Prolog

5 0 0
                                    

"Jika kamu benar-benar mencintaiku, dan jika benar aku ini tulang rusukmu. Mengapa kamu pergi begitu saja dan tak kunjung kembali?" - Gandawati Btari

---------------

Awal Mula

Pagi itu Wati bangun ketika jam menunjukan pukul 04.48 WIB. Ia kemudian menunju kamar mandi untuk bersiap melakukan kewajibannya sebagai umat Islam. Setelah selesai melakukan kewajibannya dia kembali keatas kasur, dan kemuadian mengecek ponsel pribadinya. Dia tersenyum ketika membuka aplikasi chat yang selama beberapa tahun ini ramai oleh pesan dari seseorang. Tapi tunggu, kali ini wajah Wati menunjukkan raut bingung dan khawatir. Dia masih sibuk menggeser layar ponselnya dengan air mata yang sudah terbendung dipelupuk matanya.

Mas Dhika🥰
"Dek, selamat pagi. Maaf kalau mas semalam susah untuk dihubungi. Tadi malam mas berkemas untuk pergi ke luar kota. Pagi ini mas berangkat, maaf dek mas ndak sempat untuk mampir rumahmu. Salam untuk Bapak dan Ibu, mas pamit dulu. Jaga diri adek baik-baik."

Satu pesan itu membuat Wati menangis tanpa henti, dia bingung entah apa yang harus dia ketik untuk memberikan balasan pesan dari seseorang yang dipanggilnya Mas Dhika itu. Ketika dia melihat waktu terakhir aktif dari Dhika, sudah 1 jam lebih berlalu. Dia semakin merasakan sakit di bagian dadanya, sambil terisak Wati mengetik balasan untuk Dhika.

Saya
"Kenapa kamu ndak bilang dari tadi malam mas, kalau kamu mau pergi seharusnya kamu beritahu aku jauh-jauh hari mas. KENAPA???!!! KENAPA KAMU TEGA SEPERTI INI PADAKU MAS??!!!"

Tangis Wati pecah dengan seluruh pemikiran yang dari tadi dia pendam dalam hatinya. Wati masih mencoba untuk menelpon Dhika untuk bertanya alasan dari kepergian lelaki yang sangat dicintainnya itu.
Karena tangisan Wati yang cukup kencang, sehingga terdengar oleh ibunya yang sedang berada di dapur. Kemudian Ibunya pun berlari menuju kamar Wati dengan khawatir.
"Ya Allah koe ngopo nduk?" Tanya Ibu Wati khawatir. (Ya Allah kamu kenapa nak?)
"Mas Dhika buk huuuuhuuuhuuu" Adu Wati bersama dengan tangisnya.
"Dhika ngopo nduk?" (Dhika kenapa nak?)
"Mas dhika tindak teng luar kota buk!" Tangis Wati semakin kencang. (Mas Dhika pergi ke luar kota buk!)
"Lha yo ngopo nek Dhika lungo nang luar kota?" (Lha iya kenapa kalau Dhika pergi ke luar kota?)
"Mas Dhika sanjange ndadak buk huhuhu, niki pesan terakhire mas Dhika. Sakniki piyambak e mboten saget dihubungi." (Mas Dhika bilangnya tiba-tiba buk huhuhu, ini pesan terakhirnya mas Dhika. Sekarang orangnya tidak bisa dihubungi). Wati memberikan ponselnya kepada sang Ibu dengan tangan gemetar. Ibu Wati pun membacanya dengan teliti sambil menyipitkan matanya karena beliau sudah rabun jauh.
Setelah selesai membaca semuanya Ibu Wati pun mulai menenangkan putrinya lagi.
"Lha iki Dhika wes pamit nduk, ya di do'ake wae mugo selamet tekan tujuan lan iso ngabari kowe. Wes cup sing tenang, saiki selehno hp ne terus adus gek ayo iwangi ibuk nyiapke sarapan" ucap ibu Wati sambil mengusap punggung putrinya. (Lha ini Dhika sudah pamit nak, ya di do'akan saja semoga selamat sampai tujuan dan bisa memberi kabar kamu. Sudah tenang, sekarang taruh ponselmu lalu mandi dan bantu ibu siapkan sarapan).
Setelah mendengar perkataan Ibunya Wati pun akhirnya berhenti menangis, lalu dia permisi kepada ibunya untuk mandi.

---------------
Hai guis :))

So yup ini cerita pertama aku. Aku nulis cerita ini karena aku mau punya wadah tersendiri buat emosi"ku. Kadang pas sedih aku jadi overthink sama semua hal, jadi daripada emosi sedihku ngga guna dan bikin overthink doang aku tulis aja deh ke dalam cerita ini. Biar makin seru dan aku makin semangat kuy follow aku dan beri rating bintang yang banyak ya guis hehe:))

Buat karakternya aku masih coba pikirin, nanti kalo udah ada aku kasih part sendiri buat kenalan sama karakternya ya guis.

Oke see you all🥰😘
~Pujanggamerahmuda~

Skandal CintaWhere stories live. Discover now