[5]°killer in the dark of night.

460 64 14
                                    

Ingin mendengar fakta ini? Hanya orang bodoh yang menganggap dirinya paling sempurna diantara yang lain.
...

Info aja, bagi yang gasuka gore, jangan dibaca yah. Karena bagian ini mengandung unsur ambigu, gore, dn sok psycho. Happy reading!!

「Author PoV」

"hah.. Ha.. Kenapa kedua orang gila itu masih mengejarku sampai sejauh ini?!" Seorang lelaki muda berumur sekitar 17 tahun berambut coklat kusut sedang berada dalam masalah yang besar.

Nafasnya tak beraturan, kakinya terluka akibat menyebrangi pagar kayu sembarangan. Ini semua adalah usaha untuk menyelamatkan nyawanya malam ini. Semua ini terjadi akibat tanda yang berada di tangannya.

Tanda berbentuk 标志 ditangannya membuktikan bahwa ia sedang dalam bahaya yang mengancam nyawa. Ia tidak tahu harus apa tapi, ia sudah terlanjur berlari jauh sekali dari rumah. Seharunya keputusannya tetap dirumah dan menjaga adiknya akan lebih baik daripada keluar untuk minum bersama teman - temannya.

"Mikane-kun~ kamu tidak bisa lari dari kami~ ayolah, kamu adalah korban terakhir untuk malam ini, jangan mempersulit pekerjaan kami~"

Suara ancaman itu terdengar dari segala penjuru tempat ia berlari. Sampai ia sadar, dia sedang berlari kearah gudang es yang sudah lama tidak ber-oprasi.

Tiba - tiba terbersit sebuah ide dalam benaknya. Jika aku masuk kesana, mereka tidak akan menemukanku karena disana luas sekali. Batinnya.

"jangan bersembunyi terus, Mikane-kun~"

Kali ini suara lain yang lebih terdengar seperti wanita yang memanggilnya.

Mikane atau yang lebih terkenal dengan sebutan Mikane Nikajara segara masuk kedalam gudang es dan berlari lebih dalam kearah gudang es kosong itu.

Untuk sesaat, dia merasa sudah aman dan berusaha untuk menarik nafas dalam - dalam. Berlari cepat selama kurang lebih 15 menit itu sangat menguras tenaga. Kini keringat dan air matanya bercucuran menjadi satu.  Ada rasa sesal dimana ia memilih untuk berkumpul bersama temannya daripada menjaga adiknya. Padahal, ibunya baru akan pulang besok pagi.

"Seharunya aku tetap menjagamu, Adik. Maafkan aku" ucapnya penuh sesal.

" ara - ara Mikane-kun~ seharunya kamu jangan bersuara. Itu malah memudahkan pekerjaan kami~" sosok orang rambut merah kini muncul dihadapannya.

"ba - ba - ba - ga- BAGAIMANA KALIAN MENEMUKANKU?!" ucap Mikane terbata.

"Mudah saja, karena.. "

Tiba - tiba ruangan dipenuhi cahaya bulan yang terang. Untuk sesaat Mikane merasa mual terhadap apa yang ia lihat.

"Korban kami selalu berlari kearah sini, dan memilih dibunuh disini dalam keadaan kelelahan" seseorang berambut biru tertawa seperti penyihir.

"Manusia memang bodoh ya?" suara tertawa kembali terdengar. "selalu merasa aman ketika menemukan tempat bersembunyi, dan tidak tahu bahwa ini adalah ajal mereka"

"Selalu saja terulang~ pikiran manusia memang tak jauh berbeda~ memudahkan pekerjaan kami dengan kebodohan mereka~"

Kali ini Mikane merasa mual hingga ingin muntah. Ruangan ini penuh mayat yang sudah dimutilasi. Semua berbau busuk sekali. Kenapa tadi tak tercium bau apa - apa?

Apa karena tadi anginnya sangat kencang hingga membuat aromanya tak tercium?

Pikiran Mikane sudah bubar kemana - mana. Rasanya, ajalnya sudah ada didepan mata. Malaikat mautnya sudaj ada didepan mata.

Malaikat maut dengan rambut merah dam biru.

"Karma-kun~ rasanya kita terlalu banyak membuang waktu~"

"tenanglah Nagisa-chan~ aku izinkan kamu yang membunuh malam ini"

Si merah itu mendekatkan bibirnya pada si rambut biru. Keduanya berciuman mesra didepan korbannya. Entahlah, entah ini kebiasaan mereka? Atau ini hanya hobi mereka?

Merayakannya dengan ciuman, saat korban akan meneteskan darah.

"Ja-jangan! Jangan bunuh aku!" Teriak mikane Histeris.

Slash.
Dor!!

Satu gesekan dan tembakan antara pisau juga Pistol di leher korban terdengar nikmat ditelinga 2 pembunuh keji itu.

1 kepala putus dari tubuhnya.

Kali ini, kemenangan membali diraih oleh kedua pembunuh bayangan malam itu.

"Nagisa-chan, tunggu hari esok. Kita harus bekerja lagi. Aku tidak ingin kamu kelelahan, lady" pria berambut Merah itu menendang kepala Mikane Nikajara yang telah mendapat kehormatan dapat dibunuh oleh 2Killer keji tersebut.

"Tentu saja Karma-kun. Mari nikmati pesta kita esok hari. Aku ingin merasakan sensari membelah perut seseorang. Mereka bilang, jumlah lemak pada perut seseorang akan membuat gesekan itu terasa berbeda. Aku tidak sabar untuk menunggu hal itu" pria pendek berambut Biru itu mengakat pisaunya tinggi - tinggi. Mulai menusukkannya pada perut Mikane, lalu menyeretnya perlahan.

Karena, menurut Nagisa membelah perut seseorang memberikan sensasi menyenangkan yang selalu ia rindukan ketika malam. Tak ada yang lebih menyenangkan dari bagian membelah perut korbannya.

"Ayo pergi Karma-kun"

Kata Nagisa sambil membuang pisaunya disana. Karma mengikuti apa yang Nagisa lakukan. Dia juga membuang pistolnya. Menurut mereka, pisau yang terkena darah, akan tumpul jika digunakan untuk korban mereka yang selanjutnya. Sedangkan Pistol yang telah digunakan untuk membunuh terlihat rendahan ketika sudah berhasil membunuh korban mereka.

Entahlah, itu adalah pendapat mereka. Bagaimana dengan pendapat kalian, lady.

Tbc

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.
.
.
Tbc

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 02, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

07 - Horror Telling || Karma × NagisaWhere stories live. Discover now