4.1

14 1 0
                                    

"Level empat, completed. Poin empat puluh untuk Sandara Park."

Sandara Park terbangun ketika ia mendengar suara itu bergema dalam kepalanya. Perlahan ia membuka kelopak matanya, membiasakan kedua bola matanya pada cahaya yang cukup merembes dari belakang kepalanya. Cahaya itu memantul pada dinding-dinding berdebu yang dihiasi sarang-sarang labah-labah. Dinding sebelah menampakkan bayangannya yang menyandar di tembok. Namun ia tidak sendiri. Ia bersama Jiyong. Rupanya ini bukan mimpi.

Jiyong tidak tertidur. Kedua matanya terbuka, namun tidak tampak memperhatikan apa-apa. Laki-laki itu tampak merenung, menatapi tembok di sebrang yang mengelupas oleh rayap. Sandara menggoyangkan tangannya sedikit dan gadis itu sadar bahwa ia tengah menggenggam jemari Jiyong. Jemarinya yang besar, hangat, dan melindungi.

"Sudah bangun?" Jiyong menoleh pada Sandara. Suaranya terdengar lelah.

"Ya," Sandara mengangguk, "Apakah kau terjaga sepanjang malam?"

Jiyong mengangkat bahu. "Sepertinya begitu. Ayo, kita pergi."

Keduanya berdiri. Mengatur tubuh mereka yang goyah seperti saat mereka baru saja bangun dari tidur. Mereka melepaskan gandengan. Keduanya merenganggangkan tubuh yang kaku akibat tertidur dengan hembusan angin malam dari cela jendela.

Sandara Park memperhatikan tubuhnya. Semalam mungkin ia tidak menyadarinya, karena tempat ini amatlah gelap. Namun kini, dibawah cahaya matahari, ia dapat melihat lecet-lecet di tungkai hingga pahanya. Ada pula luka memanjang di sepanjang lengan kanannya. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana wajahnya yang lengket oleh keringat dan rambut acak-acakan saat ini. Untunglah tidak ada cermin di sini.

Jiyong di sisi lain tidak begitu memperhatikan penampilannya. Laki-laki itu sudah selesai melakukan pemanasan. Ia melangkah mendekati jendela dan mengintip di balik bingkai hitam berdebu itu. Tampak tak puas pemandangannya dibatasi, Jiyong mendorong jendela itu. Awalnya engsel karatnya tidak mau membuka. Lalu Jiyong menyentakkan sekali lagi jendela itu hingga bukan hanya bingkainya yang terdorong terbuka. Ada suara retakan kaca yang memecah keheningan. Laki-laki itu melongok lalu mendengus.

"Ada apa?" tanya Sandara yang hendak maju untuk melihat. Ia hanya dapat melihat bangunan di sebrang jendela.

"Awas, pecahan kaca!" Jiyong mengulurkan tangannya menghalangi Sandara. "Lebih baik kita turun sekarang."

"Tapi.. ada...?" Sebelum Sandara menyelesaikan kalimatnya, Jiyong sudah lebih dahulu turun melalui tangga melingkar bangunan tersebut. Dengan terpaksa Sandara mengikut. Tangga itu lebarnya pendek-pendek dan bewarna hitam legam tak terawat. Entah bagaimana Sandara kemarin dapat menaikinya, ia sendiri tidak mengerti. Kini gadis itu harus berusaha berjalan hati-hati agar tidak terpeleset. "Apa yang kau lihat di luar jendela, Jiyong-ssi?"

Dan ia menemukan jawaban itu saat mereka sudah berada di lantai dasar bangunan. Ketika keluar melalui pintu berbingkai bangunan yang rusak, Sandara tidak menemukan pemandangan bangunan yang ia kira akan ia temukan. Awalnya pemandangan itu kabur di penglihatannya, namun perlahan-lahan mulai membentuk seperti kepingan puzzle yang tersusun hanya dalam sekejap.

Membentang di balik pintu bangunan adalah sebuah jalanan yang cukup lebar dan dikelilingi bangunan-bangunan sederhana yang dindingnya mengelupas di mana-mana. Atap bangunan-bangunannya meruncing seakan mencakar langit. Tanah yang membentang di bawah bukanlah tanah beraspal yang kerap mereka temui di New York, melainkan tanah dari susunan bebatuan.

"Kita di mana?" tanya Sandara bingung. Gadis itu tengah memperhatikan orang yang berlalu lalang. Namun ia tidak memperhatikan super model atau sekelompok geng bermotor dengan baju khas maupun sekelompok orang dengan pakaian jas resmi yang hampir ia temukan di sepanjang jalanan Manhattan. Yang ia temui di sini hanyalah sekelompok wanita dan pria dengan pakaian sederhana yang hampir mendekati aneh. Kebanyakan dari mereka mengenakan jubah amat panjang hingga menyapu tanah di bawah. "Ini bukan New York."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Games LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang