Bab 15. Kericuhan di Pemungutan Suara

12 1 4
                                    


Setelah beberapa hari aku bingung mau membahas topic apa di riset bab 15 ini, akhirnya aku memutuskan untuk membahas gejala social yang ada di Sumba. Lebih tepatnya membahas tentang kejadian-kejadian criminal yang sempat viral di media massa di provinsi NTT yaitu KERUSUHAN MAUT SAAT PILKADES. Tapi saya juga akan menceritakan kericuhan di beberapa daerah di Indonesia.

Aku menemukan berita ini di beberapa kanal media massa daring. Kerusuhan ini terjadi di tahun 2013 saat pemilihan kepala desa dan merenggut korban jiwa.

Itulah mengapa saat pemilihan kepala desa atau kepala daerah ini harus dijaga oleh pihak keamanan, seperti polisi. Namun sayangnya, di Desa Panenggo Ede, Sumba Barat Daya, persaingan itu berujung satu orang meninggal, dua orang terluka dan 15 rumah warga dibakar. Penyebabnya adalah karena pendukung kandidatnya kalah. Mereka tidak puas dengan hasil pilkades. Para pendukung kandidat nomor 3 membelot untuk mendukung kandidat no 2 sehingga kandidat no 2 itu menang. Pendukung calon Kades no 3 itu tak terima kepada keluarga pembelot. Ketidakpuasan itu menyebabkan mereka bertindak anarkis. Mereka membakar 12 rumah warga. Warga yang dibakar rumahnya itu tidak terima. Mereka membalas membakar tiga rumah warga. Kondisi rumah yang dibakar adalah rumah desa beratap alang-alang dan berdinding bamboo.

Seorang warga bernama Agus yang membakar rumah warga itu diserang balik oleh warga dan menyebabkan Agus meninggal. Padahal warga di desa itu memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat. Namun, entah mengapa mungkin saking eratnya dan sudah begitu mengikat sampai-sampai ketika kubu mereka kalah, mereka tidak terima dan membalas.

Kepolisian kemudian segera mengamankan kondisi di daerah tersebut. Tak tanggung-tanggung, pasukan Dalmas Polres, dua peleton Brimob, penyidik dan intel berada di tempat tersebut sebanyak kurang lebih 150 personil. Bahkan Kapolres pun ikut turun ke lokasi padahal lokasinya berjarak satu jam. Dan saat itu pelaku pembunuh korban belum berhasil diamankan karena rumahnya sudah terbakar dan sudah menumpang di rumah keluarganya di kampung yang lain. Hal itu yang menyulitkan polisi untuk menangkap pelaku.

Oke. Mungkin aku cerita sedikit tentang gejala social yang mirip kasusnya dengan di Sumba ini. Di Tangerang, kasus serupa juga terjadi. Kantor desa dan kantor kecamatan rusak paska kerusuhan itu. Masing-masing massa dari pendukung itu saling menyerang. Dari adu mulut menjadi perkelahian ditambah lempar batu, kayu, dan bangku. Padahal hasil perhitungan belum selesai. Entah apa yang membuat tiba-tiba terjadi seperti itu padahal di desa tersebut tidak pernah terjadi kerusuhan saat Pilkades.

Hmm. Tiba-tiba pikiranku melayang mungkinkah perhitungannya tidak benar sampai-sampai memicu konflik? Ataukah benar yang memicu kerusuhan adalah warga itu sendiri? Entahlah.

Di Kebumen, menjelang Pilkades, Polres Kebumen memusnahkan ribuan botol miras berbagai merek juga miras local dengan membuangnya di botol berisi batu dan melindasnya dengan truk. Miras tersebut merupalan pangkal dari kerusuhan dan menimbulkan efek negative lainnya.

Di Ciamis, massa menyerbu Tempat Pemungutan Suara (TPS) karena tak puas dengan keputusan panitia yang merugikan. Pemilih yang punya hak suara tidak bisa mencoblos. Mereka membuat anarkis dan kondisi menjadi ricuh. Sebagian menuduh panitia berbuat curang. Polres Ciamis datang ke tempat lokasi dan mengendalikan situasi.

Di Tegal, Jawa Tengah, kerusuhan terjadi paska pemilihan suara kepala desa. Massa merusak Sembilan rumah dan satu balai desa. Mereka melempari jendela, kaca, dan genteng rumah dengan batu sampai rusak. Bilik suara rusak semua. Sekitar 500 massa yang melakukan aksi ricuh tersebut. Terbayang, betapa mengerikannya kerusuhan itu. Warga lain mungkin saja berteriak ketakutan dan berlarian menjauh pergi ke tempat aman mungkin juga melewati para massa yang meluap-luap emosinya. Bahkan mereka berpindah tempat untuk melakukan aksi rusak merusak itu. Sekitar 1 km dimana kampong yang menjadi basis pendukung lawan calon kepala desa.

Kerusuhan itu juga menyebabkan satu warga terluka parah pada wajah. Luka robek di mulut dan sebagian wajah akibat lemparan batu. Korban pun pingsan dan dibawa ke klinik terdekat. Massa tidak terima dengan hasil pemungutan suara dimana suara calon kades pilihannya kalah tipis dengan beda 101 suara. Tak mungkin kericuhan terjadi tanpa ada hasutan-hasutan yang membuat massa mengamuk.

Ternyata satu hari sebelum pemilihan umum, preman-preman yang tidak diketahui asalnya tiba-tiba mendatangi rumah warga. Preman itu berhasil diusir dari kampong. Sebenarnya pihak polisi sudah menjaga di sekitar lokasi pilkades, namun tetap saja terjadi kericuhan.

Lain lagi yang terjadi di Lumajang, hanya dengan uang 20 ribu, terjadi kerusuhan saat akan mencoblos. Seseorang bernama A memberi uang dua puluh ribu kepada B untuk memilih calon kepala desa yang diminta. Namun, C menyeret B. setelah itu, terjadi perlawanan D dan teman-temannya untuk mengeroyok C. akibatnya, C mengalami luka robek dan tusukan senjata tajam. Teman C yaitu E membalas dengan memukulkan bamboo ke kepala D. Kerusuhan tersebut berhasil dilerai oleh Polri dan TNI.

Kerusuhan lainnya juga terjadi di Sumenep dengan penyebab berbeda. Kerusakan yang dilakukan massa juga hamper sama yaitu merusak tempat pemungutan suara, baik kotak suara, surat suara, dan bilik suara. Massa kecewa dengan peraturan pilkades. Bakal calon kepala desa yang didukungnya dieliminasi padahal masih tahap proses penetapan bakal calon pilkades. Kekacauan yang mereka buat menyebabkan ketakutan pada ibu-ibu dan anak-anak yang ada di sana. Bahkan sebelum pemilihan itu, dapur dan kandang pemilik ketua panitia Pilkades nyaris dibakar orang tak dikenal.

Pfiuh! Ternyata terror-teror tersebut banyak terjadi ya sebelum menjelang pemilihan. Dan memang itulah salah satu resiko yang diterima oleh pihak panitia. Makanya kenapa pihak keamanan seperti Polri dan TNI selalu berjaga di lokasi pemungutan suara.

Referensi :

Jatim.suara.com

News.detik.com

Republika.co.id

Gatra.com

Galuh.id

News.okezone.com

Merdeka.com

Author's SuitcasesWhere stories live. Discover now