Menjadi seseorang yang biasa di cap BAD ga ngaruh dengan kehidupan saya. Sikap yang blak-blakan membuat orang-orang tidak memiliki nyali untuk berbicara dengan saya. Bodo amat,satu kata untuk menghindari celotehan yang gak berkualitas dari orang lai...
" Bilang sama dia,saya males ketemu dia dan suruh dia pulang " titah Rizwan.
Pelayang tersebut langsung menghampiri Safa,iya... seseorang yang ingin bertemu Rizwan itu ialah Safa.
" Maaf mba,mas Rizwan katanya gamau ketemu sama mba,terus mba diminta pulang " Safa hanya bisa mengangguk sopan,dan ia berjalan sendiri menuju meja Rizwan,dengan sigap. Mas-mas waiters itu menghalangi langkah Safa.
" Maaf mba,mas Rizwan gamau ketemu sama mba. Lebih baik mba pulang saja " kata mas-mas waiters dengan sopan.
" Maaf mas,saya ada urusan penting sama Rizwan,bisa kasi jalan? " Kata Safa dengan penuh sopan. Mas-mas waiters itupun menepi dan memberikan jalan kepada Safa.
" Comu... " Panggil Safa. Rizwan dan Ghazy menoleh bersamaan. Comu? What in the maksud?
" Cowok modus!! Gue mau ngomong sama lo " kata Safa
" Lo ga denger kata pelayan tadi? Gue gamau ketemu lo " jelas Rizwan.
" Lo marah gara-gara kemarin? " Tanya Safa
" Gue benci sama lo! Puas! Lo tuh yang cewek modus! Bukan gue! Berhenti panggil gue cowok modus! Gue gak suka!!!! " Rizwan bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan cafe nya.
" Hadehhh...lo punya otak ga sih? Heran gue. Masih aja panggil Rizwan dengan embel-embel cowok modus. Dia itu punya niat baik kemarin tapi malah lo cap modus! Walaupun dia suka marah,tapi dia ga pernah kasar sama perempuan. Jadi please,jangan buat Rizwan nyesel kenal lo. Sekali lagi lo buat dia marah,gue yang akan beresin lo! Camkan! " Ghazy pun ikut pergi dari cafe tersebut
" Tu anak,hobynya marah doang. Gue begini salah,begitu salah. Lagian salah gue sendiri,ngapain jadiin dia sebagai sasaran laki-laki yang bisa jadi calon pura-pura gue. Aish!!!!! " Safa merutuki dirinya sendiri karena ia menyesal telah meminta tolong kepada Rizwan.
Safa pulang menggunakan angkot umum. Sesampainya di depan gang,ia langsung masuk ke dalam rumah sederhana milikinya,hanya itulah peninggalan dari sang ayah. Khalisa Fairuz as-safa anak pertama dari alm. Fairuz dan Nisa. Safa memiliki adik laki-laki yang kini duduk di bangku perkuliahan,namanya Muhammad Kafathan Fairuz.
" Assalamualaikum " kata Safa sambil membuka pintu rumahnya.
" Wa'alaikumussalam,udah pulang kak? " Kata Fathan sambil mencium tangan Safa.
" Kakak masak dulu ya " kata Safa.
" Yaudah,Fathan mau sapu sama pel rumah " Safa dan Fathan tak pernah berkelahi,mereka berdua akur dan sangat sayang kepada ibunya. Ibu mereka hanya pedagang sayur keliling. Sedangkan Safa bekerja sebagai staf kantor administrasi di sebuah perusahaan di Surabaya.
" Assalamualaikum " ucap bu Nisa.
" Wa'alaikumussalam bu " Jawab Fathan sambil meraih tangan ibunya lalu menciumnya.
" Bu,dek. Masakannya udah,kita makan bareng yuk. " Ajak Safa setelah ia mencium tangan ibunya.
" Gimana dagangan hari ini bu,laris? " Tanya Safa
" Alhamdulillah laku,tadi ada pemuda tampan dan baik yang nolongin ibu " kata Bu Nisa
" Alhamdulillah,masih ada pemuda yang baik " kata Safa dengan penuh syukur.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.