30 | Last Dream : Begin New Life

451 68 33
                                    

Setelah mengirim Alana ke Bumi, aku segera menyembuhkan Pangeran Alex dan Elysian. Mereka bertanya mengenai hilangnya Alana, dan apa yang kulakukan terhadapnya.

Aku pun bercerita, dan mengemukakan pendapatku bahwa masa lalu memang tidak akan bisa diubah. Orang tua Elysian tetap mati walaupun kami berusaha mencegahnya, begitupun dengan pertempuran Alana di ballroom. Jadi aku hanya mengirimkannya ke Bumi seperti Alana terdahulu melakukannya kepadaku.

Sekarang aku juga mengerti kenapa setiap malam aku selalu bermimpi mengenai dunia ini, karena memang di sinilah aku berasal.

Setelah melewati begitu banyak hal, kami memutuskan untuk kembali ke masa depan dan memulai hidup baru di Wonderous. Masing-masing dari kami berjanji untuk menjalani kehidupan selanjutnya lebih baik lagi.

***

5 tahun sudah terlewati.

Pangeran Alex kini memimpin Negeri Wonderous. Elysian diangkat menjadi komandan yang mengurus keamanan Negeri Wonderous. Sementara aku memutuskan kembali ke Desa Faraway, menjadi seorang tabib dengan nama Alana.

Aku tidak kembali ke Bumi. Orang-orang di Bumi juga tak akan mengingatku karena aku memutuskan untuk tinggal di Wonderous selamanya, menjadi seorang tabib biasa.

Aku tak hanya mengurus pasien di Desa Faraway saja. Aku juga mengurus pasien yang berada di desa lain dengan menggunakan teleportasi. Kulakukan dengan sukarela, sebagai balasan atas perbuatan jahatku di masa lalu.

Namun pagi ini, aku mengosongkan jadwalku untuk merawat pasien dan segera berteleportasi ke Kerajaan Westernity sejak fajar menyingsing. Pangeran Alex nampak kaget menerima kedatanganku yang mendadak dan menyuruhku duduk di taman kerajaan, sementara Pangeran menghubungi Elysian untuk datang ke taman kerajaan sekarang juga.

Aku mengetuk-ngetuk meja taman yang terbuat dari kayu dengan perasaan tak sabar. Berkali-kali aku menggigit bibir bawahku.

"Aah ... kenapa mereka lama sekali sih!"

Tak berselang, Pangeran Alex dan Elysian akhirnya datang. Aku menatap mereka dengan raut kesal yang mereka balas dengan raut kesal juga. Belum sempat aku meluapkan kekesalanku, Elysian segera mengeluarkan suaranya.

"Kenapa kau memanggil kami sepagi ini sih! Kau tau tidak, aku jadi terpaksa melewati rapat penting dengan para dewan!"

"Iya! Seharusnya kau memberitahu kami sebelumnya, jangan datang ke istana secara tiba-tiba dan menyuruhku memanggil Elysian. Aku sendiri punya jadwal yang padat hari ini!"

Pangeran Alex ikut menyuarakan kekesalannya. Aku terdiam, menciut karena perkataan mereka. Memang benar aku yang salah karena datang ke istana dan menyuruh mereka berkumpul secara mendadak.

Aku menundukkan kepalaku, "Maaf, tapi ini benar-benar sangat penting!"

Elysian dan Pangeran Alex menghela napas dan mengambil kursi. Aku tersenyum lembut dan berterimakasih karena mereka mau mendengarkanku dan meluangkan waktu mereka.

Tanpa basa-basi lagi, aku segera menceritakan kekhawatiran dan petunjuk mengenai mimpiku semalam. Aku khawatir Alana di masa depan akan melakukan yang enggak-enggak, dan akan mendapatkan bahaya.

"Aku ingin mengirim seseorang ke Bumi untuk memata-matai Alana di masa depan," ungkapku.

"Namun siapa orang yang akan memata-matainya?"

Aku menggeleng, "Aku tidak tahu, makanya aku meminta bantuan kalian. Jika bisa, aku ingin segera ke Bumi, namun jika aku ke sana akan ada 2 Alana dan bisa gawat jika ada seseorang yang menyadari hal itu."

"Hanya mematai-matai dari jauh kan? Jika hanya itu aku bisa melakukannya," ujar Elysian.

"Sungguh?"

Elysian mengangguk dan tersenyum ke arahku. "Tenang saja, aku bisa melihatnya. Lagipula aku bisa merubah wujudku sehingga tak akan ada seorang pun yang mengenaliku."

Setalah mengatakan hal itu, sosok Elysian segera menghilang, menjelma menjadi seekor serigala besar bersurai hitam.

Aku terkagum-kagum melihatnya, lupa bahwa Elysian mempunyai kekuatan untuk mengubah bentuk tubuhnya. Ia jugalah yang menyerangku malam itu di tengah hutan dengan sosok serigala hitam.

"Ah, tapi kau tak bisa mengawasi Alana di Bumi dengan sosok itu."

Elysian segera kembali ke bentuk tubuh aslinya. "Lalu aku harus berubah menjadi apa?"

"Emm ... kucing! Manusia Bumi sangat akrab dengan kucing. Jadi pasti mudah untukmu mengawasinya dari dekat."

Elysian mengangguk dan segera berubah menjadi kucing, dengan bola mata merah yang mempesona. Aku pun segera mengirimkannya ke Bumi dengan kekuatan teleportasiku.

Untuk beberapa saat setelahnya aku tidak menyadarinya. Ternyata kucing yang menatapku dengan mata merah saat aku tersesat di dalam hutan adalah Elysian.

"Kau mau langsung pergi?" tanya Pangeran Alex.

Aku mengangguk, "Aku punya jadwal dengan pasien di Desa Ilya. Ia pasti sudah menunggu."

Aku segera pamit dan melangkahkan kakiku. Namun Pangeran Alex mencekal tanganku.

"Apa tidak sebaiknya kau tinggal di Istana? Aku ... cukup kesepian."

Aku berusaha tersenyum dan melapaskan genggamannya dari tanganku. "Kalau begitu carilah seseorang yang akan menjadi pasanganmu, yang akan menjadi Ratu dan menemanimu memimpin negeri ini bersamamu."

"Orang itu ... tidak bisa kau ya?"

"Kau sudah tahu sendiri kan jawabannya."

"Lagipula mau sampai kapan kau menjomblo? Ahahahaa ...." Aku mencoba untuk tertawa.

Namun tampaknya Pangeran tidak merasa hal itu lucu. "Jomblo? Itu apa?"

Ah ... Aku menepuk jidatku. "Maksudku menyendiri."

Pangeran Alex berdecih, "Kau sendiri mau sampai kapan menyendiri seperti orang menyedihkan?"

"Aku bukan orang menyedihkan!"

"Benarkah? Lalu kenapa setiap aku melihatmu, aku selalu mengasihanimu?"

"Hei! Jangan mengejekku!"

Pangeran Alex tertawa puas setelah berhasil membuatku tersulut emosi. Aku semakin menatapnya kesal, "Dasar Pangeran ga tau diri," gumamku.

"Ya sudah aku pamit dulu," ujarku.

Pangeran mengangguk dan melambaikan tangannya. Aku membalas lambainnya sebelum aku berteleportasi dan hilang dari taman kerajaan.

***

The End

___________________________________

💤💤💤









- 10 Sept 2020 -

Alana : That Dream Where stories live. Discover now