Seven

2.4K 293 11
                                    

Jeslyn menghempaskan koran Daily Prophet. Ia sudah bosan melihat berita penyerangan disana. Seseorang meletakkan coklat panas dihadapannya. Ulah Sirius.

Sirius selalu tau bagaimana cara membuat moodnya naik.

"Penyerangan dimana mana."Jeslyn menghelan napas. "Kapan ini akan berakhir?"Jeslyn menyesap coklat panasnya. Rasa hangat menjalar ditubuhnya.

WWW tutup sementara setelah penyerangan di Diagon Alley beberapa hari lalu.

"Soon."gumam Sirius.

Jeslyn tersenyum tipis. Ia bersandar pada bahu Sirius. "Setelah semua ini berakhir kau dan Harry akan jadi keluarga lagi."

Sirius menaikkan dagu Jeslyn, wajahnya menunduk agar bibirnya dapat meraih bibir pink Jeslyn. "Bagaimana kalau aku menginginkanmu juga?"bisik Sirius lalu mencium Jeslyn lagi.

Kedatangan Remus yang tiba - tiba mengagetkan mereka sehingga dengan spontan Sirius dan Jeslyn memisahkan diri.

"Jessie, kita harus ke Hogwarts sekarang."kata Remus dengan napas tersenggal.

"Ada apa? Apa yang terjadi?"tanya Jeslyn.

"Ada penyerangan di Hogwarts. Sekelompok Pelahap Maut ada disana. Dumbledore tewas."jelas Remus.

Sirius dan Jeslyn membelalak. "Apa?!"seru mereka tak percaya.

Mantel berpergian meluncur ke arah Jeslyn setelah gadis itu merampal mantra panggil. "Aku pergi dulu."pamitnya pada Sirius.

Sirius mengangguk. "Hati - hati. Aku akan menghukummu kalau kau terluka."Sirius mengecup bibir Jeslyn.

Jeslyn mengangguk. Ia segera menyusul Remus yang sudah pergi lebih dulu.

*****

"Harry sangat terpukul."ucap Jeslyn. Ia memandangi langit - langit kamar Sirius. "Aku tidak percaya Snape yang melakukannya."

Jeslyn kembali hampir tengah malam. Sirius masih terjaga, sehingga ia langsung menuju perapian dan mengecek keadaan Jeslyn begitu gadis itu keluar dari mulut perapian. Ia bersyukur gadisnya baik - baik saja.

"Kabar baiknya, Remus menerima Tonks. They can be together."

Sirius tertawa pelan mendengarnya.

"Sirius."

"Mm?"

Jeslyn menatap manik kelabu Sirius dalam - dalam. "Promise me.. Kau tidak akan meninggalkanku." ucapan Jeslyn membuat Sirius terdiam. "Cinta pertamaku sudah pergi aku tidak mau kau pergi juga."

"Cinta pertamamu?"

"Ayahku."jawab Jeslyn. "Dia laki - laki pertama yang mencintaiku dengan tulus dan laki - laki pertama yang aku cintai. Saat melihatnya terbujur kaku, hatiku sangat hancur."

Jeslyn benar - benar tidak menyangka jika hari itu William meninggalkannya. Padahal semalam mereka berdua merayakan ulang tahun kesembilam belas Jeslyn. William memberikan sebuah toko atas nama Jeslyn sebagai hadiah ulang tahun.

Mereka merayakan ulang tahun. Jeslyn berdua, tidak seperti tahun lalu dirayakan dengan keluarga besar dihalaman belakang rumahnya. Namun kali ini hanya berdua. Memesan pizza dengan topping keju dan potongan daging ayam kesukaan Jelsyn lalu menonton film Mission Imposibble hingga larut malam.

William mengantarnya ke kamar, mengucapkan selamat tidur dan memberikan kecupan dikening seperti biasanya. Jeslyn masih ingat apa yang dikatan William malam itu.

"Good night, sweetheart. Have a nice dream. Dad mencintaimu selalu."ucap William pada malam itu lalu mengecup lama kening Jeslyn.

Pagi harinya William menyuruh Jeslyn pergi ke Gringgots untuk mengambil uang dan membeli bahan - bahan makanan.

"Jangan lupa es krim favorit Dad, rasa Mocca. Dad ingin sekali makan itu. Hati - hati dijalan, sweetheart. Dad menyayangimu."

Perkataan terakhir William saat Jeslyn sudah bersiap dan masuk ke perapian. Jeslyn membayangkan akan menghabiskan akhir pekan dengan William. Namun harapannya pupus ketika ia melihat tubuh kaku William tergeletak didapur. Keadaan dapur berantakan. Tepung terigu dan telur mengotori lantai dapur. Meja makan terbalik.

Oven berbunyi tanda sesuatu didalam sana sudah matang. William membuat cupcakes kesukaan Jeslyn.

Dua buah es krim yang semula berada ditangan Jeslyn jatuh ke lantai dan meleleh. Jeslyn langsung berlari menghampiri William dan memeluk jasad ayahnya.

Air mata menuruni pipi Jeslyn. Gadis itu menjadi sangat sensitif jika membicarakan ayah atau ibunya. Terlebih setelah kematian William. Ia merasa kosong.

Jemari Sirius menyeka air mata Jeslyn kemudian mencium gadisnya. "I never leave you, i promise."Sirius berjanji.

"Kita saling menjaga satu sama lain."kata Jeslyn. Sirius mengangguk.

Malam itu Jeslyn tidur didalam dekapan hangat Sirius. Mimpi buruk tak lagi mengusiknya. Jeslyn tidur dengan nyenyak sampai keesokan paginya Sirius membangunkannya dengan kecupan selamat pagi lalu mengatakan bahwa sarapan telah siap.

*****


.
.
.

Tbc

.
.
.

Sirius Black's Love Story ✔️Where stories live. Discover now