Chapter 4

2.6K 251 0
                                    

Malam hari nya.

Tok tok tok.

Ku lirik sekilas pintu, " masuk! " Perintah ku lantang lalu kembali memotong kuku ku yang mulai memanjang.

Terlihat seorang wanita masuk ke dalam kamar ku, ku lirik wanita itu dengan pandangan bertanya.

" maaf putri, saya sudah mendengar gosip tentang anda, bahwa anda hilang ingatan. Jadi, nama saya Ela. Saya pelayan setia putri selama ini, beberapa hari ini saya di perintahkan pergi dari istana dan menjauh dari putri oleh putri ke pertama " Ucap nya dengan membungkuk hormat.

Ku lirik sekilas wajah wanita itu yang bernama Ela, ku hela nafas ku pelan.

" duduk lah di sini " Ucap ku menepuk kasur di sebelah ku.

" eh " kaget nya dengan perasaan bingung.

Namun dengan perlahan dia menurut apa yang aku perintah kan. Ku letak alat pemotong kuku itu di atas meja samping ku, kemudian ku miringkan tubuh ku menatap Ela.

" kata kan seberapa jahat nya mereka terhadap ku Ela " Ucap ku dengan wajah penasaran.

Terlihat Ela terkejut, namun sekian detik kemudian dia menunduk hormat.

" baik putri " Ucap nya dengan sedikit helaan nafas.

" dulu putri adalah seorang wanita yang anggun dan penurut, lemah dan penyayang, putri sangat menyukai memasak, karna itu lah seluruh orang di kerajaan ini terus menyuruh mu membuat makanan di setiap hari nya untuk mereka "

" Putri pertama dan putri kedua terus menindas putri, dia terus menghina putri dan memperlakukan putri layak nya pelayan istana yang setia dan patuh, seluruh orang di istana ini menganggap putri hanya seorang sampah, namun tidak untuk Pangeran pertama, kakak mu yang pertama putri, nama nya Kakao "

" Pangeran pertama terus membela putri dan terus melindungi putri, pangeran pertama sangat menyayangi putri dari saudara yang lain nya, namun pengaran kedua.. sama dengan yang lain nya, dia sangat membenci putri karna putri sangat lemah dan tidak berguna "

" sedangkan Raja dan Ratu.. mereka membiarkan anak anak nya, mereka tidak perduli apa pun yang terjadi, yang mereka perhatikan hanya urusan kerajaan dan kerajaan, tidak ada yang lain " Ucap nya dengan senyum getir.

Ku angguk kan kepala ku isyarat bahwa aku mengerti.

" lalu, berapa umur ku? " Ucap ku dengan muka aneh.

" umur putri 14 tahun " Ucap nya yang berhasil membuat ku kaget.

" hah! 14 tahun? di umur ku segini Raja ingin menikah kan ku dengan Raja dari kerajaan tetangga? " Ucap ku Syok.

" itu karna keinginan Raja yang melamar anda sendiri putri, dia tertarik dengan putri karna kecantikan putri yang sangat menawan, berbeda dari putri pertama dan putri kedua, mereka tidak ada apa apa nya dari putri " Ucap Ela dengan seyum merekah.

Aku hanya diam dan ikut tersenyum, dulu boleh aku terlihat lemah dan tidak berdaya, namun sekarang? siapa yang berani dengan ku?

Brak!

Bunyi pintu yang di buka dengan kasar, masuk lah seorang wanita yang cukup ku kenal karna siang tadi dia berada di kamar ku.

" hey! pemalas! buat kan kami makanan! apa kau sudah meninggalkan kewajiban mu sebagai putri di sini?! " Bentak nya dengan tatapan tajam.

Ku ukir senyum mematikan ku seraya ku tatap Ela yang ada di samping ku.

" siapa nama dia? " Ucap ku mengacuh kan Wanita yang sedang diri di depan pintu itu.

" nama nya Putri Syifa, Putri " Ucap Ela yang langsung aku angguki.

" Berapa umur mu Syifa " Ucap ku dengan tatapan dingin.

" Berani nya kau memanggil nama ku seperti itu hah! " teriak nya yang langsung membuat ku terkekeh.

" anak kecil seperti mu berani melawan ku, heh! hahaha.. " Tawa ku pecah seketika.

Terlihat dia begitu kesal dengan ku, namun aku tidak menghiraukan nya.

" pergi lah kakak kecil, sebelum aku berbuat sesuatu kepada mu " Ucap ku dengan nada tajam dengan tatapan bak ingin membunuh.

Terlihat dia gemetar ketakutan, dia pun pergi dengan perasaan kesal, aku tertawa cekikikan.

Ini permainan yang sangat seru buat ku, sudah lama aku tidak mengalami ini, karna biasa nya semua orang tertunduk saat ku tatap.

" kau sudah banyak berubah putri, Ela turut senang melihat nya " Ucap Ela dengan membungkuk hormat di samping ku.

Ku tarik ujung bibir ku hingga terbentuk senyuman yang sangat manis. Sungguh wanita ini sangat baik dan lembut, seperti nya dia harus ku latih agar menjadi tangguh, dia akan ku buat anak buah ku.

" jam 12 malam nanti, ikut dengan ku ke arena latihan berpedang, aku akan melatih mu. Dan mulai sekarang, kau adalah anak buah ku "

___________

Aku berjalan menuju meja makan di ikuti Ela di belakang ku. Ku duduk kan bokong ku di kursi meja makan yang sudah banyak orang yang mengisi kursi kursi itu.

Seluruh mata menatap ku, ku tatap Kakao yang kini tersenyum menatap ku, balas senyuman itu dengan senyuman manis khas pemilik tubuh ini.

" heh, berani sekali kau bergabung dengan kami huh! " Ucap Pangeran Jino dengan tatapan tajam.

" hey, jaga ucapan mu Jino " Bela Kakao yang menentang ucapan Jino.

Ku alih kan tatapan ku dari Kakao dan menatap Jino dengan seringaian khas ku.

" lalu kenapa? bukan nya aku juga seorang putri? " Ucap ku santai.

Terlihat semua yang duduk di kursi meja makan itu menatap ku tak percaya seraya terkejut.

Apa ada yang salah dari kata kata ku?

Ku lirik Raja dan Ratu, mereka pun menatap ku tak percaya begitu pun dengan Putri kedua yang nama nya aku lupa, tidak penting.

" huh, ternyata kau sangat berani pecundang! " Ucap Jino, wah.. itu mulut gk bisa di filter apa ya?

" siapa yang kau panggil pecundang? " Ucap ku dingin.

" tentu saja kau! " Ucap nya dengan bentakan.

" oh ya? apa yang bisa kau lakukan hingga kau bisa memanggil ku pecundang, pangeran " Ucap dengan seringayan.

Di ambil nya pistol dari balik baju nya, lalu menodong kepala ku, terlihat semua orang terkejut menatap tindakan nekat dari Jino.

" Jino! apa yang kau lakukan! " Ucap Kakao kaget.

Aku berdiri dari duduk ku, seraya ku tatap Jino tajam.

" anak kecil tak berguna seperti mu sudah bermain main dengan senjata api rupanya, heh! menarik " Ucap ku santai.

" sudah sudah! apa yang kalian lakukan di atas meja makan! " bentak Raja kepada kami berdua.

Terlihat Jino menoleh ke arah Raja sejenak lalu menatap ku, berbeda dengan ku, aku sama sekali tidak menolah, bahkan menggubris pun tidak.

Ku tarik pistol itu seraya ku tarik kunci nya dan ku todong balik kepala Jino dengan gerak cepat.

Mereka semua kembali terkejut melihat ku.

" kau bukan tandingan ku kawan " Ucap ku dengan kupisah kan semua bagian pistol itu dengan cepat dan ku lempar ke belakang.

Mereka semua menatap ku tak percaya, kembali aku duduk di kursi ku dengan wajah dingin.

" sudah cukup. Jino, kembali duduk dan makan makanan mu " Ucap Raja membentak.

Ku tarik ujung bibir ku seraya tersenyum miring, ku makan makanan ku dengan santai.

Dasar orang orang bodoh yang payah, mereka fikir siapa aku hingga mereka bisa menantang ku seperti itu?

Payah!

...

Fake Princess Reality Mafia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang