Dua puluh empat

790 130 15
                                    

Semua persiapan operasi sudah selesai, pasien pun sudah datang sejak 5 menit lalu dengan helikopter medis. Begitupun dengan Ji hwa yang sudah mengenakan pakaian operasi namun Ia belum juga masuk ke dalam. Ia sibuk mondar-mandir di depan tempat cuci tangan yang tersedia di luar ruangan operasi itu.

"Tenang Ji hwa, ini hanya bohongan. Pasiennya tidak selamat pun tidak masalah. Semua palsu.. Ayolah tenang, semua ini hanya ada dalam kepala mu. Saat ini kamu sedang tertidur di kamar mu ini hanya mimpi.. Oke? " ucap Ji hwa meyakinkan dirinya sendiri.

Ia menganggukan kepalanya dan akan mencuci tangannya.  Namun mematikan lagi. 

"Tidak-tidak,  tetap saja itu akan di belah dan akan.. " ucap Ji hwa dan akan muntah.  Ji hwa menggelengkan kepala dan juga menggigit kukunya. 

"Ah..  Aku harus bagaimana? " ucap Ji hwa dan menghentakkan kakinya.

"Apa kabur saja ya?" gumam Ji hwa.

"Iya..aku pergi saja." ucap Ji hwa lagi. Namunnya niatnya gagal saat Woo Jin datang lengkap dengan pakaian operasinya. Ia tersenyum pada Ji hwa.

"Sudah siap?"

"Hmm.." ucap Ji hwa

Woo Jin mengangguk. "Tolong bantuannya.." ucap Woo Jin

Ji hwa hanya bisa membalas dengan senyum yang di paksakan. Ia tidak akan bisa kabur saat ini juga.

Menyadari tak ada pilihan lain Ji hwa pun mengikuti Woo Jin mencuci tangan.

"Kamu inget ngga sih, waktu pertama kalinya aku jadi asisten mu saat operasi?" tanya Woo Jin

"Em? Oh..  Em..ya" ucap Ji hwa

Woo Jin tersenyum malu. "Aku meremehkan mu saat itu. Tetapi setelah melihat mu, aku semakin tidak suka dengan mu"

"Kenapa?"

"Karna aku tidak punya kesempatan untuk mengingatkan mu atas keangkuhan mu. Ya, karna kemampuan mu seimbang dengan angkuh mu"

"Apa aku sangat menyebalkan?"

Woo Jin mengangguk.

"Ck..kamu bahkan tidak berusaha berbohong" ucap Ji hwa.

Woo Jin tersenyum lagi, Ji hwa sungguh tak suka melihat senyum Woo Jin. Senyum yang membuat dirinya lupa bahwa semua ini hanyalah palsu, bahwa yang di hadapannya tak nyata.

"Aku tidak suka berbohong. Kamu juga tidak suka. Karna itu kita bisa tinggal bersama meskipun tidak saling jatuh cinta" ucap Woo Jin

"Bagaimana jika aku jatuh cinta dengan mu sekarang?"

Ucapan Ji hwa tentu saja membuat Woo Jin terdiam sejenak. Ji hwa sengaja terdiam dan menatap Woo Jin yang juga menatap ke arahnya.

Woo Jin sudah akan menjawab kalau saja tak di dahului oleh panggilan perawat.

"Dok, semua sudah siap"

Baik Ji hwa ataupun Woo Jin menyelesaikan cuci tangannya.

"Kamu bisa mengeringakannya sendiri?" tanya Woo Jin

"Sudah tidak terasa sakit" ucap Ji hwa

Woo Jin mengangguk lalu masuk ke ruang operasi lebih dulu. Kini Ji hwa kembali sendiri di sana. Meski begitu Ia tetap tak bisa kabur. Ji hwa menghela napasnya berkali-kali sebelum akhirnya memutuskan untuk ikut masuk.

Baru saja Ia melangkah masuk, Ia sudah di sambut dengan bau steril dan obat-obatan yang kuat. Belum lagi udara yang lebih dingin dari sebelum seakan menembus ke dalam kulitnya. Badanya saat ini cukup dingin karna gugup. Ia bahkan merasa kakinya tak sanggup menapak karna menggigil.

Uninterrupted Dream (A Perfect way to introduce preposterous love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang