-

'Brak... Brak...'

"Cukup nak, kau menyakiti dirimu." Pekik seorang pria tua menahan lengan pria yang jauh lebih muda darinya.

"Dia milikku! Ayah sudah berjanji padaku!" Pekik pria muda itu dengan wajah memerah.

"Ayah membohongiku! Aku membencimu!" Jerit pria itu lagi.

"Maafkan ayah, tapi dia sudah terikat dengan bocah itu, apa kau masih menginginkannya?"

"Aku tidak perduli! Dia milikku!" Jeritnya dengan ekspresi wajah yang membuat orang takut jika melihatnya.

Pria tua itu mengangguk berkali-kali lalu memeluk erat putranya.

-

(Ruang Lukis)

"Baiklah, kalian bisa melanjutkan lukisannya." Ucap guru seni.

Rose, Matt, dan Zara duduk sebelahan. Dan Rose hanya menatap frustasi kanvas yang masih di beri warna untuk backgroundnya saja.

"Apa kau memiliki saran?" Tanya Zara kepada Matt.

"Aku ingin yang tidak biasa." Jawab Matt lalu Zara mengangguk setuju.

"Bagaimana denganmu?" Tanya Matt kepada Rose. Tatapan mereka bertemu, Rose mengalihkan pandangannya ke Zara yang juga menatapnya.

"Aku ikut saja." Ucap Rose pasrah.

Zara tertawa kecil lalu menepuk bahu Matt lalu membisikkan sesuatu ke Matt.

Matt menatap Zara lalu mengangguk setuju.

Dan Rose yang menatap pasrah dua insan itu. Ia sama sekali tak mengerti dan harus banyak belajar. Dan sialnya ia harus satu team dengan dua insan jenius.

"Mr. Jay," Panggil Zara sambil mengangkat tangan.

"Yes, Princess."

Zara maju ke depan lalu membisikkan sesuatu kepada Mr. Jay. Dan sang guru tersenyum manis.

"whatever it is dear."

Zara tersenyum puas lalu kembali ke tempat duduk.

-

Rose menatap bingung tiga orang berpakaian hitam membawa beberapa kotak.

"Matt, ini adalah pilihan untuk lukisan kita." Ucap Zara sambil menunjukkan gambar di layar iPad nya.

Ada tiga foto wanita dengan mawar yang sangat menawan. Dan Matt menunjukk foto ke tiga.

"Aku ingin memakai mawar hitam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku ingin memakai mawar hitam." Ucap Matt sambil menatap Rose yang juga tengah menatapnya.

Zara mengangguk setuju lalu menatap Matt, dan ia tengah mendapati Matt dan Rose saling bertatapan.

Pria yang selalu menjadi pusat perhatian itu melangkah mendekati Rose yang menatapnya dingin.

Matt berhenti tepat di hadapan Rose lalu mengatakan dengan lembut.

"I have a surprise for you. "

Rose tak memperdulikan nya dan melangkah pergi mendekati Zara yang mengkode nya untuk mendekat.

"Ini pakaianmu. " Ross menatap bingung pakaian yang Zara berikan.

Seolah mengerti dengan tatapan Rose, Zara menunjukkan foto yang Matt pilih.

Rose menggeleng tak setuju. Ia mencoba memulangkan pakaian itu namun Zara menolaknya.

"Jika kau ingin nilai bagus, lakukanlah." Ucap Matt yang sudah berdiri di samping Zara.

'Aku pasrah.' batinnya.

-

Sean dan Tayana tengah terduduk santai di pinggir kolam renang, jangan lupakan kaca mata hitam mereka. David tangan kanan Tayana berdiri di hadapan mereka sambil memegang sebuah iPad.

"Baiklah, bacakan sekarang." Ucap Tayana sambil menyendokkan buah ke mulut Sean.

"Rose, berusia 16 tahun.Memiliki seorang adik yang saat ini di rawat di rumah sakit William Ibunya seorang pelacur dan ayahnya seorang pecandu. Kedua orang tuanya memiliki banyak catatan kriminal dan juga kerap memukuli kedua anaknya. Matt memasukkan Rose ke Wills School dan mereka sekelas. Dan," David menjeda ucapannya lalu memberikan selembar foto pada Tayana.

Tayana tertegun, air matanya menetes. Rose kecil yang ia cari selama ini kini sudah dekat dengannya. Gadis malang yang penuh denga luka memar di tubuhnya.

"Bukankah ini gadis yang kau cari dulu, sayang? " Tanya Sean.

Tayana mengangguk, air matanya semakin membanjiri pipinya. Ia kehilangan jejak Rose karena kawasan tempat tinggal Rose di gusur dengan paksa.

"Gadis ini membutuhkan Matt. "

Bersambung...

Medan, 22 Desember 2021.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 22, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SON of a CEOWhere stories live. Discover now