36. The Heartbreak

2.6K 524 46
                                    

Hari sudah mencapai sore. Membuat temperatur di negeri Beannaithe semakin turun dengan ekstrem. Pun langit masih terlihat mendung, disertai rintikan salju.

Lelaki bernama Lee Jeno itu duduk sendirian di taman istana. Mengabaikan butiran salju yang mulai jatuh di atas kepala dan kemeja putihnya. Ia bahkan tak mengenakan pakaian hangat. Seakan hawa dingin di taman ini sama sekali tidak mengusik tubuh tegapnya.

Sang Pangeran Mahkota terdiam.

Teringat dengan perkataan Tabib Kerajaan pagi tadi. Perihal ayahnya yang kemungkinan tak bisa bertahan.

Ia mengusap wajahnya dengan frustrasi. Jujur, Jeno meragu. Takut jikalau dia belum mampu. Pun ada yang benar-benar mengusik benaknya.

Kenyataan bahwa dirinya harus segera menikahi Hwang Yeji apabila menginginkan status Raja.

Ia harus melakukannya. Demi mempertahankan kerajaannya. Memastikan bahwa kerajaannya akan tetap kokoh di puncak kejayaannya. Tanpa ada yang bisa melawan maupun meghancurkan.

Tapi ... Jeno tahu pasti keinginan hatinya.

Ia tidak menginginkan Hwang Yeji. Sama sekali tidak pernah terlintas di benaknya untuk mempersunting sang Putri Hwang. Karena nyatanya, sejak awal, Lee Jeno punya seseorang dalam hatinya.

Park Hani.

Cuma kamu yang Jeno mau.

"Pangeran Lee Jeno?"

Suara lembut milik Yeji membuat Jeno menoleh. Mendapati gadis itu sedang berdiri di dekatnya. Dengan sebuah jaket tebal di tangannya.

"Ini." Yeji mengulurkan jaketnya pada Jeno.

Jeno mengangkat alis. Bukan hanya karena jaket yang disodorkan oleh Yeji, tapi juga lantaran wajah Yeji yang terlihat sembab. Seperti habis menangis.

Tapi Jeno tahu, dia tidak berhak untuk bertanya apa pun.

"Tidak perlu," jawab Jeno singkat.

Yeji menggelengkan kepala. Kali ini langsung meletakkan jaketnya di atas pangkuan Jeno. "Saya pamit," kata Yeji sebelum meninggalkan taman istana.

Lee Jeno mengamati jaket hitam di tangannya. Lalu memandangi Yeji yang pergi menjauh, hanya dengan gaun hitam panjangnya. Ah, juga secarik kertas putih gading di tangan sang Putri Hwang.

***

Lee Felix berjalan mendekati Hwang Hyunjin yang sedang berdiri memandangi pelataran istana Beannaithe. Memperhatikan tempat yang sebentar lagi akan Hyunjin tinggalkan. Dan entah kapan ia bisa kembali datang.

Tanpa ragu, Felix berlutut di belakang sang Pangeran Hwang.

"Pangeran Hwang Hyunjin, hamba mohon ampun karena terlambat menemui Anda."

Masih di posisinya, Hyunjin memutar bola matanya malas. Tanpa perlu menoleh, ia jelas tahu siapa orang yang baru saja bicara padanya.

"Ya, terserah kau saja, Lee Felix."

Felix terkekeh kecil. Tahu bahwa Hyunjin sudah muak menegurnya agar tidak bicara formal--dan terkesan melebih-lebihkan. Felix kemudian bangkit dari posisinya.

"Dari mana saja? Baru tiba?"

"Tidak, sudah cukup lama. Tapi tadi aku harus menyampaikan surat dari Baginda Raja Hwang untuk Putri Yeji." Felix berkata santai, dibalas kernyitan dahi oleh Hyunjin.

"Dari Ayah? Surat apa?"

"Entahlah. Mungkin sekadar bertukar kabar? Aku tidak punya wewenang untuk membukanya."

Protect The Second Prince | Lee Jeno X You X Na Jaemin [COMPLETED]Место, где живут истории. Откройте их для себя