BTS #9: Mono no Aware (2) Fitur Unik yang Hanya Ada Pada Karya Sastra Jepang #3

Mulai dari awal
                                    

Sejak tahun 1200, istilah mono no aware sering dipakai untuk diskusi-diskusi tentang Hikayat Genji dan karya-karya sastra lain yang muncul di era Heian. Konsep mono no aware menjadi elemen atau aspek estetika yang paling dominan dan paling sering dipuji dalam suatu karya. Hal ini bisa merujuk pada bagian karya yang tidak hanya indah isi naratifnya, tapi juga indah dalam hal bahasa, struktur atau dalam adegan yang dideskripsikan.

***

Hikayat Genji (Genji no Monogatari) adalah karya sastra klasik Jepang berbentuk novel yang ditulis seorang dayang istana dengan nama pena Murasaki Shikibu di pertengahan zaman Heian atau sekitar awal abad 11 (kira-kira ditulis pada tahun 1000-1010 SM). Hikayat ini umumnya dianggap sebagai novel pertama di dunia. Hikayat Genji bercerita tentang pangeran kekaisaran fiksi bernama Hikaru Genji (nama ini bisa secara harafiah bisa berarti Pangeran yang Bersinar dari Klan Minamoto). Hikayat Genji memberikan banyak informasi pada para pembaca di masa kini tentang Istana Kekaisaran di zaman Heian, kehidupan para punggawa istana, juga selera estetika para punggawa di masa itu. Murasaki Shikibu dikatakan memakai Minamoto Tooru sebagai model untuk tokoh Hikaru Genji. Karya sastra ini dianggap sebagai novel terbesar dalam sejarah kesusastraan Jepang.

Simbol keluarga (kamon) klan Minamoto yang disebut SasarindOu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Simbol keluarga (kamon) klan Minamoto yang disebut SasarindOu

Karena bahasa Cina saat itu adalah bahasa ilmiah kekaisaran, karya-karya yang ditulis dalam bahasa Jepang (bahasa sastra yang digunakan oleh perempuan, seringkali berhubungan dengan kehidupan pribadi di kalangan kekaisaran), tidak dianggap terlalu serius. Selain itu, prosa tidak dianggap sederajat dengan puisi. Namun, Hikayat Genji berbeda dalam hal keluasan pengetahuan yang terkandung di dalamnya soal puisi bahasa Jepang dan Cina, serta dalam hal keanggunannya sebagai karya fiksi imajinatif. Karya ini ditulis dalam campuran aksara Cina dan aksara Jepang seperti dalam Putri Kaguya atau Hikayat Ise. Karya sebanyak 1.100 halaman ini menggabungkan 800 waka yang konon dimaksudkan sebagai tulisan dari karakter utamanya. Keluwesan narasinya menopang kisah sepanjang 54 bab tentang sang karakter berikut warisannya. Waka adalah puisi klasik Jepang dengan bahasa yang sangat sopan.

Hikayat Genji memberikan banyak informasi pada para pembaca di masa kini tentang Istana Kekaisaran di zaman Heian, kehidupan para punggawa istana, juga selera estetika para punggawa di masa itu. Pada dasarnya, Hikayat Genji adalah pengenalan yang sangat memikat tentang budaya para aristokrat di awal zaman Heian yang meliputi ragam hiburan, cara berpakaian, kehidupan sehari-hari, serta kode etik di masa itu. Era Heian dengan sangat cantik dilukiskan ulang melalui kisah Hikaru Genji, seorang punggawa yang tampan, peka, berbakat, sekaligus seorang kekasih yang hebat dan teman yang berharga. Sebagian besar isi kisahnya berkaitan dengan kehidupan cinta Hikaru Genji, serta penggambaran yang sangat gamblang tentang setiap wanita dalam hidupnya. Karya sastra ini menunjukkan sensitivitas tingkat tinggi terhadap emosi manusia dan keindahan alam. Namun, semakin jauh kisah berjalan, suasananya terasa semakin menggelap dan merefleksikan keyakinan agama Buddha tentang betapa fananya dunia ini.

RISET Harukaze no Sekai - The World of HarukazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang