Serupa Tapi Tak Sama

771 55 0
                                    


Jika mendengar tentang genre horor, thriller, dan misteri yang pertama kali terbayang adalah sebuah fiksi di mana isi atau intinya ialah protagonis yang memnuru antagonis dengan berbagai cara dan taktik. Namun, meski ketiganya bisa dikatakan satu aliran, nyatanya ketiga genre yang tersebut jelas berbeda.

1. Horor

Horor dapat dengan mudah dikenali dengan adanya interaksi antara si tokoh utama dengan antagonis yang berupa mahkluk gaib, hantu, setan, ataupun mitos serta urban legend. Tentu saja, tokoh protagonis adalah manusia dan tokoh antagonis adalah hantu, jin, dan sejenisnya. Kita tidak bisa menempatkan mahkluk gaib sebagai tokoh protagonis, karena akan menghilangkan sensasi ketakutan itu sendiri.

Horor sendiri sering mengangkat tema yang berhubungan dengan dunia lain, tentang santet, pembalasan dendam hantu, bahkan boneka yang dirasuki iblis seperti Annabelle. Menyajikan unsur ketakutan, kengerian, perasaan waswas akan sosok hantu yang menjadi musuh sang tokoh utama.

Contoh buku-buku bergenre horor adalah "Aku Tahu Kapan Kamu Mati", "The Hell Angel", dan sebagainya.

2. Thriller

Dalam thriller, kita dapat mengetahui tersangka pembunuhan atau tokoh antagonis bahkan dari halaman pertama. Hal yang membuatnya dapat dikatakan thriller adalah aksi yang mewarnai buku tersebut agar dapat menemukan akhir cerita. Secara lebih mudah, thriller akan dibumbui dengan aksi-aksi pengejaran, adegan kurang layak dilihat seperti pembunuhan sadis, penyiksaan, dan penangkapan tokoh antagonis agar dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Selayaknya polisi yang mengejar tersangka, aksi yang ditawarkan dalam buku thriller wajib memacu adrenalin, selain itu genre thriller harus memberikan efek ngeri. Jika horor berfokus pada hantu, thriller sendiri berfokus pada aksi sang protagonis utama serta sang antagonis, entah itu yang membuat ngeri, perasaan mual, muntah bahkan tak jarang sampai ada yang tidak berani makan untuk beberapa waktu.

Contoh buku thriller adalah "Parfume: Story Of Murderer", sementara film yang bisa dijadikan panutan adalah film "SAW", "Kannibal Holocaust", yang paling mudah dicari ialah kartun berjudul "Happy Tree Friends" (bagi yang tidak tahan darah, harap tidak mencari di Google maupun YouTube)

3. Misteri

buku mystery terdapat perbedaan yang cukup signifikan diantara dua saudara genrenya. Jika kita hanya membacanya pada halaman pertama saja, kita tidak akan menemukan tokoh antagonis ‘sejati’ hingga akhir cerita. Inilah yang membuat mystery disajikan untuk mereka yang ingin mengasah otak dan menjadi detektif. Aksi yang ditawarkan bisa muncul pada beberapa scene, namun tidak dominan. Sensasi penasaran sekaligus mencekam juga biasa muncul pada genre ini.

Genre ini didominasi oleh permainan teka-teki serta jebakan-jebakan yang harus dipecahkan protagonis untuk menemukan siapa dalang dari pembunuhan atau pencurian. Perlu diingat Misteri tidak hanya berfokus pada pencarian pembunuh, bisa juga pencurian, orang hilang atau barang.

Contoh buku bergenre misteri adalah  "Sherlock Holmes" serta karya-karya Agatha Christie, dan lainnya.

Tak jarang ketiganya sering dipadupadankan dalam sebuah cerita fiksi. Contohnya buku "The Hell Angel" yang menggabungkan genre horor dan thriller.

Terkadang ada pula kesulitan dalam menentukan cerita apakah bergenre horor, thriller, atau misteri.

Pertama, bila penulis sudah menentukan sinopsis cerita sampai selesai, baca kembali. Ingat poin-poin apa saja yang akan muncul dalam cerita, apakah dominan hantu, aksi berdarah-darah dan menegangkan, atau penuh teka-teki yang dibutuhkan pemecahan. Jika di antara itu semua ada yang lebih dominan, misalkan dalam hal hantu, maka genre utamanya adalah horor, sisanya bisa dimasukkan dalam subgenre.

Ayo Belajar Menulis!Where stories live. Discover now