari handphonenya diatas nakas disamping tempat tidurnya. Aqilah melihat hari dan tanggal membuatnya kembali muram. Pikirannya berkecamuk. Sedih, sudah pasti. Tapi inilah takdir yang telah digariskan untuknya.

Ketukan pintu membuatnya harus menyimpan handphonenya dan kembali tertidur. Hanya pura-pura tidur. Ia tidak ingin dilemparkan berbagai pertanyaan. Bibirnya kelu dan rasa malas untuk berbicara dengan siapa pun menyergap dirinya. Meskipun ia sendiri tidak tahu siapa seseorang dibalik pintu itu?!

"Aqilah, maafkan istri saya yang sudah memisahkan kalian berdua. Saya menyetujui apapun keputusan kalian. Saat ini kondisi Afif semakin membaik," ucap Charles tiba-tiba saat posisinya tepat di sebelah kiri Aqilah. Ternyata kedatangan Charles membawa berita yang sangat baik untuk gadis itu.

'Alhamdulillah'— ucap Aqilah dalam hati. Mendengar berita baik tentang Afif membuatnya bahagia sekaligus bersyukur. Meskipun rasa sakit di hatinya masih terasa.

"Saya mendapatkan kabar tentang kesehatanmu dari seseorang tanpa nama. Saya pun tidak tahu. Dia mengancam keluarga kami kalau tidak meminta maaf kepadamu, ia akan membuat perusahaan Kakek Afif bangkrut," ucap Charles lagi. Tiada yang tahu siapa pelakunya, karena Gibran menyembunyikan identitasnya.

Charles tahu bahwa Aqilah hanya pura-pura tidur. Ia sempat melihat layar handphone Aqilah yang menyala. Terlihat bahwa ada foto cincin pernikahannya dengan Afif. Itulah yang membuat Charles yakin bahwa beberapa detik sebelum ia masuk, Aqilah sedang memandangi cincin Indah itu. Hanya saja ia sengaja bertingkah seperti tidak tahu apa-apa.

"Saya takut Afif akan semakin membenci kami karena kami yang membuat kalian berpisah. Terutama Ibunya."

Kalian nggak salah. Aku yang salah. Batin Aqilah seolah ingin membantah ucapan Charles.

"Semoga hubungan kalian tetap baik-baik saja. Saat kalian dipertemukan kembali."

Terima kasih, Om Charles. Anda benar-benar seorang Ayah yang bijaksana, jawab Aqilah.

Setelah Charles menyampaikan seluruh isi hatinya, ia pun keluar meninggalkan Aqilah dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia belum memikirkan konsekuensi jika ia bertemu dengan Afif. Bagaimana sikap Afif jika tahu itu semua?! Aqilah belum memperhitungkan konsekuensinya.

Wasiat Aqilah [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang